Gempa Palu Dinilai sebagai Fenomena Supershear Langka, Ini Alasannya!
Dua studi membuktikan gempa Palu yang terjadi pada 28 September 2018 merupakan peristiwa gempa supershear langka.
Energi gelombang geser kemudian menyebar melalui kerak bumi ke segala arah sehingga kita bisa merasakan goncangan gempa.
Baca juga:
Gagal Diwujudkan Mourinho, 3 Tuntutan Petinggi Manchester United Justru Dipenuhi Solskjaer
Dapat Ancaman via Telepon, Dua Acara Tyson Fury di Irlandia Dibatalkan Serentak
Soal Alih Kelola Stadion GBLA, Pemkot Bandung Tunggu Jawaban PT Persib Bandung Bermartabat
Pemprov Kaltim Akan Lelang Ulang Pemanfaatan Hotel Atlet dan Convention Hall, Ini Alasannya
Terjadi Dualisme, Kadin Pimpinan Donna Faroek Berharap Gubernur Segera Bersikap
Pasca Mundurnya Gede Widiade, Akankah Persija Jakarta Pindah Mes dan Lokasi Latihan?
Namun, kecepatan gempa sebenarnya ditentukan oleh gesekan geologi di sekitarnya.
Umumnya kecepatan gempa ada di kisaran 4-9 kilometer per detik.
Namun, gempa bumi supershear mendobrak teori itu dan bergerak dengan kecepatan super hingga dianalogikan menyebabkan efek ledakan sonik.
Ini adalah jenis gempa bumi langka dan baru diamati kurang dari 15 kali dalam seabad terakhir.
Gempa bumi supershear dianggap sebagai biang keladi bencana yang melanda San Francisco pada 1906.
Science Alert pada Selasa (6/2/2019) menyebut, Pulau Sulawesi berada di tengah-tengah teka-teki lempeng tektonik.
Persimpangan yang paling aktif di sana adalah sesar Palu-Koro, yang terdiri dari lempeng saling bergeser secara lateral terhadap arah yang berlawanan dalam mode strike-slip.