Breaking News

Hari Kartini

Sejarah 21 April Hari Kartini, Ini Rekam Jejak Sang Pahlawan Nasional Raden Ajeng Kartini

Momen Sejarah Hari Ini tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini atau Kartini Day. Peringatan Hari Kartini untuk mengenang jasa Pahlawan

Editor: Syaiful Syafar
Twitter.com
Momen sejarah hari ini tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini atau Kartini Day. Peringatan Hari Kartini untuk mengenang jasa Pahlawan Nasional Raden Ajeng Kartini atau biasa juga ditulis RA Kartini. 

Dilansir dari Kompas.com (21/4/2014), RA Kartini punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan karena ingin mendapatkan hak yang sederajat dengan pria dalam hal pendidikan.

Tapi keinginan untuk sekolah lebih tinggi harus terkubur, karena RA Kartini harus menikah dengan seorang bangsawan Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada 1903.

Meski menikah, RA Kartini tetap berjuang memperhatikan kaumnya.

Raden Ajeng Kartini menuang pemikirannya lewat tulisan yang dimuat oleh majalah perempuan d Belanda bernama De Hoandsche Lelie.

Raden Ajeng Kartini juga mengirim surat ke teman-temannya di Belanda, salah satunya bernama Rosa Abendanon.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), dalam surat yang ditulisnya, Kartini menyatakan keprihatinannya atas nasib-nasib orang Indonesia di bawah kondisi pemerintahan kolonial.

Ini juga untuk peran-peran terbatas bagi perempuan Indonesia.

Bahkan, dia menjadikan hidupannya sebagai model emansipasi.

Buku Kartini

Tulisan-tulisan yang dimuat dalam majalah dan yang dikirim ke teman-temannya dibukukan oleh Jacques Henrij Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda.

Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht atau Dari Kegelapan menuju Cahaya.

Kisah Sedih Soesalit, Putra RA Kartini yang Tak Kenal Ibunya, Sejak Kecil Diasuh Kakak Tiri

Pada 1922, tulisan itu diterbitkan menjadi bukuk kumpulan surat Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeh Pikiran, oleh Balai Pustaka.

Buku itu memperoleh respon positif dari masyarakat dan mendapat dukungan di Belanda.

Bahkan dibentuk Yayasan Kartini pada tahun 1916.

Yayasan itu kemudian mendirikan sekolah perempuan di beberapa daerah Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang hingga Cirebon.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved