Udang Anggana Laku Keras Diekspor ke 5 Negara, Ternyata Rahasianya Ini
Hasil budidaya perikanan dan kelautan Kaltim menjadi salah satu andalan komoditi ekspor.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hasil budidaya perikanan dan kelautan Kaltim menjadi salah satu andalan komoditi ekspor. Disebut Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Selasa (10/2), perikanan dan kelautan merupakan salah satu sumber ekonomi Kaltim yang saat ini sudah kategori swasembada perikanan.
Adalah Mangkana, nelayan sekaligus saat ini pemilik perusahaan PT Syam Surya Mandiri, pelaku usaha perikanan yang sukses memasarkan komoditinya hingga pasar internasional. Bahkan, meliputi beberapa negara besar di dunia.
Siapa sangka, udang yang mudah ditemui di tambak-tambak nelayan berhasil ia ekspor hingga masuk ke negara Dubai, Jepang, Tiongkok, Singapura, serta Thailand.
Ditemui Tribun di tempat tinggalnya, Anggana, Kukar, pria asli Bugis ini tak tampak seperti seorang wirausaha sukses. Perawakannya biasa, berkulit agak gelap serta postur tubuhnya tak sama sekali gempal.
Baca: Deportasi Enam Crosser Malaysia Kakanim Pastikan Bukan Balas Dendam
Saat itu, Mangkana santai mengenakan baju batik hitam dengan corak berwarna cokelat. Pulpen berwarna hijau masih melekat di kantong kiri baju batiknya. Tetapi, siapa sangka, pria yang biasa-biasa saja itulah yang kemudian disebut-sebut secara khusus oleh Gubernur Awang Faroek saat launching Direct Call (pengiriman barang ekspor langsung) di Anggana, Kukar, Selasa (10/2).
"Indonesia kembali dapat penghargaan. Udang kita, termasuk salah satu udang terbaik di dunia. Pak Mangkana ini salah satu pelaku usahanya. Dia sudah berhasil mengembangkan ekonomi nelayan, masuk taraf internasional," ucap Awang.
Ia pun ikut memberikan tanda mata khusus kepada Mangkana. Sebuah plakat bertuliskan "Internasional Star For Quality", yang menandakan bahwa udang asal Anggana, Kukar berhasil menembus dan laku pesat di pasar internasional.
Kepada Tribun, Mangkana tak banyak tingkah saat diberikan beberapa pertanyaan. Ia menyatakan, sudah memulai usaha tambak udang sejak 1972. Barulah pada 2001, Mangkana akhirnya berhasil mendirikan perusahaan yang kini diberi nama PT Syam Surya Mandiri.
"Pabriknya ada di Anggana. Semua hasil udang ini kami eskpor ke beberapa negara. Termasuk Singapura dan Dubai tadi. Untuk apa? Negara-negara tersebut, menjadi konsumen kami rutin saat ini. Udang dijadikan barang konsumsi, untuk kuliner. Jenis udang yang dijual, adalah udang windu" ucapnya.
Baca: Kelangkaan Tabung Elpiji DPRD Tarakan Akan Panggil Lurah dan Ketua RT
Berapa ton per bulan yang ia hasilkan untuk dijual ekspor ke luar negeri juga ikut disebutkannya. "Kami rata-rata bisa 15-16 kontainer. Itu sekitar 160-180 ton. Itu bisa untuk sekitar 5 negara," ucapnya.
Dengan adanya direct call, membuat Mangkana bisa lebih optimal memasarkan produknya ke luar negeri. Selama ini, ketika lakukan ekspor, Mangkana harus melalui pelabuhan Surabaya atau Jakarta sebelum akhirnya produk udang tersebut dibeli dan diekspor ke luar negeri.
Tetapi, sejak adanya direct call, Mangkana kini bisa lakukan ekspor melalui Kaltim, tepatnya di Pelabuhan Kariangau, Balikpapan.
Bagaimana bisa udang di Kecamatan Anggana bisa laku keras hingga 150-180 ton ekspor ke lebih 5 negara per bulannya? Menurut Mangkana, rahasianya bukan pada pakan, atau obat khusus untuk merawat tambak dan udang. Rahasia, justru terletak pada masih dipertahankannya metode tradisional dalam pengembangbiakan udang di Anggana.
Baca: Mantap! Udang Anggana Dibeli Sampai ke Dubai
"Tidak ada seperti pestisida seperti misalnya di perkebunan. Kami kembangbiakkan udang secara tradisional. Ini yang justru laku di luar negeri. Sama misalnya, ayam kampung dan ayam biasa. Ayam kampung bisa lebih mahal daripada ayam biasa. Jadi, tradisionalnya itu yang justru laku. Kami biarkan saja, tak kasih makan, tak kasih apa-apa. Yang penting lingkungannya dijaga," ucapnya.
Dalam penen udang, ia bersama puluhan nelayan lainnya biasanya panen tiap tiga bulan sekali. "Sekarang polanya kami ubah. Kami buat tiap bulan sekali. Jadi, bisa lakukan ekspor tiap bulan," ucapnya.
Mangkana bersama nelayan di Anggaa bisa mengetahui pola metode kembangbiakan udang yang demikian, tak lepas dari adanya keinginan pasar yang memanglah demikian.
Baca: Ekspor Langsung dari Pelabuhan Kariangau Sudah Jalan, Ini Waktu dan Biaya Pengiriman yang Terpangkas
"Mereka inginnya yang seperti itu. Ada metode intensif, semi intensif, dan tradisional. Kami yang tradisional. Ya kami siapkan. Pasar yang ajari kami.. Jadi, udang windu setelah panen, kemudian kami pisah-pisah. Ada udang ukuran kecil, udang ukuran sedang, sampai udang ukuran besar," ucapnya. (*)