Sejarah Hari Ini
SEJARAH HARI INI: 14 Tahun Lalu Tragedi Bom Bali 2 Tewaskan 23 Orang Termasuk Pelaku
Sejarah Hari Ini mengingatkan kita pada tragedi kelam 14 tahun silam, tepatnya 1 Oktober 2005. Untuk kali kedua bom bunuh diri terjadi di Bali
Penulis: Syaiful Syafar |
TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah Hari Ini mengingatkan kita pada tragedi kelam 14 tahun silam, tepatnya 1 Oktober 2005. Untuk kali kedua bom bunuh diri terjadi di Bali.
Lokasi serangan Bom Bali 2 adalah kawasan yang dipadati wisatawan, yaitu RAJA’s Bar and Restaurant Kuta, dan Nyoman Cafe Jimbaran.
Bom Bali 2 ini memakan korban meninggal dunia sebanyak 23 orang termasuk pelaku.
• SEJARAH HARI INI: 28 September, Hari Kereta Api Nasional atau Hari Kereta Api Indonesia
• SEJARAH HARI INI: 22 Tahun Lalu Kecelakaan Pertama Garuda Indonesia, 222 Penumpang Tewas
• SEJARAH HARI INI: Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September, Yuk Belajar Bahasa Isyarat!
• SEJARAH HARI INI: 19 September Stadion San Siro Markas Kebanggan AC Milan dan Inter Milan Diresmikan
Mengutip Wikipedia, menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun 2002 (Bom Bali 1).
Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai bukti pengeboman bunuh diri.
Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan.
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa jenis bom yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh "serpihan tajam" (shrapnel), dan bukan ledakan kimia.
Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang tubuhnya.
Dalang Pelaku Bom Bali 2
Pada acara konferensi pers, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia.
Namun, aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM, sehingga menjadi kurang peka.
Dalam konferensi pers pada 2 Oktober 2005, Inspektur Jenderal Made Mangku Pastika menunjukkan video salah satu pengebom memasuki Restoran Raja di Kuta dengan menyanggul ransel, dan meledakkannya.
Pada 9 November 2005, polisi melakukan penyergapan di sebuah vila di Kota Batu.
Dalam peristiwa tersebut, Dr Azahari, buronan asal Malaysia yang diduga merupakan orang yang membuat bom dalam dua kali pengeboman di Bali, tewas ditembak polisi.
Kemudian pada hari yang sama di Semarang, dilakukan penyergapan dan perburuan di tempat persembunyian buronan lainnya, Noordin M Top.