Kapal Nelayan Dibajak di Perairan Aru, 9 ABK Ceburkan Diri ke Laut, Sisanya Puluhan Orang Disandera
Saat kejadian itu, ada sembilan ABK yang langsung melompat ke laut dan belasan lainnya masih di dalam kapal.
Belum lama ini, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau Tekad Sumadi mengatakan, kondisi cuaca saat ini tidak menentu dan tidak menutup kemungkinan muncul gelombang tinggi hingga 1,5 sampai 2 meter yang dapat yang dapat membahayakan aktifitas tranportasi di laut.
"Waspadai saat terjadinya hujan disertai angin cukup kencang. Apalagi kondisi cuaca di perairan Berau bisa saja bertambah buruk saat memasuki musim kemarau ini.
Saat musim kering biasanya muncul angin kencang dan gelombang tinggi," jelasnya.
Karena itu, pihaknya mengimbau agar para nelayan maupun layanan transportasi lainnya, agar memperhatikan kondisi cuaca sebelum melakukan aktivitas di tengah laut.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat memperbaharui laporan cuaca yang bisa diakses melalui website milik BMKG, maupun aplikasi cuaca yang sudah banyak tersedia dalam bentuk aplikasi berbasis telepon seluler (ponsel) cerdas.
“Rata-rata aplikasi cuaca yang tersedia sudah cukup akurat, bahkan beberapa ponsel sudah menyediakan aplikasi cuaca sebagai paket bawaannya.
Dan sudah bisa memberikan laporan cuaca secara real time jika sudah terkoneksi dengan internet,” kata Sumardi.
Seperti diberitakan Tribunkaltim.co sebelumnya, sepanjang bulan Juni 2019 ini, sudah ada tiga laporan kecelakaan transportasi air.
Pada hari Senin (17/6/2019), Kapal Motor Yanti 03 asal Kabupaten Berau juga dilaporkan karam di Perairan Manubar, Kecamatan Sandaran, Kutai Timur.
Kapal tersebut membawa tiga anak buah kapal dan seorang nahkoda, beruntung seluruhnya selamat dari peristiwa tenggalamnya kapal ini.
Kemudian insiden Kapal Layar Motor Sitinurhalisa yang dilaporkan karam di Sungai Segah Kampung Sukan pada hari Sabtu (22/6/2019).
Terakhir kapal Landing Craft Tank (LCT) Sarwaguna 5 mengalami kecelakaan di laut setelah dihantam gelombang setinggi dua meter.
Tiga orang anak buah kapal selamat, namun nahkoda kapal ditemukan tewas karena tidak sempat menyelamatkan diri saat kapal terbalik.
Tekad Sumardi juga mengimbau agar para nelayan dan juga operator yang melayani jasa transpotasi air kepada para wisatawan, agar mengenakan pelampung sebagai alat keselamatan. (*)