Jadi Nelayan hingga Penambang Emas, Inilah Kisah Wanita-wanita Tangguh di Pedalaman Long Suluy Berau
Saat kondisi air sungai sedang jernih, maka warga Long Suluy, Berau akan menjadi nelayan atau pencari emas.
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Jika ingin melihat kesetaraan gender, datanglah ke Kampung Long Suluy.
Karena di kampung ini, semua pria dan wanita bekerja keras, saling membantu perekonomian keluarga.
Di Kampung Long Suluy, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur ini, tidak ada profesi yang khusus, karena semua pekerjaan tergantung musim.
Jika musim buah-buahan atau musim madu, hampir seluruh warganya meninggalkan kampung menuju hutan untuk mencari buah di hutan, seperti rambutan, maritam, durian, lahung dan sebagainya.
Jika musim panen padi, lada, atau pisang, mereka akan pergi ke ladang.
Saat kondisi air sungai sedang jernih, mereka akan menjadi nelayan atau pencari emas.
Kampung ini memang berada di bantaran Sungai Long Suluy, sama seperti nama kampungnya.

Tidak hanya suami atau istri yang mencari nafkah, anak-anak pun di bawa ke tengah hutan atau mencebur ke sungai, memungut apapun yang diberikan alam kepada mereka.
Jika para pria mengangkut dan mengayak (menyaring untuk memisahkan antara emas dan pasir), para wanitanya akan menyelam ke dasar sungai.
Mengarahkan selang ke tumpukan pasir.
Selang itu terhubung langsung ke mesin pompa penyedot pasir.
Tubuh para wanita itu diikat dengan seutas tali yang membentang di kanan - kiri sungai, agar mereka tidak terseret arus.
Mereka harus menggigit selang dari karet, yang menjadi alat pernafasan mereka di dalam air.
Ya, alih-alih menggunakan alat selam, mereka menggunakan kompresor yang ditenagai bahan bakar minyak untuk membantu mereka bernafas lebih lama di dalam sungai, agar semakin banyak pasir yang mereka hasilkan.
Semakin banyak pasir, semakin besar peluang mendapat butiran-butiran emas.
