Ingin Wujudkan Impian Sang Ayah yang TewasTertimbun, Elgi: Setelah Lulus Saya Daftar Tes Polisi
Remaja berusia 16 tahun itu tampak tegar menyaksikan detik-detik ayahnya dievakuasi tim SAR gabungan keluar dari kabin excavator.
Penulis: Mir |
TRIBUNKALTIM.CO - Remaja berusia 16 tahun itu tampak tegar menyaksikan detik-detik ayahnya dievakuasi tim SAR gabungan keluar dari kabin excavator.
Ia berdiri di atas bukit lokasi longsor tambang batu bara di Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, Kota Samarinda, Rabu (10/7/2019).
Namanya Elgi Sihaloho, anak Norman Sihaloho (40) korban tertimbun longsor di tambang batu bara.
Ia hanya melihat kejauhan saat tubuh ayahnya diangkat dari kabin excavator.
Gontai dirinya berjalan kaki bersama kakak keduanya mendaki jalan terjal yang berada di kawasan tambang tersebut.
Ia jua lah yang menemani jenazah ayahnya di mobil ambulans BPBD Kota Samarinda menuju RSUD IA Moies.

Elgi Sihaloho siswa Kelas XI SMA 10 Samarinda merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Norman Sihaloho dan Emri Berta Toga Torop.
Nyaris setiap hari Elgi Sihaloho dan kakaknya, kadang bersama ibunya ke lokasi pencarian, menanti ayahnya ditemukan.
Elgi Sihaloho menjelaskan, terakhir dia bertemu dengan sang ayah sepekan sebelum kejadian.
Minggu (30/6/2019) pagi itu, Elgi Sihaloho dikejutkan dengan kabar tidak menyenangkan tentang ayahnya.
Padahal, setiap akhir pekan ayahnya dijadwalkan kembali ke rumah untuk bersama-sama beribadah di gereja.
"Rencana mau ke gereja, tapi manajer perusahaan beri tahu kalau bapak terkena musibah di tempat kerja. Semua langsung ke lokasi," ucapnya mengawali percakapan, Rabu (10/7/2019).

"Biasanya akhir pekan bapak selalu pulang, rencana minggu pulang, biasanya ke gereja sama-sama. Hari kerja nginapnya di mess, sekitar 1 Km dari sini," sambung Elgi Sihaloho.
Elgi Sihaloho menilai ayahnya tergolong orang yang cepat akrab dengan orang lain.
Bagi Elgi Sihaloho dan saudaranya, ayahnya merupakan sosok yang tegas namun asyik.