Tak Hanya Nasi Kuning Murah, Pria Asal Samarinda Ini juga Bangun Masjid Unik di Kolong Tol

Warung yang beroperasi pada pukul 11.30-12.30 WIB itu menjadi salah satu tempat bagi kaum dhuafa untuk mengatasi rasa lapar.

Editor: Syaiful Syafar
Kolase TribunKaltim.co
Muhammad Jusuf Hamka dan usaha Warung Kuning Podjok Halal 

TRIBUNKALTIM.CO - Nama Muhammad Jusuf Hamka mendadak tenar berkat usaha Warung Kuning Podjok Halal.

Kehadiran warung tersebut menjadi perbincangan hangat lantaran harganya sangat murah.

Seporsi nasi kuning hanya dijual Rp 3.000. Padahal menu makanan yang disajikan sudah pasti harganya lebih dari Rp 3.000.

Warung yang beroperasi pada pukul 11.30-12.30 WIB itu menjadi salah satu tempat bagi kaum dhuafa untuk mengatasi rasa lapar.

Baca: Tak Disangka, Ronaldinho Ternyata Bisa Bahasa Jawa Lho

Warung Kuning Podjok Halal menempati sebuah taman yang berada persis di pinggir jalan Yos Sudarso Kav 28, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Inisiator Warung Kuning Podjok Halal, Muhammad Jusuf Hamka, saat melayani para pembeli, Selasa (13/2/2018).
Inisiator Warung Kuning Podjok Halal, Muhammad Jusuf Hamka, saat melayani para pembeli, Selasa (13/2/2018). (Warta Kota/Junianto Hamonangan)

Berdagang nasi kuning bukanlah hal baru bagi Jusuf Hamka. 

Ia bercerita bahwa dulu ibunya pernah berjualan nasi kuning di Samarinda, Kalimantan Timur.

Hampir setiap hari Jusuf menghabiskan masa kecilnya membantu ibunya berjualan.

"Saya ini anak kampung, alhamdulillah dikasih Tuhan rezeki kota," kata pria yang memutuskan untuk mualaf sejak tahun 1981 itu.

Baca: Resmi! UGM Terima 2.141 Calon Mahasiswa Baru Jalur SNMPTN, Ini Prodi Paling Diminati

Jika dihitung secara matematis, modal nasi seporsi berkisar Rp 10.000, tapi Jusuf Hamka malah menjualnya Rp 3.000 yang secara umum orang nilai itu rugi.

Tapi Jusuf mengaku bakal mendapat untung besar dari usahanya tersebut. Penjelasannya ada pada video berikut di menit kedua.

Bangun Masjid Unik di Kolong Tol

Selain menggagas warung nasi kuning murah, sikap kedermawanan Jusuf Hamka juga terlihat di tempat lain.

Sebuah bangunan bergaya oriental berdiri megah di kolong Tol Pelabuhan, tepatnya di Gang 21, Warakas, Jakarta Utara.

Bangunan itu tampak kontras dibandingkan padatnya rumah warga di sekitarnya.

Dilihat dari luar, banyak orang yang mengira bangunan tersebut merupakan klenteng atau vihara.

Di luar dugaan, bangunan yang didominasi warna merah dan hijau itu merupakan sebuah masjid yang bernama Babah Alun.

"Memang banyak yang tidak mengira kalau ini masjid, tetapi klenteng," kata Muntaha, penjaga masjid tersebut yang ditemui Kompas.com, Senin (16/4/2018).

Baca: Lantunan Takbir Iringi Evakuasi 6 Orang Tewas Terpanggang di Samarinda

Muntaha menuturkan, masjid tersebut didirikan oleh Muhammad Jusuf Hamka, seorang mualaf keturunan Tionghoa yang tercatat sebagai Komisioner Independen PT Citra Marga Nusaphala Persada, perusahaan yang membangun sejumlah jalan tol di Indonesia.

Nama Babah Alun juga diambil dari sosok Jusuf Hamka.

"Babah itu artinya bapak, sedangkan Alun nama panggilan Pak Jusuf waktu kecil. Jadi mengabadikan namanya lah" kata Muntaha.

Muntaha, penjaga masjid Babah Alun, masjid bergaya oriental yang berada di kolong Tol Pelabuhan, Warakas, Jakarta Utara.
Muntaha, penjaga masjid Babah Alun, masjid bergaya oriental yang berada di kolong Tol Pelabuhan, Warakas, Jakarta Utara. (KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D)

Muntaha menjelaskan, arsitektur oriental yang digunakan dalam pembangunan masjid tersebut bukan tanpa alasan.

Menurutnya, hal itu merupakan bentuk akulturasi antara kebudayaan Tiongkok, Indonesia, dan Islam.

"Kami buat begini supaya enggak ada gap antara yang Tiongkok dengan pribumi, Islam, dan orang lain. Jadi kita ada kesamaan, istilahnya Bhinneka Tunggal Ika lah," kata Muntaha.

Baca: Ini Dia Penampakan Vario Terbaru 2018 Beserta Harganya, Lebih Canggih dan Sporty!

Pintu masuk masjid tersebut mengingatkan pada pintu perguruan yang ada di film-film kungfu.

Masjid itu pun berdindingkan relief berwarna hijau yang bermotif oriental.

Masjid itu juga berbentuk segi delapan, tidak seperti masjid pada umumnya yang berbentuk segi empat.

Pintu masuk masjid Babah Alun yang berada di kolong tol di kawasan Warakas, Jakarta Utara.
Pintu masuk masjid Babah Alun yang berada di kolong tol di kawasan Warakas, Jakarta Utara. (KOMPAS.COM/Ardito Ramadhan D)

Kubah yang menjadi ciri khas masjid juga tidak ditemukan di bangunan yang didirikan sejak Agustus 2017.

"Mentok ke kolong tol, jadi kubahnya enggak bisa tinggi-tinggi," kata Muntaha.

Baca: Jembatan Widang Ambruk Makan Korban Jiwa, Ini Bukti-bukti Kengerian yang Terkumpul dari Lokasi

Saat ini, masjid berkapasitas sekitar 400 orang itu sedang dalam tahap penyelesaian akhir.

Muntaha mengatakan, masjid tersebut rencananya dapat beroperasi pada Bulan Ramadhan mendatang.

"Iya ini lagi dikejar Bulan Puasa. Alhamdulillah tadi listrik sudah masuk, terus ini lagi bikin pagar. Insya Alllah Bulan Puasa bisa mulai (beroperasi), kata Muntaha. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved