Virus Corona

FBI Tuding Hacker dari China Ingin Curi Penelitian Vaksin Virus Corona

Meski demikian sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang diklaim WHO mampu menyembuhkan pasien covid-19.

Freepik.com
ILUSTRASI - FBI Tuding Hacker dari China Ingin Curi Penelitian Vaksin Virus Corona 

TRIBUNKALTIM.CO - Penyebaran virus Corona kini terjadi di hampir seluruh bagian dunia.

Banyak negara berlomba-lomba mencari obat dan vaksin anti virus Corona.

Meski demikian sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang diklaim WHO mampu menyembuhkan pasien covid-19. 

Kabar terbaru Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) dan ahli keamanan siber percaya, para peretas China berusaha mencuri penelitian tentang pengembangan vaksin terhadap virus corona baru.

Wall Street Journal dan New York Times melaporkan seperti Channelnews.com lansir, FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS berencana untuk mengeluarkan peringatan tentang peretasan China tersebut.

Para peretas juga menargetkan informasi dan kekayaan intelektual tentang perawatan dan pengujian untuk virus corona.

 Relaksasi PSBB Sudah Dimulai Pemerintah Jokowi? Doni Monardo: Kalau Terpapar, Belum Tentu Sakit

 Refly Harun Beber Kebobrokan Pemerintahan Jokowi, Nasib Pengkritik Mengejutkan, Sosok Luhut Disorot

 7 Negara Ini telah Melewati Puncak Pandemi Corona, Bagaimana Indonesia, Kapan covid-19 Berakhir?

Kedua media itu menyebutkan, para pejabat AS menuduh para peretas itu terkait dengan Pemerintah China.

Peringatan resmi dari FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS akan keluar dalam beberapa hari, ketika pemerintah dan perusahaan swasta berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin virus corona.

Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menolak tuduhan tersebut. Dia mengatakan, Tiongkok dengan tegas menentang semua serangan dunia maya.

"Kami memimpin dunia dalam pengobatan Covid-19 dan penelitian vaksin. Adalah tidak bermoral menargetkan China dengan rumor dan fitnah tanpa adan bukti," tegas Zhao seperti dikutip Channelnews.com.

 Intelejen AS Beber Bukti covid-19 Milik Donald Trump, Temukan Hal Tak Biasa di Laboratorium Wuhan

Peringatan itu akan menambah serangkaian laporan yang menuduh para peretas yang mendapat dukungan Pemerintah di Iran, Korea Utara, Rusia, dan China melakukan kegiatan jahat terkait pandemi, dari memompa berita palsu hingga menargetkan pekerja dan ilmuwan.

The New York Times mengatakan, itu bisa menjadi awal serangan balik yang disetujui secara resmi oleh agen-agen AS yang terlibat dalam perang siber, termasuk Komando Siber ​​Pentagon dan Badan Keamanan Nasional.

Pekan lalu dalam pesan bersama, Inggris dan AS memperingatkan peningkatan serangan dunia maya terhadap para profesional kesehatan yang terlibat dalam tanggap darurat virus corona oleh penjahat terorganisir "yang sering dikaitkan dengan aktor negara lain".

Pusat Keamanan Siber ​​Nasional Inggris dan Badan Keamanan Infrastruktur Siber AS menyatakan, mereka telah mendeteksi taktik "penyemprotan kata sandi" berskala besar-peretas yang mencoba mengakses akun melalui kata sandi yang biasa digunakan-yang ditujukan untuk badan kesehatan dan organisasi penelitian medis.

Bukti Tak Biasa di Laboratorium Wuhan Terkuak, Intelejen AS Perkuat Tudingan Donald Trump Pada China

Intelejen Amerika Serikat akhirnya membeberkan temuan baru yang diduga terkait dengan asal mula Virus Corona atau covid-19.

Temuan Intelejen Amerika Serikat ini memerkuat tudingan Presiden Donald Trump soal Virus Corona bermula dari Laboratorium di Wuhan, China.

Diketahui, Donald Trump sangat getol menyerang China dan menyebut Virus Corona merupakan kelalaian Negeri Tirai Bambu.

Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki data ponsel yang menunjukkan Laboratorium Institut Virologi Wuhan telah ditutup mendadak pada Oktober tahun lalu.

 Data Corona Terbaru Indonesia 11 Mei 2020, Ada Kabar Mengejutkan dari Jakarta Soal Korban Meninggal

 Kabar Gembira dari Ilmuwan, Virus Corona Terus Melemah, Tak Lagi Mematikan, Buktinya Tampak di ICU

Laporan yang diterima NBC News, menunjukkan, mungkin terjadi "peristiwa berbahaya" khusus di Laboratorium Keamanan Hayati Nasional itu, antara 6 - 11 Oktober.

 

Hal ini diduga menyebabkan penutupan Laboratorium dari 7 - 24 Oktober, di mana tidak ada aktivitas seluler di kompleks Laboratorium, demikian News.com.au melaporkan.

Laboratorium, terletak dekat dari pasar Wuhan, pusat wabah corona pertama kali muncul-- fasilitas yang dituding Trump sebagai asal covid-19, sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Laporan itu, yang dilakukan oleh penyelidik swasta, juga melaporkan adanya penutupan akses jalan sekitar Laboratorium antara 14 -19 Oktober.

Dalam kehati-hatian, intelijen AS sedang mempelajari dokumen itu.

Wabah ini umumnya dianggap telah mulai ditemukan di Wuhan, pada November lalu.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengklaim memiliki bukti Virus Corona berasal dari Laboratorium Wuhan.

Dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Minggu (3/5/2020), mengatakan "bukti besar " mendukung klaim itu.

"Ada sejumlah bukti besar, virus ini berasal dari Laboratorium di Wuhan," ujar Pompeo dalam wawancara dengan stasiun televisi ABC, dilansir Reuters, Senin (4/5/2020).

Kemudian Pompeo menolak untuk mengatakan virus itu sengaja dilepaskan oleh Laboratorium tersebut.

China Global Times, yang dijalankan oleh Partai Komunis yang berkuasa, merespon pernyataan Pompeo dalam sebuah editorial, pada Minggu (3/5/2020).

• Refly Harun Beber Kebobrokan Pemerintahan Jokowi, Nasib Pengkritik Mengejutkan, Sosok Luhut Disorot

• 7 Negara Ini telah Melewati Puncak Pandemi Corona, Bagaimana Indonesia, Kapan covid-19 Berakhir?

Menurut editorial itu, "Pompeo tidak memiliki bukti bahwa virus berasal dari Laboratorium di Wuhan dan ia hanya "menggertak."

Editorial itu menilai, kebijakan pemerintahan Trump hanya memainkan perang propaganda.

IKUTI >> Update Virus Corona

(*)

Berita Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: FBI: Peretas China berusaha curi penelitian tentang vaksin corona

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved