Virus Corona

Beda dengan Prediksi BIN, Pakar UI Beber Kasus Virus Corona Bisa Tembus 2,5 Juta, Kematian 240 Ribu

Beda dengan Prediksi BIN, Pakar Epidemologi Universitas Indonesia beber kasus Virus Corona bisa tembus 2,5 juta, kematian 240 ribu

Editor: Rafan Arif Dwinanto
SURYA.co.id/LUHUR PAMBUDI
PENGUNJUNG CAFE BUBAR - Anggota Tim Kimia Biologi Radioaktif (KBR) Gegana Brimob Polda Jatim menyemprotkan cairan disinfektan ke sebuah warkop berlokasi di Jalan Raya Gunungsari I, Wonokromo, Surabaya. Foto Kanan : petugas medis membawa satu pengunjung positif virus Corona atau covid-19 ke mobil ambulans. 

TRIBUNKALTIM.CO - Beda dengan Prediksi BIN, Pakar Epidemologi Universitas Indonesia beber kasus Virus Corona bisa tembus 2,5 juta, kematian 240 ribu.

Berbagai prediksi mengenai perkembangan kasus Virus Corona atau covid-19 di Indonesia berkembang.

Selain Badan Intelejen Negara atau BIN, para Pakar Epidemologi di Universitas Indonesia atau UI juga membuat prediksi.

Diketahui, saat ini Pemerintah Jokowi memilih opsi Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB untuk mencegah meluasnya sebaran Virus Corona.

Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) membuat model skenario untuk memprediksi jumlah kasus Virus Corona di Indonesia.

Adapun tim tersebut terdiri dari empat orang Pakar Epidemiologi yakni Pandu Riono, Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril.

Diisukan Rival di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo Justru Berguru Ini ke Anies Baswedan - Ridwan Kamil

 Indonesia Tertinggi Jumlah Kasus dan Kematian Virus Corona Asean, Anies Baswedan Yakin Lebih Banyak

 Lampu Hijau Luhut Pandjaitan ke Anies Baswedan dan Ridwan Kamil Beri Sanksi ke Perusahaan Saat PSBB

Mereka membuat berbagai macam prediksi, mulai dari prediksi jumlah kasus terinfeksi, kasus meninggal dunia, hingga prediksi jumlah kasus jika mudik lebaran tetap dilakukan.

Diprediksi capai 1,3 juta orang Tim FKM UI membuat prediksi jumlah kasus yang diukur berdasarkan tingkat intervensi pemerintah.

Tingkat intervensi yang digunakan mulai dari ukuran tanpa intervensi, intervensi ringan, moderat, hingga tinggi.

Salah satu Pakar Epidemiologi yang membuat model tersebut, Pandu Riono mengatakan, apabila pemerintah menerapkan intervensi moderat, jumlah pasien yang terjangkit covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta orang.

"Sekitar 1,3 juta total prediksi kasus yang butuh perawatan rumah sakit," kata Pandu pada Kompas.com, Senin (13/4/2020).
Intervensi moderat yang dimaksud yakni keadaan saat pemerintah telah melaksanakan tes massal, tetapi dengan cakupan yang rendah.

Bentuk intervensi moderat lain yakni menerapkan jaga jarak fisik dan sosial di masyarakat dengan menutup sementara tempat-tempat yang menimbulkan kerumunan.

Misalnya sekolah atau pusat bisnis.

Namun, apabila pemerintah melaksanakan intervensi skala rendah atau mild intensity, jumlah pasien yang terjangkit covid-19 di Indonesia diprediksi melonjak mencapai 2,5 juta jiwa.

Intervensi rendah yang dimaksud misalnya mengedepankan sukarela masyarakat dalam penerapan jaga jarak fisik dan sosial serta membatasi kerumunan.

Sementara itu, apabila pemerintah menerapkan intervensi skala tinggi atau high intensity, jumlah pasien covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 600.000 jiwa.

Intervensi skala tinggi yang dimaksud yakni tes massal Virus Corona dilakukan secara masif dengan jumlah peserta yang banyak dan cakupan yang luas.

Selain itu, pemerintah menerapkan aturan yang bersifat wajib dan mengikat terkait jaga jarak fisik dan sosial.

Tingkat kematian bisa fatal

Masih dalam model yang sama, Pandu mengatakan, jumlah kematian juga bisa menjadi sangat tinggi.

Angka fatal tersebut bisa mencapai lebih dari 40.000 jiwa jika tidak ditangani serius.

Menurut Pandu, angka ini bisa terjadi jika pemerintah hanya melakukan intervensi penanganan kasus dengan tingkat sedang seperti sekarang ini.

"Jika intervensi sedang, prediksi kematian total menjadi 47.984 jiwa," ujar dia.

Pandu dan rekannya juga membuat prediksi kematian berdasarkan empat skenario intervensi pemerintah.

Skenario pertama, apabila pemerintah tidak melakukan intervensi apa pun dalam penanganan covid-19, jumlah kematian diprediksi mencapai 240.244 jiwa.

Skenario kedua, dengan intervensi ringan yakni pemerintah masih menggunakan kebijakan menjaga jarak sosial secara sukarela dan hanya membatasi kerumunan massal, jumlah kematian bisa mencapai 144.266 jiwa.

Skenario ketiga, intervensi sedang atau kondisi di mana pemerintah sudah melakukan tes massal tetapi dengan cakupan yang rendah.

Kemudian, termasuk sudah menjalankan kebijakan keharusan jaga jarak sosial dengan menutup sementara sekolah dan bisnis maka jumlah kematian diprediksi mencapai 47.984 jiwa.

Skenario keempat, dengan intervensi pemerintah yang tinggi saat penanganan covid-19 atau keadaan pemerintah telah melakukan tes massal yang dilakukan secara masif dengan cakupan tinggi.

Kemudian, ini disertai kewajiban bagi masyarakat untuk menjaga jarak sosial maka jumlah kematian diprediksi sebanyak 11.898 jiwa.

 Bermula Ucapan Erick Thohir Soal Praktik Kotor Alat Kesehatan, Arya Ungkap Jokowi Beri Perintah Baru

Kendalikan Massa

Pemodelan ini dibuat Pandu dan kawan-kawan yang rampung pada 27 Maret 2020 ini pun telah diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ( Bappenas).

Sebelum merilis model ini, Pandu pernah mengeluarkan prediksinya bahwa kasus covid-19 di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak Januari dan Februari 2020.

Jika tetap mudik Pada 12 April 2020, Pandu dan rekannya kembali membuat model prediksi jumlah kasus apabila mudik tetap dilaksanakan.

Pandu mengatakan, kegiatan mudik rawan untuk menularkan covid-19 cukup banyak.

"Semua kan dari pergerakan manusia. Jadi manusia dibatasi pergerakannya tidak boleh mudik itu satu cara supaya virus dari kota besar jangan pulang kampung," kata Pandu pada Kompas.com, Selasa (14/5/2020).

Pada model kali ini, FKM UI membatasi prediksi mudik di sekitar Pulau Jawa.

Hasilnya diketahui, apabila warga pulau Jawa selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) melakukan mudik, jumlah kasus terinfeksi pada 24 Mei 2020 atau 1 Syawal mencapai kurang lebih 650.000 orang.

Namun, jika warga Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak mudik, jumlah kasus pada 24 Mei mencapai kurang lebih 600.000 orang.

Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal yang sama diperkirakan mencapai kurang lebih 200.000 orang.

FKM UI juga memprediksi jumlah kasus hingga 1 Juli 2020.

Hasilnya, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tetap melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 dan butuh perawatan di rumah sakit meningkat kurang lebih 1 juta orang.

Kemudian, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak melakukan mudik, jumlah kasus positif covid-19 yang butuh perawatan sebanyak kurang lebih 800.000 orang.

Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal tersebut diprediksi 200.000 orang.

Dengan demikian, berdasarkan pemodelan itu, Pandu mengimbau masyarakat untuk tidak mudik.

Sehingga penularan tidak terjadi secara lebih masif dan membahayakan warga yang tinggal di desa.

"Kalau pulang kampung itu, (virus) menyebar di daerah, kampung-kampung, yang pelayanannya sangat terbatas, menularkan ke orang-orang yang ada di sana," ujar Pandu.

Penghitungan ini dilakukan FKM UI berdasarkan data survei potensi pemudik angkutan Lebaran tahun 2020 dari Kementerian Perhubungan.

Dari data tersebut, diketahui ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen orang dari Jabodetabek yang melakukan mudik lebaran.

Data lainnya berasal dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek. Sebanyak 56 persen warga Jabodetabek tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan dan tujuh persen telah mudik.

Kemudian, muncul asumsi 20 persen penduduk di Jabodetabek mudi ke provinsi lain di Pulau Jawa.

 Mantan Panglima TNI Angkat Suara Soal Bentrok Prajurit vs Polisi, Sesalkan Opini TNI Tak Profesional

Prediksi BIN

 Deputi VII Kominfo BIN, Wawan Purwanto saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi pada Kamis (15/4/2020).

Mulanya, BIN sempat memprediksikan bahwa puncak Virus Corona akan terjadi Juli 2020 dengan jumlah kasus mencapai ratusan ribu.

 Di Jawa Timur 46 Petugas Medis Terpapar Virus Corona, Perawat Senior Surabaya Meninggal Dunia

 Lagi Nongkrong, 2 Pengunjung Warung Kopi di Surabaya Positif Corona, Kawasan Ini Rawan covid-19

 Di Wilayah Risma Disinfektan Sudah Makan Korban, TNI-Polri Tetap Semprot 12 Jalan Surabaya Hari Ini

 Putus Rantai Penyebaran covid-19, Risma Dewi Marthen Ikuti Pesan Najwa Shihab: Soliter & Solidaritas

Prediksi itu dilakukan oleh pihak BIN sebagai pengingat.

"Ya, sebetulnya prediksi kan ini untuk rewarning dengan secara sistemic ada di situ."

"Rewarning ini harus disampaikan upaya-upaya apa supaya ini bisa tidak terjadi," ujar Wawan.

Meski demikian, prediksi tersebut terjadi jika Pemerintah maupun masyarakat sama sekali tak melakukan usaha apapun untuk memutus mata rantai covid-19.

"Kalau terjadi pembiaran iya mengarah ke sana, enggak ada kebijakan."

"Tapi kita justru dengan ini memberikan pressure bagaimana langkah-langkah ini," ungkapnya.

Virus Corona
Virus Corona (Freepik.com)

Wawan menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) sudah berkerja secara intensif dengan bawahan-bawahan serta semua lembaga untuk bersatu mengatasi Virus Corona.

"Pak presiden itu secara intensif melakukan rapat-rapat terbatas di kabinet juga memerintah semua kementerian lembaga negara termasuk Badan Intelejen Negara."

 Virus Corona di Surabaya Melonjak, Wilayah Risma Didesak Susul Anies Baswedan Terapkan PSBB

 Lonjakan Kasus Virus Corona di Surabaya, Gubernur Jatim Khofifah Geram di Kota Risma Bandel Soal Ini

"Termasuk kebijakan-kebijakan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar ) ini kan upaya supaya," jelasnya.

Sehingga, Wawan menjelaskan ada tren penurunan Virus Corona sekarang.

Hal itu tidak lepas dari kerja keras semua pihak khususnya Pemerintah.

"Terlihat sekali sekarang sudah mulai ada penurunan. Iya, pada waktu itu kan belum makanya sekarang kita kerja keras itu supaya itu tidak terjadi."

"Karena Badan Intelejen Negara punya lini-lini wilayah-wilayah sehingga angka-angka selalu bisa masuk tidak terlalu sulit," terangnya.

Yang dimaksud trennya menurun adalah tingkat infeksi hingga tingkat kesembuhan.

"Sekarang mulai menurun jumlah angkanya baik itu korban dari maupun tingkat kesembuhan itu trennya agak menurun," ungkap dia.

Sementara itu, Wawan menjelaskan bahwa tren naik Virus Corona biasanya akan meningkat jika ada pergerakan masyarakat.

"Biasanya terjadi pergerakan naik misalnya kalau ada pergerakan orang ke daerah."

"Misalnya dari luar negeri atau imigran ataupun pekerja kita (dari luar negeri, atau dari Jakarta ke daerah-daerah," jelasnya.

Sehingga agar tak terjadi kenaikan, Wawan Purwanto mengingatkan agar masyarakat mematuhi anjuran Pemerintah hingga tokoh agama untuk tidak mudik.

 Warga Jakarta Siap-siap! Anies Ungkap Hal Mengejutkan, 8 Ribu Orang Kena covid-19 dalam Waktu Dekat

"Maka itu sekarag kita ingin masyarakat ikutilah disiplinlah, yang disampaikan oleh Pemerintah kemudian, ahli, ulama, tokoh agama dan tokoh-tokoh lainnya," pungkasnya.

IKUTI >> Update Virus Corona

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Pakar soal covid-19: Capai 1,3 Juta Kasus, Puncak Pandemi, hingga Gelombang Kedua", https://nasional.kompas.com/read/2020/04/15/06375351/prediksi-Pakar-soal-covid-19-capai-13-juta-kasus-puncak-pandemi-hingga?page=all.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved