Virus Corona

Kabar Buruk, Penelitian Ungkap Penerapan Social Distancing Bisa Sampai 2022 Andai Ini yang Terjadi

penelitian di Harvard ungkap penerapan social distancing bisa sampai 2022 andai vaksin dan obat Virus Corona alias covid-19 tak kunjung ditemukan.

Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Kolase TribunKaltim.co / Tribunnews AFP/Ludovic MARIN
Penelitian ungkap penerapan social distancing bisa sampai 2022 andai ini yang terjadi, hingga prediksi BIN tentang kasus covid-19 di Indonesia 

TRIBUNKALTIM.CO - Kabar buruk, penelitian di Harvard ungkap penerapan social distancing bisa sampai 2022 andai vaksin dan obat Virus Corona alias covid-19 tak kunjung ditemukan.

Hingga kini WHO belum menemukan secara resmi vaksin dan obat penangkal Virus Corona di dunia.

Selama ini, peneliti kesehatan masih mencari formula yang tepat untuk vaksin dan obat yang ampuh membunuh Virus Corona.

Kali ini muncul prediksi buruk dari penelitian di Harvard University.

Hasil Penelitian, AC Bantu Sebarkan Virus Corona, 3 Keluarga Positif Setelah Makan di Resto Ber-AC

Penelitian Terbaru, Obat Virus Corona Klorokuin, Punya Dampak Serius ke Organ Ini, Diborong Jokowi

Hasil Penelitian, Ini Cara Puasa Ramadhan Menangkal Virus Corona, Picu Produksi Sel Darah Putih

Studi yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah mengatakan bahwa penerapan social distancing yang berselang-seling kemungkinan dibutuhkan sampai kira-kira tahun 2022 mendatang jika tidak ada vaksin atau obat farmasi yang mampu menyembuhkan Virus Corona.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa total kejadian infeksi akibat covid-19 selama lima tahun ke depan akan sangat bergantung pada sirkulasi teratur setelah gelombang pandemi di awal.

Pada akhirnya, tergantung pada durasi kekebalan yang diberikan oleh infeksi Sars-Cov-2 itu.

Para peneliti mempelajari Virus Corona lain yang berkaitan dengan Virus Corona jenis baru (saat ini) yang menyebabkan covid-19 mensimulasikan sejumlah hasil potensial untuk pandemi saat ini.

Mereka berpendapat menerapkan langkah-langkah jarak sosial yang dilakukan hanya satu kali dapat mengakibatkan "epidemi puncak tunggal berkepanjangan" yang melelahkan sistem perawatan kesehatan.

"Jarak yang terputus-putus (berselang-seling) mungkin diperlukan hingga tahun 2022 kecuali jika kapasitas perawatan kritis meningkat secara substansial atau pengobatan atau vaksin (telah) tersedia," begitu ungkap para peneliti dalam studi tersebut.

Penelitian Terbaru WHO, Dampak Serius Virus Corona Bagi Usia Muda, Bisa Sekarat Hingga Mati

Menurut penelitian dari studi tersebut, simulasi transmisi (penularan) ditemukan pada: Semua skenario model, SARS-CoV-2 mampu menghasilkan wabah besar terlepas dari waktu pembentukan.

Sama seperti pandemi influenza, banyak skenario menyebabkan SARS-CoV-2 memasuki sirkulasi jangka panjang bersama dengan virus beta corona manusia lainnya.

Variasi penularan musiman yang tinggi dapat menyebabkan insidensi (angka kasus) puncak yang lebih kecil selama gelombang pandemi awal, namun wabah musim dingin dapat menyebabkan pengulangan insidensi yang lebih besar.

Kekebalan jangka panjang secara konsisten menyebabkan eliminasi efektif SARS-CoV-2 dan insiden infeksi keseluruhan yang lebih rendah.

Tingkat kekebalan silang yang rendah dari virus beta corona lain terhadap SARS-CoV-2 dapat membuat SARS-CoV-2 tampak mati, hanya untuk muncul kembali setelah beberapa tahun.

BIN Prediksi kasus di Indonesia menurun

Sementar aitu, di Indonesia, BIN memrpediksi Virus Corona segera mereda.

Wawan Purwanto Deputi VII Kominfo Badan Intelijen Negara (BIN) menjelaskan soal prediksi BIN terkait pandemi Virus Corona ( covid-19 ) di Indonesia.

Wawan mengatakan sampai saat ini angka kasus covid-19 di Indonesia mengalami penurunan, dan diprediksi akan terus menurun.

Gelombang Kedua Virus Corona Diprediksi Segera Terjadi, China Hadapi 108 Kasus Covid-19 Baru

Faktor penurunan menurut Wawan disebabkan oleh adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) serta mulai tumbuhnya kesadaran warga untuk mematuhi anjuran pemerintah terkait penanganan covid-19.

Ia mengatakan BIN ikut bekerja sama dengan sejumlah kementerian, lalu merangkul para pakar virologi untuk menciptakan obat-obat yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien covid-19.

Selain meneliti obat-obatan, BIN juga aktif berpartisipasi melakukan donasi Alat Pelindung Diri (APD) kepada pihak-pihak yang membutuhkan seperti rumah sakit, lembaga penelitian, dan universitas.

Wawan lalu menjelaskan soal prediksi BIN yang pernah dipaparkan oleh Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Doni Monardo.

Prediksi tersebut menyebutkan bahwa puncak pandemi covid-19 akan terjadi di akhir Juli dengan jumlah 106 ribu kasus.

Ia mengatakan prediksi dibuat agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah dini guna mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi.

"Early warning (peringatan dini) ini harus disampaikan upaya-upaya apa supaya ini bisa tidak terjadi," kata Wawan.

Dengan berbekal prediksi tersebut, Wawan mengatakan BIN terus menekan pemerintah agar segera mengambil kebijakan.

Wawan lalu bercerita setelah pemerintah mengambil langkah-langkah penanganan covid-19 seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kini angka kasus covid-19 di Indonesia telah mengalami penurunan.

"Terlihat sekali sekarang mulai mengalami penurunan," ujarnya.

Waspada Gelombang Kedua Covid-19 di Dunia, Ahli Prediksi Indonesia Juga Kena, Virus Bukan dari China

Ia kemudian meluruskan kembali mengenai prediksi total 106 ribu kasus pada bulan Juli.

Wawan menjelaskan bahwa angka tersebut diambil saat pemerintah Indonesia belum memiliki banyak kebijakan penanganan covid-19 seperti saat ini.

Saat ini berdasarkan data BIN, kenaikan hanya terjadi apabila ada mobilitas orang dari episentrum pandemi covid-19 ke daerah-daerah lainnya.

"Biasanya terjadi pergerakan naik kalau ada pergerakan orang ke daerah," ujar Wawan.

Guna menyelesaikan kasus pandemi covid-19 di Indonesia, Wawan meminta agar masyarakat terus bisa mematuhi saran dari pemerintah.

"Sekarang kita ingin masyarakat ikutilah, disiplin lah apa yang disampaikan oleh pemerintah, kemudian alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lainnya," paparnya.

Selanjutnya presenter acara tersebut mengklarifikasi kepada Wawan soal akurasi prediksi BIN yang mencapai 99 persen, serta efektivitas PSBB dalam mengurangi angka covid-19.

Wawan mengiyakan soal tingkat akurasi prediksi BIN yang tinggi.

Ia juga membenarkan bahwa PSBB memiliki dampak yang nyata terhadap penurunan angka kasus covid-19.

"Betul, jadi kita langkah-langkah antara lain mengajak cuci tangan," kata Wawan.

"Kemudian menjaga jarak, tidak ada pergerakan ke daerah," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit awal:

(*)

IKUTI >> Update virus Corona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Harvard: Tanpa Vaksin dan Obat, Social Distancing Bisa Diberlakukan Sampai 2022", https://www.kompas.com/global/read/2020/04/16/105607270/studi-harvard-tanpa-vaksin-dan-obat-social-distancing-bisa-diberlakukan.
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved