Apa Kabar Fadli Zon? Nasib Setelah Gagal jadi Menteri dan Kursi Wakil Ketua DPR Diambil Sufmi Dasco
Apa kabar Fadli Zon? Bagaimana nasibnya setelah gagal jadi Menteri dan kursi Wakil Ketua DPR diambil Sufmi Dasco?
TRIBUNKALTIM.CO - Apa kabar Fadli Zon? Bagaimana nasibnya setelah gagal jadi Menteri dan kursi Wakil Ketua DPR diambil Sufmi Dasco?
Fadli Zon kini tak lagi menjabat Wakil Ketua DPR RI, bahkan ia juga gagal jadi Menteri.
Politikus Partai Gerindra Fadli Zon gagal terpilih jadi Menteri di susunan Kabinet Indonesia Maju, Jokowi - Maruf Amin periode 2019-2024.
Padahal, nama Fadli Zon sebelumnya sempat santer disebut-sebut sebagai calon Menteri dari Partai Gerindra.
• Jika Gerindra Masuk Kabinet, Fadli Zon akan Ambil Sikap Ini Kepada Pemerintah
• Pelatikan Presiden, Namanya Santer Disebut jadi Pembantu Jokowi di WhatsApp, Fadli Zon: Hanya Isu
• Profil 5 Pimpinan DPR Periode 2019-2024, Sosok Ini Diminta Prabowo Gantikan Fadli Zon
• Kisah Perjalanan Mobil Esemka, Disebut Fadli Zon Monumen Kebohongan Sampai Disindir Timses Prabowo
Namun akhirnya Presiden Jokowi malah memilih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo.
Prabowo Subianto dipilih menjadi Menteri Pertahanan, sedangkan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Lantas, bagaimana nasib Fadli Zon?
Seperti diketahui, lima pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 2019-2024 telah dilantik Selasa (1/10/2019).
Dari kelima nama pimpinan DPR RI tersebut, tidak ada nama Fadli Zon di dalamnya.
Politisi Partai Gerindra tersebut digantikan oleh koleganya, Sufmi Dasco Ahmad.
Penunjukan Sufmi Dasco sebagai pengganti Fadli Zon di DPR dilakukan oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Penunjukan tersebut dikukuhkan dalam surat keputusan (SK) partai yang ditandatangani Prabowo.
Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Muzani mengatakan, nama Sufmi Dasco muncul sebagai Wakil Ketua DPR RI karena Partai Gerindra menginginkan rotasi kepemimpinan.
Hal ini dinilai penting untuk regenerasi internal partai.