Miryam Bersitegang dengan Novel Baswedan di Depan Hakim 'Saya Dibikin Mabok Duren'
Sidang kasus korupsi proyek pengadaan KTP-elektronik (KTP-el) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, pada Rabu (9/10/2019) ini berlangsung panas
TRIBUNKALTIM.CO - Sidang kasus korupsi proyek pengadaan KTP-elektronik (KTP-el) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, pada Rabu (9/10/2019) ini berlangsung panas.
Mantan anggota DPR RI, Miryam S Hariyani, dan penyidik KPK, Novel Baswedan sempat bersitegang di persidangan.
JPU pada KPK menghadirkan mereka sebagai saksi untuk terdakwa Markus Nari.
• Divonis 5 Tahun Penjara, Miryam: Saya Akan Kejar Novel Baswedan Kemana Pun
• Hakim Anggap Miryam Berbohong dan Terbukti Terima Uang dari Korupsi E KTP
• Jaksa KPK Sebut Miryam Sengaja Cabut BAP Bukan Karena Intimidasi Penyidik. Ini Penyebabnya
• Terungkap, Miryam Kurir Suap Korupsi E-KTP, Bagikan 1,2 Juta Dolar AS ke Puluhan Anggota DPR
Di persidangan itu, Miryam bersama dengan Novel, dan JPU pada KPK, Ariawan Agustriantono, duduk berdampingan dihadapan majelis hakim.
Hal ini berawal pada saat Novel mengungkapkan pernah memeriksa Miryam pada pemeriksaan keempat untuk kepentingan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Novel mengklaim Miryam meminta dirinya untuk melakukan pemeriksaan. Padahal, kata Novel, selama ini Miryam sudah diperiksa oleh penyidik KPK lainnya, yaitu Iwan Susanto.
"Di tengah penyidikan, Miryam ingin bertemu saya. Di pemeriksaan keempat, saya menanyakan fokus mengenai uang (aliran korupsi KTP-elektronik,-red)" ungkap Novel.
Namun, Miryam membantah.
Dia menegaskan Novel sudah melakukan pemeriksaan sejak awal.
"Saya sejak awal di periksa Novel (Baswedan,-red). Jangan diputar balikkan pak Novel," kata Miryam.
Dia menegaskan tidak mempunyai kapasitas untuk meminta Novel melakukan pemeriksaan.
"Saya mau mencari pak Novel dong, hello apa kapasitas saya," kata dia.
Selain itu, dia mengungkapkan, tidak pernah ditekan atau diintimidasi oleh anggota DPR RI.
Dia merasa penyidik KPK yang telah mengintimidasi untuk kepentingan pembuatan BAP.
"Ada penekanan terhadap diri saya, sejak awal oleh Pak Novel. Saya sudah terangkan waktu itu di pengadilan saat bersaksi, bahkan saya dibikin mabok duren. Pak Novel sendiri makan duren ko, sampe saya muntah-muntah," ujarnya.
Sebelumnya, Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, memberikan keterangan sebagai saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (9/10/2019).
Novel memberikan keterangan untuk mantan anggota DPR RI, Markus Nari, terdakwa merintangi proses hukum perkara korupsi proyek Pengadaan Paket Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (KTP Elektronik) Tahun 2011-2012.
Di persidangan hari ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK menghadirkan tiga orang saksi.
Selain Novel Baswedan, dua orang saksi lainnya, yaitu mantan anggota DPR RI, Miriam S Hariani, dan salah satu JPU pada KPK, Ariawan Agustriantono.
Untuk diketahui, JPU pada KPK mendakwa mantan anggota DPR RI, Markus Nari, merintangi proses hukum perkara korupsi proyek Pengadaan Paket Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional (KTP Elektronik) Tahun 2011-2012.
JPU pada KPK, Ahmad Burhanudin, mengatakan terdakwa telah sengaja mencegah atau merintangi secara langsung atau tidak langsung pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap saksi Miryam S. Haryani dan terdakwa Sugiharto dalam perkara tindak pidana korupsi proyek Pengadaan Paket Penerapan KTP Elektronik tahun 2011-2012 pada Kementerian Dalam Negeri atas nama Irman dan Sugiharto.
Selain didakwa merintangi penyidikan KPK, Markus Nari juga didakwa melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi USD1,400,000, terkait proyek pengadaan pengadaan barang/jasa paket Penerapan KTP Elektronik Tahun Anggaran 2011-2013.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bersitegang di Pengadilan, Miryam Minta Novel Baswedan Jangan Putarbalikkan Fakta, https://www.tribunnews.com/nasional/2019/10/09/bersitegang-di-pengadilan-miryam-minta-novel-baswedan-jangan-putarbalikkan-fakta?page=all.