Breaking News

Resensi Buku

Mengalir Melintasi Zaman, Prof Cunank adalah Sosok Pembuka Sekat Tanpa Batas

Prof. Dr. drg. Andi Arsunan Arsin, mantan aktivis mahasiswa yang kini jadi Guru Besar Universitas Hasanuddin.

TRIBUN KALTIM/ABDUL HAERAH
Buku Otobiografi Prof. Dr. drg. Andi Arsunan Arsin, mantan aktivis mahasiswa yang kini jadi Guru Besar Universitas Hasanuddin. 

TRIBUNKALTIM.CO --  Menulis biografi seseorang tak sekadar memaparkan perjalanan hidup sejak sang tokoh lahir.

Biografi juga mesti menghadirkan emosi, konflik, pergumulan batin, kisah heroik, mungkin juga romantisme dari sang tokoh.

Buku ini komplit. Semua di atas hadir, memberi nuansa dan makna akan perjalanan hidup sosok Prof. Dr. drg. Andi Arsunan Arsin, mantan aktivis mahasiswa yang kini jadi Guru Besar Universitas Hasanuddin.

Kisah Meilan dalam subjudul Meilan, Kau Terlalu Serius Membidikku misalnya memberi ruang berpikir baginya bahwa tak ada guna bersikap rasialis.

Baca: Ingin Banget Punya Anak? Lakukan 3 Tips Bercinta Ini agar Cepat Hamil!

Bagi aktivis mahasiswa Universitas Hasanuddin era 1980-an dan 1990-an awal, sosok yang akrab disapa Kak Cunank ini adalah sejatinya role model seorang aktivis.

Ia tidak hanya dikenal oleh mahasiwa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unhas, tempat Kak Cunank menimba ilmu S1 dan profesi.

Ia dikenal di seantero Kampus Merah, melintasi sekat-sekat fakultas yang begitu kukuh membentengi antara mahasiswa di era 80-an dan 90-an.

Baca: Anggota DPR RI Amin Santono yang Tercyduk KPK Ternyata Jarang Hadir Rapat

Judul buku ini Mengalir Melintasi Zaman (Menebar Ide dan Gagasan Tanpa Batas) sudah mengisyaratkan benang merah akan sosok yang tidak berlebihan bila disebut “legenda hidup” aktivis mahasiswa Unhas.

Sekadar menyebut beberapa hal mengkristal hingga kini yang dibuat Kak Cunank saat dia mahasiswa untuk menggambarkan frase Mengalir Melintasi Zaman, ia adalah pendiri Korps Pencinta Alam (Korpala) Unhas.

Ia juga yang memberi nama Persatuan Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi se-Indonesia (PSMKGI).

Baca: Gandeng Travel Resmi, ATM Janji Berangkatkan Umrah saat Ramadhan, Segini Biaya Tambahannya!

Ia pulalah yang meletakkan dasar konsep-konsep pengkaderan mahasiswa Unhas yang masih dipakai beberapa fakultas hingga kini.

Ia pula yang menelorkan ide pembentukan Senat Mahasiswa Universitas Hasanuddin (SMUH).

Ia juga sangat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Saya termasuk beruntung karena masih sempat berinteraksi langsung dengan Kak Cunank saat saya masih menjadi mahasiswa FKG Unhas (1992-2002).

Baca: Selisih 1 Gol dari Crystal Palace, Stoke City Bakal Turun Kasta

Lebih beruntung lagi, karena saat ini, di saat terpisah ruang dan waktu, saya justru lebih sering berinteraksi.

Karakternya yang egaliter, rendah hati, dan penuh ide membuat saya seolah mendapat “darah segar” seusai berbincang dengannya.

Baru-baru ini, Kak Cunank menjadi pembicara dalam acara Tudang Sipulung Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas Perwakilan Balikpapan. Saya yang ditunjuk menjadi moderator terhenyak saat Kak Cunank mengatakan,”saat kita merasa mapan, saat itu kita sudah ‘mati’.”

Ini pula yang membuat Kak Cunank tak berpuas diri meski pencapaiannya sudah paripurna.

Gelar akademik tertinggi sudah disandangnya. Golongan kepangkatan dalam karier juga sudah di puncak.

Karena takut “mati” itulah, ia dengan mudah bergaul akrab dan berdiskusi dengan seorang profesor, tapi juga bisa nyambung dengan aktivis mahasiswa angkatan pertama.

Seolah menegaskan cara berpikir seseorang yang well educated, Kak Cunang membagi biografinya secara runtut dan sistematis.

Buku ini terdiri atas lima episode utama, yakni Episode 1962-1980 (Masa Kecil di Kampung Halaman), Episode 1981-1990 (Masa Pergulatan sebagai Aktivis Mahasiswa di Unhas), Episode 1991-1998 (Masa Pengembangan Diri sebagai Dosen), Episode 1999-sekarang (Masa Pengabdian dan Transformasi) serta Epilog.

Ditulis dengan gaya bertutur “saya”, sehingga lebih ringan dan renyah dibaca, buku ini menegaskan banyak hal, terutama bagi mahasiswa “zaman now”.

Di antaranya, kampus adalah tempat pembentukan karakter, pematangan watak, belajar leadership, belajar menyelesaikan masalah, hingga bagaimana bersikap.

Semua ini berguna bagi mahasiswa bila sudah menjadi alumni.

* Judul Buku: Mengalir Melintasi Zaman (Menebar Ide dan Gagasan Tanpa Batas)
* Karya: Prof. DR.drg. A.Arsunan Arsin
* Editor: Anis Kurniawan
* Penerbit: P3i Press
* Cetakan: Pertama, Januari 2018
* Tebal: xvi + 282 Halaman
* ISBN: 978-602-1381-22-9 (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved