Gempa dan Tsunami di Sulteng
Sekolah di Samarinda Dilarang Menolak Pengungsi Korban Gempa dan Tsunami
"Di antaranya pasti ada anak-anak. Jadi kalau mau sekolah di sini, harus diterima," ujarnya.
Penulis: Doan E Pardede |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Seluruh SD dan SMP yang ada di Kota Samarinda dilarang menolak anak-anak korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah yang ingin melanjutkan pendidikannya di Kota Samarinda.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Setkot Samarinda, Syahruddin SY kepada Tribunkaltim.co, Senin (8/10/2018) mengatakan, bahwa keharusan ini merupakan Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendi.
Kebijakan ini sendiri menurutnya mendapat respon positif dari Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang.
"Anak-anak pengungsi, di manapun mau sekolah SD dan SMP wajib diterima," katanya.
Berdasarkan data, kata Syahruddin yang juga anggota Tim Terpadu Penanganan Korban Gempa Bumi dan Tsunami di Palu dan Donggala Samarinda ini, jumlah pengungsi yang akan datang ke Samarinda mencapai lebih dari 5 Kepala Keluarga (KK).
Baca juga:
Ribuan Orang Diperkirakan Masih Tertimbun di Balaroa dan Petobo, Ini Testimoni Warga yang Selamat
Borneo FC Vs Persipura - Kalah Tipis, Pelatih Persipura Akui Stadion Segiri Bikin Timnya Kesulitan
Penerimaan CPNS 2018 - Hari ke 13, Pelamar di 2 Formasi Pemkot Samarinda Ini Masih Kosong
Deteksi Narapidana yang Lolos ke Balikpapan, Kepolisian Akan Data Ulang Pengungsi dari Sulteng
Di antara pengungsi tersebut, juga ada beberapa anak usia sekolah yang tak bisa belajar karena sekolahnya rusak dan faktor lainnya.
"Di antaranya pasti ada anak-anak. Jadi kalau mau sekolah di sini, harus diterima," ujarnya.
Selama di Samarinda, kata Syahruddin, para pengungsi ini akan tinggal di rumah-rumah warga yang memang kerabat dari para pengungsi tersebut.
Kendatipun demikian, Pemkot Samarinda akan tetap membantu untuk menyediakan kebutuhan pokok dan bantuan lainnya.
"Kalau datang ke sini pasti kita bantu. Kan nggak mungkin sampai di sini langsung bekerja. Sampai kapan kita bantu? Ya sampai kondisi psikologis mereka kembali baik. Tidak trauma lagi," ujarnya. (*)