Hari Kesaktian Pancasila 2019: Berbeda dengan Hari Lahir Pancasila, Ada Kaitan G30S/PKI
Memasuki bulan Oktober, tepat pada tanggal 1 Oktober bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
TRIBUNKALTIM.CO - Tak terasa, bulan Oktober sudah tiba.
Memasuki bulan Oktober, tepat pada tanggal 1 Oktober bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Masih banyak di antara masyarakat Indonesia yang sering salah kaprah antara Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila.
• Sederet Ucapan Cocok Dibagikan di WhatsApp, Instagram, Facebook dan Twitter di Hari Lahir Pancasila
• 1 Juni Hari Lahir Pancasila, Kontemplasi Soekarno dari Timur Indonesia dan Dua Pemuka Agama
• Sebut FPI Sesuai dengan Pancasila, Awit Mashuri Beri Tantangan Ini Ke Presiden Jokowi
• 30 Ucapan Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2019, Cocok Kirim via WA, IG dan Facebook
Namun, dua hari bersejarah di Indonesia yakni Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila diperingati terpisah.
Hari Kesaktian Pancasila diperingati tiap 1 Oktober.
Sementara Hari Lahir Pancasila diperingati tiap 1 Juni.
Banyak yang menduga jika tanggal 1 Juni adalah Hari Kesaktian Pancasila, meski sebenarnya diperingati Hari Lahir Pancasila.
Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila berbeda.
Hari Kesaktian Pancasila diperingati 1 Oktober dan Hari Lahir Pancasila diperingati 1 Juni.
Sebenarnya kedua hari peringatan terhadap lambang negara itu berbeda makna.
Dilansir TribunJogja.com, Hari Kesaktian Pancasila lebih berkaitan dengan peristiwa G30S/PKI yang terjadi 30 September 1965.
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S).
Insiden ini masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya, seperti dilansir dari Wikipedia.
Akan tetapi otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta beberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta.