Garuda Mulawarman Keluar, Berikut Sikap Aliansi Kaltim Bersatu Jelang Aksi di DPRD Kaltim
Garuda Mulawarman Keluar, Berikut Sikap Aliansi Kaltim Bersatu Jelang Aksi di DPRD Kaltim
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Aliansi Kaltim Bersatu menyangkan dan mengutuk keras sikap Aliansi Garuda Mulawarman (AGM) yang keluar dari aliansi.
Minggu (29/9) siang tadi, Aliansi Kaltim Bersatu membacakan pernyataan sikap dihadapan awak media, yang dilaksanakan di gedung kelas Fakultas Hukum (FH) Univesitas Mulawarman (Unmul).
• Aliansi Kaltim Bersatu Siap Tanggung Jawab Terhadap Pelajar yang Ikut Demonstrasi di DPRD Kaltim
• Aliansi Kaltim Bersatu Siap Duduki DPRD Kaltim, Jumlah Tuntutan Lebih Banyak dari Sebelumnya
• Unjuk Rasa di Samarinda Ricuh, Korban Berjatuhan, Berikut Enam Tuntutan Aliansi Kaltim Bersatu
Berikut Pernyataan Sikap Aliansi Kaltim Bersatu
Perihal pengunduran diri Aliansi Garuda Mulawarman (AGM) yang disampaikan tiap pimpinan lembaga: BEM KM UNMUL, BEM FKIP UNMUL, BEM FAPERTA UNMUL, BEM FKM UNMUL, BEM FIB UNMUL, BEM FEB UNMUL, BEM FKTI UNMUL, LEM SYLVA UNMUL, BEM FARMASI UNMUL, BEM FK UNMUL, dan BEM FMIPA UNMUL.
Pada saat aksi berlangsung kamis (26/9), AGM mengundurkan diri dan menyatakan sikapnya dalam video berdurasi singkat.
Alasan yang disampaikan, yaitu : Kerusuhan di sekitar gedung DPRD Provinsi Kalimantan Timur; Tidak menginginkan adanya jatuh korban; Menyesali adanya kerusakan fasilitas negara; dan tidak menginginkan adanya mahasiswa yang kehilangan masa depan. AGM merencanakan akan membangun gerakan internal Unmul.
Dalam rapat-rapat pimpinan lembaga saat aksi berlangsung, pihak AGM bersikeras untuk melakukan negoisasi/mediasi dengan menemui pihak perwakilan DPRD Prov. Kaltim.
Sedangkan konsolidasi terbuka yang juga dihadiri AGM Selasa (24/9), dihasilkan kesepakatan bersama yaitu tidak melakukan negoisasi atau mediasi kepada perwakilan DPRD Prov. Kaltim.
Kesepakatan tersebut kami anggap sebagai bentuk #mositidakpercaya kami, protes keras karena Pemerintah, legislatif maupun eksekutif tidak berpihak pada rakyat tertindas dan segala bentuk kompromi hanya akan mengakibatkan melemahnya gerakan rakyat.
Kami berusaha agar tidak memberikan panggung kepada penguasa (Pemerintah), menolak gerakan ini ditunggangi oleh elit-elit politik, elit oposisi, elit mahasiswa maupun kanan reaksioner, agar mencegah adanya oportunisme di dalam gerakan.
Kami menanggapi alasan yang disampaikan oleh AGM adalah bentuk pelemahan terhadap gerakan rakyat.
Pertama, AGM tidak melihat ini secara utuh, aksi massa sendiri dilakukan karena bentuk perlawanan terhadap kebijakan anti demokrasi, pemiskinan rakyat, dan segala bentuk upaya penindasan oleh penguasa.
Tapi, perlawanan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh massa aksi dianggap sebagai biang kerusuhan oleh AGM, termasuk pelajar-pelajar yang sangat militan saat aksi.
Kedua, korban yang berjatuhan adalah bukti kesewenangan penguasa ditopang oleh aparat-aparatnya. Mundur dalam gerakan perlawanan ketika korban berjatuhan bahkan berdamai dengan penguasa (negoisasi atau mediasi) adalah salah satu bentuk tidak menghormati perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan.
Ketiga, Ini adalah alasan yang paling kami anggap konyol. Di tengah penindasan yang semakin meruncing, pihak AGM malah menyayangkan fasilitas yang hanya dinikmati oleh elit-elit politik rusak. Justru peserta aksi melakukan pertahanan diri terhadap berbagai segala bentuk represifitas aparat lewat water cannon, menembaki gas air mata bahkan peluru karet yang membuat massa aksi terluka.