Pertemuan Megawati-Prabowo di Mata Para Pengamat, Pecahnya Koalisi dan Tak Ada Makan Siang Gratis
Pertemuan Megawati dan Prabowo yang bertajuk diplomasi makan siang sukses mencuri perhatian publik. Pengamat politik menerka makna makan siang bersama
Penulis: Rafan Arif Dwinanto |
Saking cairnya politik, bisa tampak bersitegang di permukaan, sementara di belakang layar saling berangkulan.
Pesan tersebut, kata Hamdi, yang mungkin ingin disampaikan para politikus tersebut.
Begitu Pemilu 2019 usai dan sudah diputuskan presiden-wakil presiden terpilih, maka tak ada lagi permusuhan.
Pasca-Pilpres, kata Hamdi, tokoh-tokoh politik mulai menjajaki satu sama lain.
Maka terjadilah pertemuan Prabowo dengan Megawati yang sebelumnya pernah berpasangan dalam Pilpres 2009.
"Yang namanya penjajakan, pasti ada diplomasi, saling berkirim simbol.
Termasuk kode Prabowo yang mengaku kangen dengan masakan Megawati," kata Hamdi.
Sebelum memasuki periode kedua pemerintahan Jokowi, masih terbuka luas kesempatan bongkar pasang koalisi.
Hingga saat ini, Partai Gerindra masih kokoh di barisan oposisi.
Namun, kata Hamdi, tak menutup kemungkinan partai tersebut akan merapat ke pemerintah.
Sebab, Prabowo pernah menyatakan bahwa pihaknya akan siap membantu jika dibutuhkan pemerintah.
Dengan adanya pertemuan tersebut, lanjut Hamdi, bukan tidak mungkin ada pembahasan yang menyerempet ke arah tersebut.
"Saya kira, ini bisa berarti Megawati membuka pintu untuk mengajak Prabowo berkoalisi.
Atau sebaliknya, entah Prabowo sendiri yang mencoba mencari konstelasi baru setelah urusan MK selesai," kata Hamdi.
Masih banyak posisi politik yang bisa dirundingkan dalam diplomasi tersebut.