Kabut Asap Mewabah, Kualitas Udara di Kukar Kalimantan Timur Masih di Bawah Ambang Mutu
Ia menuturkan, pihaknya akan membentuk tim-tim kecil terdiri OPD terkait. Tim kecil ini akan tidur langsung di rumah-rumah warga di sana.
Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Budi Susilo
Kiriman asap tersebut, menurut pengakuan Channe, telah menganggu aktivitas warga sekitar dan mengakibatkan berbagai penyakit, terutama saluran pernapasan.
"Kiriman asap ini jelas menganggu aktivitas warga. Banyak yang sesak nafas, rumah tidak bisa dibuka, anak-anak tidak boleh keluar rumah. Sangat menganggu. Kita jadi susah nafas," ucapnya.
Channe juga mengatakan, bencana karhutla tak hanya menganggu warga setempat tetapi juga satwa-satwa yang tinggal di hutan.
"Sama seperti manusia, satwa-satwa ini juga berada di ujung tombak seperti manusia yang juga terkena dampak dari karhutla ini," ucapnya.
Menurutnya, jumlah satwa yang terkena dampak karhutla ini jumlahnya lebih besar daripada yang diberitakan media.
"Yang banyak diberitakan media kan hanya orang hutan. Padahal, banyak satwa-satwa liar yang kehilangan habitatnya dan mati terbakar karena karhutla ini," tambanhnya.
Penanganan karhutla Channe juga menyayangkan tidak adanya pihak yang membahas larangan api di lahan gambut.
Menurutnya, negara-negara di dunia yang memiliki masalah serupa memberlakukan larangan api di wilayah yang rentan kebakaran.
"Di negara lain barbeku pun enggak boleh kalau area tersebut rentan kebakaran, tetapi di Indonesia tidak ada pihak yang membahas hal itu," ujar Dia.
Untuk mengatasi terjadinya karhutla, Channe menyarankan agar ada pemetaan lahan gambut dan memberlakukan larangan penggunaan api di lahan gambut, terutama saat musim kemarau.
Dengan demikian, asap sekecil apapun lebih mudah dideteksi dan langsung ditangani.
Menurutnya, satu-satunya cara untuk menangani karhutla adalah saat api masih dalam skala kecil. Maka dari itu, Channe menyarankan adanya pelarangan api.
"Kalau sekarang pemadam kebakaran diturunkan saat api sudah besar atau menunggu laporan tentang titik api dari satelit. Itu sudah terlambat. Kalau gambutnya terbakar dalam skala besar itu sudah tidak ada harapn," ucapnya.
Di tempat terpisah, kabar terkini, ada kebakaran lahan belakangan ini kerap terjadi di sekitar wilayah Kecamatan Sangatta Utara maupun Sangatta Selatan.
Pada Kamis (19/9/2019) kemarin sore, kebakaran lahan kembali terjadi di Kelurahan Singa Geweh, Kecamatan Sangatta Selatan, Kalimantan Timur.