Kodok Terbakar Cemburu, Kekasih Hati Dipukul Lalu Dicekik Hingga Tewas
Mahasiswi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Ni Made Ayu Serli Mahardika (20) tewas di tangan kekasihnya berinisial KIJ alias Kodok
TRIBUNKALTIM.CO, SINGARAJA - Mahasiswi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Ni Made Ayu Serli Mahardika (20) tewas di tangan kekasihnya berinisial KIJ alias Kodok (21).
Kodok terbakar api cemburu sehingga tega membunuh kekasihnya yang tercatat sebagai mahasiswi semester IV, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja.
Dikutip dari TribunBali.com, Kodok saat itu mengetahui ada seorang pria yang merupakan teman kuliah korban, mengirim chat ke HP sang kekasih.
Kodok naik pitam saat membaca isi pesan singkat tersebut.
Tanpa berpikir panjang, ia lantas menganiaya korban di kamar kosnya, pada Senin (18/4/2019) sekira pukul 18.00 wita.
Kodok sempat membekap korban dengan bantal.
Namun karena mendapatkan perlawanan dari korban, Kodok pun langsung mencekiknya.
Pria asal Kabupaten Tabanan ini seolah ingin agar nyawa sang kekasih habis ditangannya.

Terbukti dari aksinya yang berkali-kali mengecek denyut nadi korban.
Saat terasa nadi korban masih berdenyut, Kodok kembali menganiaya korban dengan memukul bagian leher sebanyak tiga kali.
Penganiayaan ini diakui Kodok terjadi selama kurang lebih satu jam.
Tepat pada pukul 19.00 wita, Serli pun tewas dengan kondisi mengenaskan.
Bagian matanya melotot, lidahnya juga menjulur.
Seusai menghabisi nyawa korban, Kodok lantas memposisikan tubuh Serli layaknya sedang tertidur.
Ia merebahkan kepala Serli di atas bantal, dan membungkus jenzahnya dengan selimut tebal berwana hijau.
Kemudian, Kodok meninggalkan kos-kosan tersebut, mengunci pintu kamar korban dari luar, lalu melarikan diri ke daerah Tabanan.
Di hadapan awak media, Kodok tidak memungkiri jika dirinya sering memukul korban saat sedang bertengkar.
Korban dan pelaku pun diketahui menjalin asmara sejak 2013 lalu, atau saat Serli masih duduk dibangku SMP.
Hubungan mereka diakui Kodok, tidak direstui oleh orangtua Serli.
Sehingga mereka pun memutuskan untuk berpacaran secara diam-diam.
"Emosi saya tidak terkontrol saat baca chat itu. Dia ke kampus dari pagi sampai sore. Baru duduk sebentar, belum makan, belum ganti baju, sudah mau pergi ke kampus lagi, gara-gara ada chat dari cowok itu katanya ingin buat tugas bareng. Cowok itu juga sempat nelepon, saya jadi cemburu dan emosi," terangnya.
Kodok Seorang Residivis

Sementara Kapolsek Kota Singaraja, Kompol Anak Agung Wiranata Kusuma mengatakan, hasil autopsi dari pihak RSUP Sanglah, Denpasar belum diterima.
Namun berdasarkan hasil pemeriksaan luar, ditemukan adanya bekas cekikan dan memar di bagian leher korban.
Terkait adanya isu jika korban Serli tewas dalam keadaan hamil, dibantah keras oleh Kompol Wiranata.
"Pengakuannya karena cemburu. Namun motifnya akan kami kembangkan lagi. Sudah kami pastikan korban tidak hamil," tegasnya.
Namun Kompol Wiranata membenarkan jika Kodok merupakan seorang residivis.
Ia sempat dihukum selama satu tahun, lantaran melakukan tindakan penganiayaan terhadap seorang warga di wilayah Tabanan, yang identitasnya enggan disebutkan.
Dengan adanya kejadian ini, Kompol Wiranata pun berencana ingin berkoordinasi dengan aparat desa atau kelurahan di wilayah Kecamatan Buleleng, untuk kedepan melakukan pengawasan yang lebih ketat di setiap kos-kosan.
"Ya mohon maaf, mungkin selama ini banyak anak kos yang hidup bersama di luar nikah. Pemilik kos juga mungkin kurang pengawasan. Nanti akan menjadi atensi kami kedepan," tutupnya.
Kini, Kodok pun dijerat dengan pasal 338 KUHP, atau Pasal 351 ayat (3) tentang penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang lain, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun penjara
Duka Sang Ibu

Kematian Ni Made Ayu Serli Maharika (20), mahasiswi semester IV, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja membawa duka mendalam bagi keluarga.
Sang ibu, Nyoman Sarini (49) saat ditemui di Instalasi Forensik RSUP Sanglah, Jumat (12/4/2019) tidak menyangka anaknya bakal bernasib malang.
Bersama keluarga besarnya dari Banjar Senganan Kanginan, Desa Senganan, Penebel, Tabanan saat itu tengah menunggu proses autopsi untuk memastikan penyebab kematian korban.
Berdasarkan hasil autopsi, Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah, dr. Dudut Rustyadi menemukan sejumlah luka memar pada bagian dahi, bibir dan terutama leher akibat kekerasan tumpul.
''Untuk penyebab kematiannya (dipastikan) karena ada penekanan jalan napas sehingga kehabisan oksigen,'' ungkapnya dikonfirmasi Tribun Bali.
Sementara, perkiraan waktu kematian korban diperkirakan terjadi sejak 3 hari sebelum waktu pemeriksaan. ''Luka kekerasan tumpul pada bagian leher bisa saja akibat dicekik,'' tandasnya.
Wanita malang itu tewas akibat dibunuh oleh kekasihnya berinisial KIJ alias Kodok (21).
Mendengar kabar itu, ia tak menyangka jika Kodok bisa berbuat senekat itu.
Dikatakan dia, Kodok merupakan pemuda asal desa yang sama.
Ayah ibunya merantau ke Pulau Jawa.
Sebelumnya, ia sempat mendengar pelaku menjalin hubungan asmara dengan anak bungsunya ini sewaktu SMA.
Karena tahu hidupnya tak jelas, ia sempat tak merestui hubungan mereka.
''Orang hidupnya saja gak jelas, gak punya kerjaan. Saya baru merestui mereka akhir-akhir ini saja dengan syarat dia punya pekerjaan,'' akunya.
Namun di tengah jalan, ia baru tahu ternyata selama ini hubungan anaknya dengan pelaku tidak sehat.
Pelaku, kata dia, sering marah-marah dan mengancam anaknya.
''Kata temen-temennya, terakhir kemarin dia ini marah-marah ke anak saya sampai teriak-teriak di kampus maksa minta balikan pacaran,'' kisahnya.
Bagaimana bisa kasus ini terungkap, kata dia, bermula dari perangai aneh dari pelaku saat dikonfirmasi mengenai keberadaan anaknya yang menghilang tanpa kabar sejak hari Sabtu (7/4/2019) lalu.
Padahal menurut keterangan pemilik kos, kisahnya, pada hari itu melihat motor pelaku parkir di depan kos korban.
''Dari situ kelihatan aneh. Saat saya telepon, katanya anak saya udah pulang. Tapi saya hubungin gak ada kabar sama sekali,'' jelasnya.
Ternyata pada Kamis (11/4) itu, anaknya sudah dalam kondisi membusuk di kamar kosnya.
Lebih lanjut, ia sekaligus mengklarifikasi isu pembunuhan yang beredar mengatakan bahwa anaknya hamil.
Kabar itu, kata dia sama sekali tidak benar karena anaknya masih dalam kondisi menstruasi saat itu.
''Gak bener itu (hamil). Ini murni karena si cowok cemburu buta. Orang memang kayak orang psikopat ini orangnya. Dulu aja pernah silet tangannya sendiri,'' imbuh sahabat korban, Ni Luh Gede Erawati (20) dan Made Sri Mahoni (20).
''Sempet cerita juga ke kita kalau mereka itu putus-nyambung, sering dikasarin juga. Eh kok malah balikan lagi. Ternyata dipaksa juga,'' tuturnya.
Dengan kejadian ini, sang ibu dan keluarga besar berharap agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
Hingga saat ini, keluarga pelaku juga belum bertemu dengan pihak keluarganya.
''Ya mungkin masih di luar Bali, kan emang merantau. Belum tahu udah dikabarin apa belum soal ini,'' ujarnya. (TribunBali.com)
Baca juga:
• VIDEO VIRAL Pengakuan Pelaku Pembunuhan Guru Honorer, Lihat Ekspresi Saat Sebut 2 Orang Memutilasi
• Kasus Pembunuhan Guru Honorer di Blitar, Kepolisian Ungkap Hubungan Asmara Pelaku dengan Korban
• Fakta Baru Pembunuhan Calon Pendeta Terungkap, Pelaku Bantah Perkosa & Seminggu Memata-matai Korban
• Kabar Terbaru Pembunuhan Melinda Zidemi di OKI, Pelaku Ngaku Naksir dan Niat Awal Bukan Membunuh
• Sempat Tak Mengaku, Ini Kronologi Penangkapan Pelaku dan Fakta Lain Pembunuhan Melinda Zidemi
Likes Fanspage Facebook
Follow Twitter
Follow Instagram
Subscribe official YouTube Channel