Isra Miraj
Peringatan Isra Miraj, Inilah 'Renungan Rajab' yang Ditulis KH Mustofa Bisri alias Gus Mus
Tulisan Gus Mus tersebut diberi judul "Renungan Rajab", yang diterbitkan bertepatan dengan peringatan Isra Miraj pada 27 Rajab
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO - Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus pernah menulis sebuah renungan terkait peristiwa Isra Miraj di bulan Rajab.
Tulisan Gus Mus tersebut diberi judul "Renungan Rajab", yang diterbitkan bertepatan dengan peringatan Isra Miraj pada 27 Rajab 1438 yang jatuh pada 24 April 2017 lalu.
Gus Mus mengunggah tulisan itu ke dinding Facebooknya dan juga laman http://gusmus.net.
Berikut tulisan Gus Mus sebagai refleksi Isra Miraj di bulan Rajab:
Renungan Rajab
Bisakah kita menjumpai penguasa tertinggi negeri ini, presiden misalnya, atau setidaknya petinggi tertinggi propinsi kita, gubernur, kapan saja kita mau?
Kalau pun bisa, paling setahun sekali, pada saat diadakan acara open house.
Nah ini Penguasanya petinggi yang Mahatinggi, Penguasa segala, mengadakan open house sehari lima kali.
Bukankah ini Kemurahan yang luar biasa bagi hamba sekecil kita ini? Bahkan tidak itu saja.
Ia bahkan membuka pintu untuk kita kapan saja.
Tengah malam atau dini hari sekali pun, Ia menerima pesowanan kita.
Malah menawarkan, "Adakah yang punya hajat? Adakah yang memohon ampun? Adakah yang ingin meminta sesuatu?"
Lalu bagaimana kita yang kerdil ini menyikapi KemahamurahanNya itu?
Apakah kita penuh semangat menghadap, sebagaimana misalnya bila kita diterima presiden atau gubernur?
Oleh: KH A Mustofa Bisri

Keutamaan Bulan Rajab
Seperti diketahui, Isra Miraj merupakan peristiwa besar yang terjadi di bulan Rajab (bulan ketujuh dalam penanggalan hijriyah).
Bulan ini dikenal sebagai bulan Allah SWT.
Rajab bisa diartikan dengan terhormat. Asal katanya adakah tarjib.
Ada pula yang mengartikan Rajab sebagai bulan pencurahaan. Di mana dalam bulan ini Allah SWT mencurahkan Rahmat-Nya kepada orang yang mau bertaubat pada bulan ini.
Berikut tiga keutamaan bulan Rajab:
Pertama, bulan Rajab termasuk empat bulan yang diharamkan, yaitu Dzulkaidah, Dzulhijjah dan Muharram.
Haram dalam hal ini dimaknai dengan bulan yang disucikan di mana orang dilarang berperang kecuali kalau diserang.
Pada bulan-bulan tersebut dilarang juga membunuh binatang darat buruan untuk menjamin kelangsungan hidup.
Ibnu Abbas mengatakan, "Sesungguhnya melakukan perbuatan dzalim di bulan-bulan haram, maka dosa dan sangsinya jauh lebih besar dibanding melakukan perbuatan dzalim di bulan-bulan lainnya".
Kedua, bulan Rajab adalah bulan di mana Ramadan akan segera tiba.
Ini tentunya membuat kaum muslimin lebih mempersiapkan mental dan fisik untuk menghadapi bulan Ramadan.
Bahkan ulama selalu berdoa, "Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab, Sya’ban dan berkahilah kami di bulan Ramadan".
Ketiga, adalah peristiwa Isra Miraj.
Memang dalam hal ini banyak beda pendapat.
Ada ulama yang mengatakan bulan Muharram ada pula yang mengatakan bulan Rabiul Awal.
Namun banyak yang menyimpulkan bahwa peristiwa Isra Miraj terjadi pada tanggal 27 Rajab.
Dijelaskan dalam Shahih Bukhari, juz 5 halaman 52, dalam peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT.
Allah SWT memerintahkan Nabi untuk melaksanakan salat fardlu sebanyak 50 waktu setiap hari.
Nabi menerima dan kemudian kembali pulang.
Dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS.
Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad SAW tidak akan mampu dengan perintah salat 50 kali sehari, Nabi Musa mengatakan, umatku telah membuktikannya. Lalu meminta kepada Nabi Muhammad SAW untuk kembali pada Allah SWT, mohonlah keringanan untuk umatmu.
Kemudian Nabi Muhammad SAW menghadap kepada Allah SWT dan diringankan menjadi salat 10 kali.
Kemudian Nabi Muhammad SAW kembali kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkan sebagiamana yang pertama.
Kembali Nabi Muhammad SAW menghadap Allah SWT hingga dua kali, dan akhirnya Allah SWT mewajibkan salat lima waktu.
Nabi Muhammad SAW kembali pada Nabi Musa, Nabi musa tetap mengatakan bahwa umatmu tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi Muhammad SAW menjawab, saya malu untuk kembali menghadap pada Allah SWT. Saya ridho dan pasrah kepada Allah SWT.
Amalan yang perlu dilakukan dalam bulan Rajab
Rustam Ibrahim, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta dalam khutbah Salat Jumat yang dirilis nu.or.id pada Rabu (27/3/2019) menjelaskan sejumlah amalan penting dalam bulan Rajab.
Pertama adalah melakukan puasa sunnah di bulan Rajab.
Terkait kesunahan puasa di bulan Rajab ini terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih Muslim juz 2 halaman 811:
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: " كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ "
Artinya: "Utsman bin Hakim berkata: saya bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang puasa Rajab, ketika itu kami berada di bulan Rajab. Sa’id menjawab: saya mendengar Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga beliau berpuasa, dan beliau tidak berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga beliau tidak puasa."
Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Syarah An-Nawawi ‘ala Muslim juz 8 halaman 38, hadits di atas tidak menunjukkan larangan khusus atau kesunahan khusus puasa di bulan Rajab.
Karena itu, kesunahan puasa di bulan Rajab melihat terhadap dua aspek, pertama hukum asal puasa hukumnya adalah sunnah.
Kedua, perintah Nabi yang menganjurkan puasa di bulan-bulan mulia, bulan Rajab adalah salah satunya.
Imam ats-Tsauri sebagaimana dikutip Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 119 menyatakan: "Aku amat menyukai amalan puasa di bulan-bulan haram (mulia). Hal ini telah dipraktikkan oleh sebagian ulama salaf yang berpuasa di setiap bulan yang mulia, seperti Ibnu Umar, Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq as-Sabi’i."
Amalan kedua, yakni selalu menjalankan kewajiban salat lima waktu tepat pada waktunya.
Musthafa As Siba’i dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, Durus wa ‘Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi Muhammad SAW melakukan Isra dan Miraj dengan ruh dan jasadnya sebagai mu’jizat, maka sebuah keharusan bagi tiap Muslim menghadap (mi’roj) kepada Allah SWT lima kali sehari dengan jiwa dan hati yang khusyu’.
Dengan salat yang khusyu’, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga ia malu untuk menuruti syahwat dan hawa nafsu, malu untuk berkata kotor, malu untuk mencaci orang lain, malu untuk berbuat bohong, dan sebaliknya lebih senang dan mudah untuk melakukan banyak kebaikan.
Hal tersebut demi untuk mengagungkan keesaan Allah, kebesaran Allah, sehingga dapat menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka bumi ini.
Amalan ketiga, Rajab adalah bulan yang tepat untuk bertobat dari segala maksiat.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 122 menganjurkan umat manusia untuk bertobat di bulan Rajab yang mulia ini.
Beliau mengatakan: "Putihkanlah lembaran hitammu di bulan Rajab, dengan amal baik yang menyelamatkanmu dari api yang melalap."
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam kitab al-Ghuniyah menjelaskan ada tiga syarat agar tobat kita diterima oleh Allah SWT.
Pertama, menyesali kesalahan dan kemaksiatan yang telah kita perbuat. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji untuk tidak mengulang dosa dan kesalahan. Ketiga syarat tersebut harus kita laksanakan agar tobat kita benar-benar diterima oleh Allah SWT.
(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)
Baca juga:
• Isra Miraj, Mengenal Kisah Saat Nabi Muhammad Menerima Perintah Salat, Serta Amalan yang Dianjurkan
• Deretan Ucapan Isra Miraj Untuk 2 Bahasa, Bisa Dicopy dan Share Langsung ke WhatsApp
• Saat Pakar Fisika Jelaskan Fenomena Isra Miraj dari Sudut Pandang Keilmuan
• Kisah Peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Kecanggihan Buroq hingga Menembus Langit Ketujuh
Like Fanpage Facebook:
Follow Instagram:
Subscribe YouTube: