Sederet Kendala yang Dihadapi Petugas untuk Padamkan Karhutla di Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia

Sekda PPPU Tohar mengungkapkan sulitnya memadamkan karhutla di Penajam Paser Utara yang menjadi lokasi baru ibu kota Indonesia

Penulis: Heriani AM | Editor: Rafan Arif Dwinanto
Tribunkaltim.co/Fachmi Rachman
Miss Glam World 2019, Ratih Ayu Syafriza saat tinjau karhutla di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (17/9/2019) siang. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Sepanjang musim kemarau berlangsung, intensitas kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Penajam Paser Utara meningkat cukup signifikan.

Tercatat 58 kasus karhutla hingga hari ini, Senin (23/9/2019), di lokasi ibu kota baru Indonesia ini.

Dan lebih dari 30 kasus karhutla di Penajam Paser Utara, terjadi pada September ini.

Pembalajaran Sosial Solusi Atasi Karhutla Kaltim

Viral Langit Merah di Muaro Jambi Lantaran Sedang Karhutla, BMKG Sebut Hamburan Mie

Penanganan Karhutla di Lokasi Ibu Kota Baru RI, Bangun Posko Dekat Titik Api, Kehausan Habis Makanan

Kisah Kapolres Berau Hadapi Kabut Asap Karhutla, Setiap Malam Dapat Peringatan dari Polda Kaltim

Sebanyak 58 titik, sebagian besar terjadi di Kecamatan Penajam.

Sekretaris Daerah atau Sekda PPU Tohar mengungkapkan, jumlah kasus meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah kasus pada tahun sebelumnya.

Ia belum menerima laporan luasan total lahan yang terbakar secara keseluruhan dari kasus yang ada.

Namun pastinya sudah ratusan hektare.

"Di kelurahan Petung dan Giripurwa kemarin yang berhasil ditangani selama 15 hari, total lahan yang terbakar 110 hektare, belum daerah lain," katanya, Senin (23/9/2019).

Pengerahan personel di lapangan telah dilakukan secara maksimal.

Namun, dititik tertentu petugas cukup kewalahan.

Alat kelengkapan pemadaman, tidak bisa menyentuh titik api tertentu.

Titik tertentu itu pun, jauh dari sumber air sehingga penanganan sedikit terhambat.

Faktor alam juga memberikan kontribusi penting.

Terik matahari cukup ekstrem dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Angin juga berhembus cukup kencang ditambah material yang terbakar yakni lahan gambut.

"Kalau lahan biasa, tanpa gambut, kita semprot sudah padam karena hanya permukaan yang terbakar.

Tapi jika sudah lahan gambut, apinya masuk kedalam.

Pengalaman pada karhutla Petung Giripurwa, lahan gambutnya setinggi 1 meter lebih, dan terdapat kayu yang terbakar didasarnya," terangnya.

Armada yang digunakan dilapangan pun, ada yang mengalami kerusakan seperti armada AWC Polres Penajam Paser Utara.

"Alhamdulillah sudah diperbaiki," imbuhnya.

Satu pompa portabel juga tak luput mengalami kerusakan, akibat durasi hidup mesin melebihi kapasitas semestinya.

Pria yang juga menjabat ex officio Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD PPU ini menambahkan, antisipasi untuk kasus karhutla pada lahan gambut dan luas, adalah melakukan mapping.

Jajaran pemerintahan desa, kelurahan maupun kecamatan, diminta untuk memberikan fakta lapangan.

"Kedepan sangat diperlukan untuk implementasi dilapangan, bercermin dari kejadian lalu, kita kesulitan mendapatkan air.

Nanti disepakati, dititik tertentu dibuatkan embung, dan bisa kita antisipasi ada potensi yang bisa kita gunakan untuk pemadaman," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved