Covid-19, Hand Sanitizer, dan Disinfektan Akal dan Hati Kita
ALLAH tidak menjanjikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu bersinar. Allah juga tidak menjanjikan embun itu kelabu, tumbuh
ALLAH tidak menjanjikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu bersinar. Allah juga tidak menjanjikan embun itu kelabu, tumbuhan senantiasa berbuah dan angin selalu berhembus
Tapi ketahuilah, bahwa Allah selalu memberi pelangi di setiap badai, tawa di setiap air mata, berkah di setiap cobaan dan ujian dan jawaban dari setiap doa yang kita panjatkan. Karena kita harus yakin, Allah Sungguh Maha Pengasih lagi Penyayang.
Saat ini ada 141 negara sudah diserang Covid-19 dan Indonesia dengan 267 juta jiwa rakyat Indonesia termasuk negara yang didatangi tidak di awal-awal wabah ini. Saat ini pun jumlah yang terpapar virus Covid-19 kian beranjak naik. Sayangnya hingga saat ini pemerintah pusat belum cukup tegas dalam menanggulangi perkembangan virus tersebut.
Akhirnya beberapa wilayah pun mengambil cara sendiri sendiri, lock down, karantina wilayah oleh sang walikota atau bupati meski dianggap illegal pun juga social atau physical distancing.
Lepas itu semua, seyogyanya virus Covid-19 janganlah membuat kita panik, tetaplah ikhtiar menjaga kesehatan, tetap stay at home. Yakinlah segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi ini adalah dengan seizin Allah SWT.
Covid-19 setidaknya tanpa kita sadari, dengan izin-Nya berhasil membuat alam semesta kita diam, senyap dan beristirahat.
Pergerakan manusia tiada henti di muka bumi. Dari beribu-ribu tahun Islam manusia terus berkembang biak dan terus tiada pernah berhenti bergerak. Tapi dengan datangnya Covid-19 membuat semua manusia terhenti bergerak dan diam beraktivitas.
Saat ini tanpa kita sadari,datangnya Covid-19 dengan seizin Allah SWT mengajarkan kita makna berkasih sayang dalam keluarga. Dengan berdiamnya kita di rumah bersama anak dan keluarga. Mendidik anakanak di rumah kita sendiri, dengan tangantangan cinta nan tulus dari ayah bundanya. Karena rumah sejatinya adalah ladang amal sholeh kita yang utama
Allah mengajarkan kita makna kerinduan, akan teriakan anak-anak di masjid/TPA, pujian-pujian Ilahi lewat pengeras suara masjid juga suara bapak dan ibu-ibu membaca Surat Yasin atau suara ceramah pengajian.
Datangnya Covid-19 dengan seizin Allah SWT, mengajarkan kita makna kecintaan yang dalam pada anak-anak didik kita di sekolah. Saat kelas-kelas bergemuruh suara teriakan dan hapalan-hapalan pelajaran juga ayat-Mu dikumandangkan.
Saat suara celotehan mungil menjawab mengapa ia tak mengerjakan PR atau tak belajar saat ulangan Allah mengajarkan makna kerja keras dan nafkah yang halal.
Saat mereka buruh bangunan, pedagang sayuran, buruh cuci baju, nelayan, gojek, pegawai masih terus bekerja menembus waktu dan hari. Mengabaikan keselamatan dirinya dan mengumpulkan recehan demi recehan untuk hidup keluarganya yang di rumah. Allah mengajarkan kita tentang makna pengorbanan sejati. Saat dokter dan perawat juga tim medis mempertaruhkan jiwa raga juga keluarga untuk melawan virus yang tak terlihat. Tanpa peralatan kesehatan yang memadai, yang akhirnya gugur satu persatu. Saat masih banyak yang bersenda gurau dan berkumpul untuk sesuatu yang tak penting.
Allah mengajarkan kita tentang makna perjuangan sejati. Saat saudara-saudara kita di Palestina, Uiyghur, Myanmar, muslim di India sulit dan berjuang berdarah-darah untuk ibadah di masjid-masjid-Mu. Saat masjid-masjid kita terbuka hangat dan rindu akan doa sujudmu. Saat Baitullah dan Nabawwi menjadi masjid tersibuk 24 jam. Jutaan manusia berkumpul dan bergerak puluhan tahun, beratus bahkan ribuan tahun lamanya ini berlangsung. Tawaf mengelilingi ka'bah sebagai kekuatan poros bumi beribu-ribu tahun lamanya.
Tapi hari ini Baitullah dan Nabawwi beristirahat, para penjaganya beristirahat, para pedagang disekitarnya sepi dan beristirahat, hotel, bis-bis pun beristirahat, seluruh kota beristirahat. Sepi dalam senyap.
Mekkah pun sepi, rumah Rasulullah Saw Madinah pun sepi. Air zamzam pun merindui rebutan jama'ah untuk obat dan menghilang dahaga. Sehingga membuat kerinduan kepada Baitullah dan Nabawwi akan semakin memuncak dan dinantikan.
Betapa semua tanpa kita duga, kita abaikan kini berbalik arah. Masjid-masjid satu persatu ditutup. Jama'ah tak lagi ramai memenuhi rumah-rumah Mu. Puji-pujian dan teriakan bocah ikut ke masjid kini tak ada lagi... Masjid-Masjid megah, mushalla bertabur debu. Menunggu merindui sujud hamba-hamba Nya..
Saat Ramadhan semakin mendekati, saat Covid-19 masih mewabah ada kerinduan yang menggunung untuk segera mengisi masjid-masjidMu dan beri'tikaf dengan penuh suka cita. Duduk mengimak para da'i atau penceramah menyampaikan nasehat penyejuk hati. Saat sahur dan berbuka bersama keluarga, saudara-saudara dan jama'ah.
Sungguh apapun yang terjadi adalah atas Izin Allah SWT, daun yang jatuh di belahan dunia manapun Allah tahu, pun wabah Covid-19 yang sedang mendunia, perang global dengan musuh yang tak terlihat.
Jangan Lelah Bersihkan Diri
Ketika kita terus berikhtiar menjaga kebersihan diri, stay at home, social atau physical distancing, mengakrabkan diri dengan hand sanitizer serta membersihkan rumah dengan desinfektan.
Dengan datangnya Covid-19, menyadarkan diri betapa kita sering lupa untuk sibuk membersihkan akal, hati dan perilaku kita dari virus-virus duniawi hingga kita alfa mengevalusi diri. Bisa jadi kita mencintai pekerjaan hingga sering lupa hakikat tujuan murni dari bekerja itu sendiri. Bisa jadi kita lihai dalam bertausiah menjaga hati tapi kita lupa dan lalai tak berlaku adil dan menyakiti hati saudara kita seiman.
Kita lupa bahwa kita pun sangat butuh mendesinfektan diri sendiri. Kita lupa bahwa setiap saat butuh sanitizer atas dosa-dosa yang kita lakukan dari hari ke hari, lagi dan lagi. Kita selama ini sibuk mengkarantina fisik kita, dengan berdiam di rumah, tapi lupa mengkarantina akal dan hati kita dari virus-virus nafsu yang dibenci oleh Allah. Sehingga hati kita mudah sekali tak bersyukur, tak sabar, iri bahkan dengki dengan saudara kita pada halhal yang bersifat urusan dunia.
Selama ini, mungkin bisa jadi kita lupa tugas sebagai hamba Allah SWT untuk melakukan sebuah perjalanan cinta, perjalanan mencari bekal dalam beramal sholeh dan terus berbuat baik dengan memaksimalkan kemampuan kita. Selagi Allah memberikan ruang dan waktu untuk kita.
Wabah Covid-19 mengingatkan kita bahwa betapa kecil, lemah dan rapuhnya kita dihadapan Dia Yang Maha Perkasa atas segala sesuatu. Hingga malulah kita, bila lebih takut virus Covid19 daripada Yang Memberikan Kuasa virus itu ada.
Tak sadarkah kita bahwa Allah sedang memfilter ketauhi dan hambaNya. Bahwa ada tidak adanya Covid-19 kita akan menemui takdir kematian kita, cepat atau lambat dan hanya Allah Yang Maha Tahu dan Pengatur hamba-hamba Nya.
Akhirnya, teruslah bersama ikhtiar, berdoa dan berbuat baik dari pintu manapun, dengan kemampuan yang kita miliki. Yakinlah semua ini ada dalam genggaman Allah maka bersandarlah hanya padaNya.
Laa haula wa laa quwwata illaa billaah… (*)
Oleh: Muthi' Masfu'ah 'Ma'ruf' AMd, CN NLP
Ketua Gagas Citra Media Kaltim dan Owner Rumah Kreatif Salsabila