Minggu Pagi NTB dan Bali Dilanda Gempa, Bagaimana Dampaknya di Kaltim?
Zona Subduksi adalah salah satu tempat bagi terbentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi.
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Gempa terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan sekitarnya, Minggu (29/7/2018) pagi.
Gempa dengan kekuatan 6,4 SR menimbulkan kerusakan bahkan sampai menelan korban jiwa.
Saat dikonfirmasi, Kepala Seksi Geofisika BMKG Balikpapan, Mudjianto menyebut gempa yang terjadi di NTB dan Bali tak berdampak hingga ke wilayah Kalimantan.
"Mudah-mudahan tidak berdampak karena penyebabnya hanya patahan atau sesar aktif deformasi. Sesar naik daratan Flores atau Lombok yang sifatnya lokal di sekitarnya," jelasnya.
Berbeda jika gempa disebabkan pergeseran subduksi lempeng besar. Kemungkinan dampaknya lebih luas bisa saja terjadi.
Baca juga:
Gelombang Panas Melanda Berbagai Wilayah di Muka Bumi, Ini Imbas yang Ditimbulkan
Babysitter Royal Family Dilatih 9 Hal ini; Mulai Bela Diri hingga Menyetir dalam Situasi Sulit
Sempat Jadi Pemain Termahal Liga Italia, Kini Higuain Bakal 'Dibarter' untuk Pemulangan Bonucci?
Tak Kunjung Tampil di Liga Utama, Egy Maulana Vikri Bakal Masuk Tim B Lechia Gdansk?
"Bukan dari subduksi lempeng besar. Insyaa Allah aman," kata Mudjianto.
Untuk diketahui, zona subduksi merupakan zona yang terdapat pada batas antar lempeng yang bersifat konvergen.
Akibat perbedaan massa jenis antara kedua jenis lempeng tersebut, maka lempeng yang lebih besar massa jenisnya menghujam ke bawah lempeng lainnya.
Penunjaman ini terjadi di batas antar lempeng samudra dan benua atau di antara sesama lempeng samudra.
Zona Subduksi adalah salah satu tempat bagi terbentuknya deretan gunung berapi dan gempa bumi.
Minggu (29/7/2018) gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali, dan Sumbawa dengan kekuatan 6,4 SR sekitar pukul 06.47 Wita.
Gempa tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.
Dalam siaran persnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati, meminta masyarakat untuk waspada terhadap ancaman gempa susulan meskipun dengan intensitas dan magnitude yang kecil.
Hingga pukul 11.00 WIB, telah terjadi 85 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR.
Hasil analisis BMKG bahwa gempa bumi yang terjadi di Lombok merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Gempa bumi dipicu deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI); Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI).
Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI); Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI; dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI. Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. (*)