Cegah Terorisme di Kaltim Lewat Kampus, BNPT Gelar Dialog di ITK Balikapan
Terorisme jadi lawan nyata bangsa ini beberapa kurun waktu belakangan ini. Teror demi teror meledak di berbagai belahan Indonesia.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Terorisme jadi lawan nyata bangsa ini beberapa kurun waktu belakangan ini. Teror demi teror meledak di berbagai belahan Indonesia.
Yang lebih mengkhawatirkan kelompok radikalis kian subur berkembang. Ironisnya kelompok itu menyasar kaum terpelajar, kemudian membajak fungsi rumah ibadah.
Hal itu diungkapkan, Brigjen Pol. Ir. Hamli, M.E selaku Direktur Pencegahan BNPT, Selasa (9/7/2019) dalam Dialog Pelibatan Civitas Academica di Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Mengutip hasil riset Center for the Study of Religion and Culture (CRSC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah pada 2010, menyatakan dalam jerat yang beragam, kelompok radikal di Solo diketahui menggunakan masjid untuk propaganda ideologinya.

Selain itu hasil riset Setara Institute pada tahun 2017 menyebutkan bahwa masjid, baik di perumahan dan perguruan tinggi di Depok menjadi sarang radikalisme.
"Sikap masyarakat terhadap hasil penelitian di atas terbelah, banyak yang menerima, tidak sedikit yang menolak.
Terlepas dari segala kontroversi, patut direnungkan gejala intoleransi sebagai bibit radikalisme dan terorisme terdeteksi menyebar di tengah masyarakat," katanya.
Fenomena ini hendaknya menyadarkan pemangku kepentingan khususnya di perguruan tinggi. Dimana masjid di kampus dapat disalahgunakan oleh kelompok radikal terorisme, dengan memupuk intoleransi dan radikalisme yang sarat dengan ajaran dan ajakan kekerasan.
Menurutnya, lemahnya pengawasan instansi terkait dan permisifnya civitas academika, bisa memberikan ruang gerak yang leluasa bagi kelompok radikal terorisme menduduki posisi dan tempat strategis di lembaga pendidikan.
"Dibutuhkan perhatian seluruh pemangku kepentingan di lembaga pendidikan tinggi, bahwa terorisme senantiasa bermutasi dengan cepat, semakin hari semakin bervariasi, baik dalam bentuk, metode, pelaku, dan sasaran," jelasnya.
Celah yang dapat dimanfaatkan kelompok radikal terorisme untuk menyebarkan ideologinya harus ditutup civitas academika.
Bagaimana? caranya dengan menjadikan bibit radikal terorisme sebagai musuh bersama, memiliki kemampuan deteksi dini, bahkan secara aktif turut serta mengambil bagian dalam upaya pencegahan.
Sebab itu, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Timur menyelenggarakan kegiatan Pelibatan Civitas Academica dalam Pencegahan Terorisme di Balikpapan dan sekitarnya.
"Ini sebagai upaya menggalang kebersamaan seluruh pemangku kepentingan menghadang laju pergerakan ideologi radikal dan penetrasi kelompok terorisme di perguruan tinggi. Kemudian menjadikan kampus episentrum damai di tengah masyarakat, dan perekat bangsa yang majemuk, dalam bingkai NKRI," bebernya. (*)