Gempa Hari Ini

Soal Kabar Gempa Besar dan Tsunami di Ambon, Piru dan Saparua, Begini Penjelasan Lengkap BMKG

BMKG menginformasikan bahwa gempa hari ini Minggu 29 September 2019 masih terus menguncang Ambon, Provinsi Maluku.

Penulis: Doan Pardede | Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Kolase twitter BNPB
Gempa yang terjadi di Ambon, Maluku membuat warga panik dan sejumlah bangunan mengalami rusak berat, Kamis (26/9/2019) 

TRIBUNKALTIM.CO - BMKG menginformasikan bahwa gempa hari ini Minggu 29 September 2019 masih terus menguncang Ambon, Provinsi Maluku.

BMKG mencatat ada lebih dari 5 gempa hari ini Minggu 29 September 2019 yang menguncang Ambon.

Gempa hari ini Minggu 29 September 2019 yang menguncang Ambon terjadi pukul 07.16 WIB terkuat sebesar 3,4 SR.

Tak Disiapkan Tenaga Medis, Para Pengungsi Gempa Ambon Mulai Sakit

Bencana Gempa di Ambon, Warga Heboh Kemunculan Lubang Seukuran Sumur, BMKG Beri Penjelasan

Gempa Masih Terus Guncang Ambon, Berikut Data Korban dan Bantuan yang Diperlukan Pengungsi

Sering Terjadi Gempa Susulan, Warga Ambon Mengaku Pusing dan Mual

Sementara gempa hari ini Minggu 29 September 2019 terakhir mengguncang Ambon sekitar pukul 16.30 WIB dengan kekuatan 2,5 SR.

30 Korban Meninggal dan 156 Luka-Luka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, per Minggu (29/9/2019) pagi, sebanyak 30 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka akibat gempa yang mengguncang Kota Ambon dan sekitarnya.

"Berdasarkan laporan BPBD Provinsi Maluku tanggal 29 September 2019 Pukul 07.00 WIT, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 30 orang dan luka-luka 156 orang," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo melalui keterangan tertulis, Minggu.

Rinciannya, di Kota Ambon, Agus menuturkan terdapat 10 korban meninggal dunia dan 31 korban luka-luka.

Kemudian, di Kabupaten Seram bagian barat, terdata 6 korban meninggal dan 17 luka-luka.

Rumah di Ambon ambruk setelah terbakar sesaat setelah gempa 6,8 magnitudo mengguncang daerah itu, Kamis (26/9/2019).
Rumah di Ambon ambruk setelah terbakar sesaat setelah gempa 6,8 magnitudo mengguncang daerah itu, Kamis (26/9/2019). ((KOMPAS.com/ RAHMAT RAHMAN PATTY))

Terakhir, di Kabupaten Maluku Tengah, BNPB mencatat 14 orang meninggal dan 208 korban luka-luka. Agus mengatakan, jumlah korban berpotensi terus bertambah lantaran BNPB masih melakukan pendataan.

"Pendataan akan terus dilakukan oleh BPBD Provinsi Maluku, BPBD Kota Ambon, BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat dan BPBD Kabupaten Maluku Tengah. BNPB mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk membantu dan mendampingi BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Maluku," tuturnya.

Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy juga telah menetapkan status tanggap darurat yang berlaku pada 26 September hingga 9 Oktober 2019.

Untuk menangani gempa tersebut, Wali Kota juga membentuk Pos Komando Tanggap Darurat Bencana (Posko PDB).

Gempa bermagnitudo 6.8 (dimutakhirkan menjadi 6.5 magnitudo), sebelumnya, mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) sekitar pukul 08.46 WIT.

Adapun lokasi gempa berada pada titik koordinat 3.38 Lintang Selatan,128.43 Bujur Timur atau berjarak 40 km Timur Laut Ambon-Maluku dengan kedalaman 10 km.

Tanggapan BMKG soal isu gempa besar dan tsunami

Beberapa saat setelah terjadi gempa 6,8 SR pada 26 september 2019 lalu, sempat beredar kabar bahwa akan terjadi gempa besar dan tsunami dan Ambon, Teluk Piru, dan Saparua.

Terkait hal ini, BMKG langsung memberi respons melalui press rilis Nomor: GF.00.02/24/DG/IX/2019 TENTANG TANGGAPAN BMKG MENANGGAPI ISU AKAN TERJADI GEMPA BESAR DAN TSUNAMI DI AMBON, TELUK PIRU, DAN SAPARUA

Berikut penjelasan BMKG selengkapnya:

PRESS RILIS Nomor: GF.00.02/24/DG/IX/2019 TENTANG TANGGAPAN BMKG MENANGGAPI ISU AKAN TERJADI GEMPA BESAR DAN TSUNAMI DI AMBON, TELUK PIRU, DAN SAPARUA

Menanggapi beredarnya berita yang di masyarakat dan viral di media sosial terkait isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua maka bersama ini kami sampaikan tanggapan sebagai berikut:

1.Hingga hari Jumat 27 September 2019 pukul 10.00 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap Gempabumi Kairatu, Ambon, dan Haruku berkekuatan M=6,5 yang terjadi kemarin 26 September 2019 menunjukkan telah terjadi 264 kali dengan magnitudo terbesar M=5,6 dan terkecil M=3.0.

Secara statistik, frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil.

2.Terkait dengan isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua adalah tidak benar atau berita bohong (hoax), karena hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya.

3.Untuk itu masyarakat dihimbau agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

4.Terkait informasi gempabumi dan tsunami, pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg(user: pemda, pwd: pemda-bmkg) atau infobmkg.

Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.*

Jakarta, 27 September 2019

DEPUTI BIDANG GEOFISIKA BMKG

Mitigasi Saat Gempa

Gempa Ambon yang terjadi Kamis (26/9/2019) menimbulkan kerusakan bangunan dan korban jiwa.

Nyawa melayang akibat gempa bumi bukan kali ini saja terjadi.

Sebagai contoh, saat gempa Lombok beberapa waktu lalu terjadi, gempa ini juga menewaskan banyak orang.

Gempa bumi memang kerap mengguncang wilayah di Indonesia.

Berada di daerah rawan bencana, menuntut masyarakat sadar akan mitigasi.

Mengetahui mitigasi gempa bumi, setidaknya membantu meminimalisir risiko bencana dan korban karenanya.

Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Daryono, mengelola rasa panik harus dilakukan setiap orang yang saat itu berada dalam situasi gempa bumi, terlebih ketika goncangan besar melanda.

"Masyarakat kalau di dalam rumah, goncangannya besar jangan paksa lari keluar. Tunggu guncangannya selesai. (Berlindung dengan cara) cari barang apa saja yang bisa melindungi badan kita," kata Daryono kepada Kompas.com, Kamis (26/9/2019).

Saat gempa besar ini terjadi, tubuh otomatis akan mengikuti gerak tanah.

"Kalau gempa besar, enggak bisa kita jalan atau merangkak. Lempar sana sini (tubuh terombang-ambing).

Belum lagi rak buku ambruk, televisi jatuh, semua terlempar. Bisa saja pintu enggak bisa dibuka karena terkunci," ujar Daryono.

BMKG memberikan sejumlah cara menyelamatkan diri saat gempa terjadi.

Masyarakat harus memperhatikan dan mengenal lingkungan sekitar, kemudian memilih cara penyelamatan terbaik dengan risiko terminim saat gempa mengguncang.

Jika di dalam ruangan, lindungi kepala dan badan dari runtuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja atau lainnya yang dapat mengurangi risiko ini.

Anda bisa keluar dari ruangan tersebut apabila dirasa masih benar-benar memungkinkan.

Jika di luar bangunan atau area terbuka, sebisa mungkin hindari bangunan di sekitar, seperti gedung, tiang listrik, pohon, dan lainnya.

Perhatikan tempat berpijak Anda dan hindari retakan tanah.

Saat mengendarai mobil dan terjadi gempa, segera keluar, turun, dan jauhi mobil jika terjadi rekahan tanah atau kebakaran.

Jika memang dirasa aman, Anda dapat berlindung di samping mobil.

Gempa terasa saat berada di pantai, Anda disarankan segera menjauhi pantai dan menuju ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari gelombang tsunami.

Bagi Anda yang berada atau tinggal di daerah pegunungan, hindari titik-titik yang kemungkinan akan longsor.

Sesudah Gempa

Saat gempa telah berakhir, bagi yang berada dalam ruang dapat keluar dengan tenang dan tertib.

Sebelum kembali ke rumah atau ruangan, wajib untuk memeriksa dan memastikan tidak ada kerusakan bangunan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan.

Penting untuk tidak menggunakan lift atau tangga berjalan sesaat setelah gempa.

Lebih aman untuk memakai tangga biasa. Jika memang ada bagian tubuh yang terluka, segera lakukan P3K.

Jangan ragu untuk segera minta pertolongan apabila mengalami luka parah.

Periksa lingkungan sekitar, seperti apakah ada kebakaran, kebocoran gas, arus pendek, atau hal lain yang dapat membahayakan.

BMKG Jelaskan Jenis Gempa di Pulau Kalimantan, Paling Rendah Dibanding Daerah Lain di Nusantara

Khawatir Tsunami Usai Gempa 6,8 Magnitudo, Ribuan Warga Seram Bagian Selatan Mengungsi di Perbukitan

Detik-detik Siswa dan Guru di Bali Berhamburan Saat Gempa Terjadi, Sebagian Langsung Berteriak

Pengakuan Pasha Ungu, Kenang Detik-detik Gempa & Tsunami Palu, Dalam Masa Sulit Hingga Sempat Stress

(TribunKaltim.co/Doan Pardede)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved