Ayahnya Batal Bebas? Putra Abu Baasyir: Ini kan Inisiatif Pemerintah Lewat Pak Yusril

Kabar pembebasan Abu Bakar Ba'asyir semakin simpang siur setelah Menkopolhukam Wiranto mengeluarkan pernyataan resmi

Tribunnews.com/ Gita Irawan
Putra ketiga Abu Bakar Baasyir, Abdul Rohim (kemeja cokelat) menanggapi terkait pernyataan Perdana Menteri Australia Scott Morisson terkait rencana pembebasan ayahnya pada minggu keempat Januari 2019 saat konferensi pers di kantor hukum Mahendradatta, Cipete, Jakarta Selatan pada Senin (21/1/2019). 

Ia menerangkan, sejak tahun 2017 silam, keluarga Abu Bakar Ba'asyir telah mengajukan permintaan pembebasan, karena pertimbangkan usia lanjut dan kesehatan yang semakin memburuk.

"Namun, tentunya masih perlu dipertimbangkan dari aspek-aspek lainnya, seperti aspek ideologi, Pancasila, NKRI, hukum, dan lain sebagainya," ungkap Wiranto.

Dirinya meminta, agar keputusan pemerintah yang masih mengkaji permintaan tersebut, tak menimbulkan spekulasi dikemudian hari.

"Jangan sampai ada satu spekulasi-spekulasi lain berhubungan dengan Abu Bakar Ba'asyir yang masih di dalam tahanan itu. Sekarang banyak sekali perkembangan informasi yang saat ini muncul dari beberapa pihak, dan ini penjelasan resmi dari saya, mewakili pemerintah," jelas dia.

PM Australia keberatan atas pembebasan Abu Bakar Ba'asyir

Kabar pembebasan Abu Bakar Ba'asyir juga mendapat perhatian negara tetangga, yakni Australia.

Perdana Menteri Australia Scott Morisson menyatakan penolakannya atas pembebasan Abu Bakar Ba'asyir.

Perdana Menteri Asutralia Scott Morrison. Pemerintah Australia mengeluarkan travel warning ke Indonesia untuk liburan Natal dan Tahun Baru.
Perdana Menteri Asutralia Scott Morrison. Pemerintah Australia mengeluarkan travel warning ke Indonesia untuk liburan Natal dan Tahun Baru. (SYDNEY MORNING HERALD)

Terkait hal tersebut, Abdul Rachim, putra Abu Bakar Baasyir, menilai hal tersebut merupakan hak Scott Morisson untuk menyatakan pendapat.

"Kita memang tidak akan ikut campur soal penolakan dan sebagainya. Itu hak mereka untuk mereka sikapi tentang bagaimana pembebasan Ustaz Abu Bakar Baasyir," kata Rachim di kantor hukum Mahendradatta, Jalan RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (21/1/2019).

"Cuma yang kita tolak adalah apabila kemudian fitnah-fitnah itu kemudian dikembangkan dan disebarkan di negara mereka yang bisa berakibat kepada salah sangka dan buruk sangkanya masyarakat di dunia ini kepada ustaz Abu Bakar Baasyir.

Tadi sudah disebutkan, kita melihat beberapa media di Australia, Amerika, itu mencoba mengangkat isu Ustad Abu Bakar Baasyir dengan mengaitkannya dengan isu bom Bali dan berbagai macam peristiwa pemboman yang ada di Indonesia," kata Rachim.

Ia merasa aneh melihat pihak Australia dan pihak lainnya yang berkomentar miring terkait pembebasan ayahnya.

"Pembebasan ini karena pertimbangan kemanusiaan yang diambil oleh presiden. Kalau sampai sekarang negara Barat, seperti Australia dan sebagainya itu selalu menggembar-gemborkan sangat menghormati kemanusiaan, perbedaan pandangan, perbedaan agama dan sebagainya, seharusnya mereka mengapresiasi karena pertimbangannya kemanusiaan," kata Rachim.

Ia menilai tidak perlu ditarik-tarik dan dihubungankan pada kepentingan politik. Karena, menurut dia, memang tidak ada sama sekali kepentingan politik di situ.

Ia berharap semua negara menghormati proses hukum di Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved