Nelayan Bakal Gugat Pemerintah Atas Bongkar Muat Batu Bara di Laut Manggar
Namun nelayan menilai, izinnya harus dicabut karena dianggap tidak layak dan masuk kawasan tangkapan ikan.
Penulis: Budi Susilo |
Laporan Wartawan Tribunkaltim Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN - Gerakan nelayan tradisional Balikpapan yang melakukan aksi unjuk rasa di tengah lautan Manggar dengan memblokade kapal bongkar muat batu bara, menganggap pemerintah tidak tanggap, tidak peduli dengan hak kaum nelayan.
Ini dikatakan Husain Suwarno, Koordinator Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) wilayah Kaltim kepada Tribunkaltim, di kampung nelayan Manggar, Jalan Rekreasi Lama, Kelurahan Manggar Baru, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Minggu (10/6/2018).
Kaum nelayan Manggar menilai, saat bergulirnya aksi demonstrasi di tengah lautan, sekitar 8 mil dari pesisir Manggar, tidak ada satu pun pihak pemerintah daerah yang ikut memperjuangkan, apalagi mencari solusi temukan jawaban persoalan kaum nelayan.
“Saat aksi di lapangan tidak ada pihak dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan dan Dinas Pertambangan. Ke mana mereka ini, ke mana saja mereka pada rakyatnya?” katanya.
Baca juga:
Kabar Gembira untuk Mesir, Mohamed Salah Akhirnya Ikut Latihan Jelang Keberangkatan ke Rusia
Wantimpres Yahya Cholil Staquf Diundang ke Israel, Bang Onim Kirim Surat Terbuka dari Gaza
Begini Jurus Tim Samba Mengantisipasi Mata-mata di Piala Dunia 2018
Sejumlah Dokter Ajukan Pengunduran Diri sebagai ASN, Ini Alasan yang Diungkap Sekkot
Melihat kondisi hal itu, bisa dikatakan pemerintah selama ini telah abai terhadap kepentingan nelayan tradisional. Pemerintah dianggap minim respon ketika ada gejolak kaum nelayan Balikpapan.
Beberapa hari sebelumnya, kaum nelayan sudah dijembatani oleh pemerintah, oleh dinas terkait tetapi upaya yang dilakukan tidak mencapai tujuan yang diinginkan, serasa mengambang tiada ada jawaban yang konkret dan nyata.
“Pertemuan yang dilakukan oleh dinas terkait tidak ada langkah yang luar biasa,” ujar Husain, yang mengenakan kaos oblong hijau lengan panjang.
Karena tidak ada hasil yang dicapai, maka nelayan unjuk gigi, mengambil tindakannya sendiri. Memiliki cara perjuangannya sendiri, melakukan blokade terhadap aktivitas kapal bongkar muat batu bara di perairan Manggar.
“Aksi blokade bentuk mempertanyakan atas respon dan sikap pemerintah selanjutnya. Nelayan menanti terbosan langkah dari pemerintah seperti apa. Termasuk dari pasca aksi blokade, apakah pemerintah peka,” tuturnya.
Dia pun yang mewakili kaum nelayan tradisional Balikpapan mempertegas, bahwa selama belum ada keputusan yang jelas, maka perusahaan batu bara tersebut ‘diharamkan’, dilarang keras melakukan kegiatan bongkar muat.
“Nelayan akan tetap gugat pemerintah untuk mencari jalan keluar. Bisa saja nelayan akan lakukan langkah lain. Kita berusaha perusahaan kooperatif dan pemerintah responsif atas tuntutan nelayan,” tegas Husain.
Versi Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Ksop) Balikpapan, kegiatan bongkar muat perusahaan batu bara tersebut sudah mengantongi izin berlabuh.
Namun nelayan menilai, izinnya harus dicabut karena dianggap tidak layak dan masuk kawasan tangkapan ikan.
“Bilang sudah berizin, tetapi hanya sepihak saja. Apakah proses izin sudah melibatkan nelayan. Itu kan masuk kawasan tangkapan ikan. Walau izinnya ada, wajib direvisi,” tuturnya.
Sebenarnya, tambah Husain, sudah ada aktivitas bongkar muat di Tanjung Batu. Tetapi yang menjadi pertanyaan, mengapa ada perluasan bongkar muat sampai harus keluar dari Tanjung Batu, masuk ke kawasan perairan Manggar.
“Membuat permasalahan baru bagi kaum nelayan. Bagi nelayan itu, perusahaan batu bara harus kembali ke sana (Tanjung Batu), jangan di sini (perairan Manggar) yang dianggap sebagai daerah tangkapan ikan,” ungkapnya.
Baca juga:
Tanggapi Orasi AHY, Fahri Hamzah Ingatkan Jangan Belok ke Isu yang Digaungkan Robot
Jelang Terbang ke Negeri Beruang Merah, Paulo Dybala Masih Sempat Pamerkan Hal Ini
Sejumlah Tokoh Tanggapi Spanduk 'Jalan Tol Pak Jokowi', Fadli Zon, Ferdinand, hingga Mardani
Simak 5 Fakta Mayat Dalam Box yang Ditinggalkan di Mushala, Identitas Mrs X Terkuak
4 Tahun Terhalang Bongkar Muat Batu Bara
Siang hari tengah bolong, matahari bersinar sangat terik, panasnya menyengat kulit tubuh manusia.
Kala itu juga, puluhan perahu nelayan mendekati dan menempel ke kapal tanker KFT-2 Balikpapan yang memuat hasil bumi berupa batu bara, Sabtu (9/6/2018).
Sebelum itu, di pagi harinya, sekitar pukul 09.30 Wita, para nelayan juga memasang spanduk protes ke kapal tongkang batu bara bernama Fortuna 35 Tanjung Priok, yang telah terisi tumpukan gunung batu bara.
Pantauan Tribunkaltim, di lokasi aksi massa, Sekitar sebanyak 80 perahu nelayan melakukan aksi blokade aktivitas bongkar muat batu bara di perairan laut Manggar, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Latar belakang nelayan Balikpapan protes terhadap aktivitas bongkar muat batu bara tersebut karena kegiatannya mengganggu, menghalangi, mempersulit aktivitas nelayan.
Bongkahan batu baranya cemari daerah tangkapan para nelayan.
Hal ini diungkapkan, satu di antara nelayan yang merasa rugi akibat kegiatan pertambangan emas hitam tersebut. Namanya Sakirang, nelayan berusia 42 tahun.
“Laut tercemar batu bara. Pernah waktu menebar jala ikan yang didapat bukan ikan tetapi batu bara,” kata pria yang kini sudah beranak tiga ini kepada Tribunkaltim di dermaga kapal Manggar, usai lakukan aksi blokade.
Aktivitas bongkar muat batu bara sudah berjalan hampir empat tahun yang lalu, namun dampak yang dirasakan puncaknya dua tahun belakangan ini. Awalnya ada satu kapal tanker namun bertambah kini totalnya menjadi tiga kapal tanker.
Tempat operasionalnya selalu berpindah-pindah tetapi masih masuk kawasan perairan laut Manggar yang dikategorikan sebagai wilayah tangkapan ikan bagi para nelayan.
“Kami cari ikan di daerah situ. Bukan saja nelayan Manggar tapi nelayan dari Kampung Baru, Klandasan, sampai Lamaru kadang mencari sampai disitu,” ujar pria yang sudah 30 tahun menekuni pekerjaan sebagai nelayan ini.
Perairan Manggar yang sekarang dijadikan lokasi bongkar muat kapal tongkang batu bara merupakan sumber penghasil ikan yang sangat potensial. Di dalam lautnya mengandung banyak ikan seperti ikan kakap dan cumi.
Semenjak maraknya aksi bongkar muat batu bara di perairan Manggar, membuat para nelayan bingung mencari potensi hasil tangkapan hasil laut.
Selama ini nelayan yang menebar jala sudah sangat sulit mendapatkan hasil ikan secara maksimal.
“Selalu berkurang. Kadang yang di dapat ikan campur bongkahan batu bara,” kata Sakirang, yang lahir di Bone Sulawesi Selatan ini.
Dia pun berharap, aktivitas bongkar muat batu bara di perairan Manggar perlu dievaluasi dan dikaji.
Tujuannya nelayan bisa bebas leluasa mencari ikan dengan harapan memperoleh limpahan tangkapan hasul laut. (*)