Jadi Nelayan hingga Penambang Emas, Inilah Kisah Wanita-wanita Tangguh di Pedalaman Long Suluy Berau
Saat kondisi air sungai sedang jernih, maka warga Long Suluy, Berau akan menjadi nelayan atau pencari emas.
Menurut Bakri, justru para wanitanya yang lebih tangguh mencari emas.
"Mungkin karena mereka perempuan, matanya lebih jeli melihat emas," selorohnya.
Baca juga :
Lebih Berharga dari Emas, Bekicot yang Dulu Dibuang karena Dianggap Hama Kini Ramai Diburu Petani
Bulog Divre Kaltimra Kenalkan Beras Etam, Beras Pulen dari Penajam Paser Utara, Kemasan mulai 5 Kg
Non Ce, wanita Dayak Punan, Kampung Long Suluy juga mengakui, tidak jarang dirinya turun menyelam mencari emas.
"Ganti-gantian saja dengan suami," ujarnya.
Tapi kini Non Ce sudah mulai jarang menyelam di sungai. Ia memilih menjadi pengepul emas.
"Ya sesekali kalau tidak ada kerjaan turun ke sungai," katanya lagi.
Emas-emas yang dihasilkan tidak disimpan di tempat khusus seperti lemari apalagi brankas.

Butiran emas itu disimpan di atas piring begitu saja.
Karena kampung ini memang sangat aman, belum pernah ada kejadian kasus kriminal seperti pencurian.
Emas-emas itu akan dibawa ke Tanjung Redeb, Kabupaten Berau untuk dijual, ketika mereka kehabisan bahan pangan.
"Kalau hasil panen tidak bagus, beras tinggal sedikit, baru dijual ke Tanjung," kata Non Ce.
Di kota, emas yang masih berbentuk butiran pasir atau batu sungai ini dijual Rp 450 ribu per gram.