Gara-gara Sulit dapat Solar di Kota Bontang, Sopir Bus Sekolah Minta Maaf tak bisa Antar Jemput
Gara-gara Sulit dapat Solar di Kota Bontang, Sopir Bus Sekolah Minta Maaf tak bisa Antar Jemput

Berau Tambah Dua SPBU
Sementara itu, aktivitas para pengetap bahan bakar minyak atau BBM di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU Kabupaten Berau kian meresahkan.
Antrean panjang menjadi pemandangan sehari-hari. Keluhan masyarakat yang dilontarkan secara langsung, maupun melalui media sosial dari berbagai platform seolah luput dari perhatian.
"Sampai kapan kondisi SPBU kita seperti ini (antrean mengular). Bensin, solar bersubsidi selalu dipenuhi pengetap.
Bagaimana nelayan tidak mengeluh kesulitan mendapat BBM," kata Samsul yang mengaku berpofresi sebagai nelayan.
• Kapolres Kutai Timur Tegaskan akan Menindak Pengetap yang Isi BBM di SPBU Berulang-ulang
• Pemkab Kutai Timur akan Menindak Tegas Para Pengetap yang Mengisi BBM Berkali-kali, Ini Alasannya
• Keluhkan Pengetap di Sangatta, Warga Keluhkan Antre Berjam-jam dan Kehabisan BBM
• Masyarakat Mengeluh Maraknya Pengetap di SPBU Sangatta, Sepeda Motor bisa Bawa Drum Beli BBM
Samsul mengatakan, sebagai nelayan tradisional, dirinya hanya membutuhkan BBM sekitar 20 liter untuk mencari ikan di sungai, dengan perahu mesin tempel miliknya.
Di sekitar SPBU, memang banyak pedagang yang menjual BBM eceran. Tapi harganya lebih mahal, sama dengan harga BBM non subsidi.
Satu jerigen BBM jenis premium misalnya, dijual Rp 120 ribu per liter.
"Tapi mau tidak mau, kami beli. Karena kalau antre di SPBU seharian, kapan kami menangkap ikan," ujarnya dengan nada kesal.
Sementara di dalam SPBU, seorang Pegawai Negeri Sipil tampak jenuh menanti giliran mengisi BBM, meski membeli BBM jenis non subsidi, namun PNS bernama Ramli ini juga harus tetap mengantre.
"Mungkin karena antrean bensin lebih panjang, yang mau buru-buru mengisi pertalite.
Akhirnya antrean BBM pertalite juga panjang antreannya," ujarnya.
Sambil menunggu antrean, Ramli memanfaatkan waktunya sambil beristirahat. Berbaring di atas jok pengemudi yang direbahkan.
"Mau tidak mau ikut mengantre," kata Ramli.
Padahal, Ramli saat itu mestinya harus segera menuju sebuah tempat untuk mendampingi para jurnalis yang hendak melakukan peliputan kegiatan Pemkab Berau.