Breaking News

Hari Pahlawan

Di Hari Pahlawan, Soekarno Masih Rasakan Pahitnya Kemerdekaan, Veteran Kutim Berharap Hidup Layak

Di Hari Pahlawan, Soekarno Masih Rasakan Pahitnya Kemerdekaan, Veteran Kutim Berharap Hidup Layak

TRIBUNKALTIM.CO/ MARGARET SARITA
Empat veteran Kutai Timur 

Seminar menghadirkan empat pembicara, yakni Muhammad Sarip, Taufik Siradjudin Moeis, Abdul Khair, dan Atik Sulistyowati.

Muhammad Sarip merupakan penulis sejarah lokal sekaligus Koordinator Deklarator Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Abdoel Moeis Hassan.

Kemudian, Taufik Siradjudin Moeis adalah putra ke-3 dari Abdoel Moeis Hassan yang datang dari Jakarta karena ia dokter bedah di sebuah rumah sakit di ibu kota negara.

Adapun Abdul Khair merupakan Kepala Seksi Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan Sosial, dan Restorasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur.

Sementara Atik Sulistyowati merupakan staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur dan dosen IKIP PGRI Samarinda.

Seminar ini mengundang guru-guru IPS dan sejarah se-Samarinda dan kota-kota sekitarnya, juga para mahasiswa yang peduli dengan sejarah perjuangan lokal.

Bakal Dijadikan Nama Jembatan

Nama Abdoel Moeis Hasan, Gubernur Kalimantan Timur periode 1962-1966, diusulkan menjadi nama Jembatan Mahakam Ulu atau Jembatan Mahulu.

Diketahui, Jembatan Mahulu menghubungkan Kecamatan Loa Janan Ilir dengan Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda.

Sejak didirikan sekitar 2008 lalu, jembatan ini belum diberi nama.

Pengabadian nama Abdoel Moeis Hasan menjadi nama Jembatan Mahulu ini diusulkan Walikota Samarinda Syaharie Jaang, kepada Pemprov Kalimantan Timur selaku pemilik aset Jembatan Mahulu.

Usulan ini disampaikan melalui sepucuk surat yang ditandatangani Jaang dan ditujukan langsung kepada Gubernur Kalimantan Timur.

Dalam suratnya, Syaharie Jaang memuat toga alasan mengapa Jembatan Mahulu cocok diberi nama Abdoel Moeis Hasan.

Pertama, yakni nama Abdoel Moeis Hasan saat ini sedang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

Salah satu dokumen pendukung sebagai syarat menjadi pahlawan nasional adalah pengabadian nama tokoh yamg diusulkan pada salah satu sarana monumental.

"Tujuannya agar lebih dikenal masyarakat luas. Disertai surat keterangan dari Pemda setempat mengenai pengabadian nama pada sarana monumental, beserta dokumentasinya," tulis Jaang dalam suratnya.

Pertimbangan lainnya, keberadaan Jembatan Mahulu hingga kini belum diberikan nama secara resmi.

"Kami memandang sebagai salah satu bangunan monumental daerah, maka kiranya dapat diakomodir nama Abdoel Moeis Hasan sebagai salah satu kandidat, atau kandidat utama nama jembatan tersebut," kata Jaang.

Masih mengutip surat tersebut, pengusulan nama Abdoel Moeis Hasan pada Jembatan Mahulu merupakan bentuk dukungan pemerintah dalam usulan pahlawan nasional atas nama yang bersangkutan.

Selain itu, penamaan Jembatan Mahulu dengan nama tokoh daerah juga bertujuan sebagai pengingat nama jalan.

Sekadar informasi, jalan di bentang Jembatan Mahulu pada sisi Samarinda Seberang juga telah diberi nama Jalan Moeis Hasan.

"Sehingga menurut pandangan kami sangat baik jika nama jembatan beserta jalan penghubungnya diberikan satu kesatuan nama," tulis Jaang dalam suratnya.

Sebelumnya, Koordinator Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari, Muhammad Sarip, menuturkan pengusulan nama Abdoel Moeis Hasan sebagai pahlawan nasional akan diseminarkan.

Rencananya, seminar nasional itu akan berlangsung 24 April 2019.

Dalam seminar nanti, akan diundang perwakilan Kementerian Sosial, Sejarawan Nasional, regional, dan lokal.

Dari sejarawan nasional, mereka berencana mengundang Sri Margana dari Universitas Gadjah Mada yang sudah banyak berpengalaman dalam proses pengajuan beberapa tokoh.

Sebagai alternatif, sejarawan Universitas Indonesia, Burhan Djaber Magenda, yang terkenal dengan buku sejarahnya, salah satunya berjudul East Kalimantan : the decline of a commercial aristocracy masuk dalam radar, karena Burhan pernah mewawancarai langsung Abdoel Moeis Hassan.

Sementara dari sejarawan regional, Pegawai Balitbangda Kalimantan Selatan, Wajidi akan diundangkan. Wajidi dikenal banyak mengulas sejarah Kalimantan.

Terakhir, sejarawan lokal, diundang Dosen Pendidikan sejarah Unmul, Slamet Diyono yang juga menjabat Kabid Sejarah dan Tradisi, Dinas Kebudayaan Samarinda.

Sarip yakin, usulan Abdoel Moeis Hassan sebagai pahlawan nasional pertama dari Kalimantan Timur disetujui.

Sebab, dari penelitian sejarah yang ia buat, belum ditemukan celah kekurangan dari tokoh yang dikenal anti kolonial ini.

Apalagi, berkaca pada banyak usulan, banyak calon yang diusung banyak gugur karena dinilai tak konsisten dalam berjuang mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Kalau beliau (Abdoel Moeis Hassan) tidak pernah menyerah. Contohnya, sempat ditawari pemerintah kolonial membentuk Federasi Kalimantan Timur beliau menolak.

Dan beliau ditawarkan ikut konferensi di Bandung, membentuk negara boneka Van Mook, beliau menolaknya. Jadi tidak ada sisi menyerah dalam perjuangan dari beliau," tutur Sarip. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved