Virus Corona
Virus Corona Sudah Diprediksi Cepat Mewabah, WHO ungkap Hal Mengejutkan, Sindir Amerika Serikat?
Kasus Virus Corona sudah diprediksi cepat mewabah, WHO ungkap hal mengejutkan, sindir Amerika Serikat dan Indonesia dalam menangani covid-19 ?
TRIBUNKALTIM.CO - Kasus Virus Corona sudah diprediksi cepat mewabah, WHO ungkap hal mengejutkan, sindir Amerika Serikat dan Indonesia dalam menangani covid-19 ?
Baru-baru ini, petinggi Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) mengungkap hal baru dari Virus Corona.
Menurut pengakuan Kepala manajemen bahaya infeksi WHO, Sylvie Briand, Virus Corona memang sudah diprediksi bakal cepat mewabah ke penjuru dunia.
Lantas mengapa kasus Virus Corona tak bisa diantisipasi?
• Intelijen Amerika Serikat Bongkar Aksi Diam-diam Presiden China dan Bos WHO Soal Kasus Virus Corona
• Tatapan Tajam Najwa Shihab Mendadak Berubah di Mata Najwa, Faisal Basri Sindir Keras Menteri Jokowi
• Tak Cuma Deteksi Gejala Virus Corona, Ini Kecanggihan Alat dari WHO Bisa Lacak Jejak Pasien Covid-19
Ia menilai, tak semua Negara siap menghadapi covid-19.
Hal serupa terjadi di Indonesia, sebab Virus Corona baru terdeteksi di tanah air pada bulan Maret 2020.
Padahal covid-19 sudah muncul dan mengancam nyawa manusia sejak akhir tahun 2019 silam.
Selain itu Amerika Serikat menjadi Negara yang paling banyak terinfeksi Virus Corona.
Kasus covid-19 di Amerika Serikat bahkan melonjak di saat China mulai mereda, tepatnya pada Februari sampai Maret 2020.
Petinggi WHO mengaku dirinya terkejut dengan kurangnya persiapan dari beberapa Negara tertentu terkait wabah sebelum merebaknya pandemi Virus Corona.
Dilansir media Perancis AFP, ilmuwan asal Perancis itu mengatakan bahwa meski terkejut, dia tahu wabah akan cepat menjalar ke berbagai wilayah.
"Kami tahu ini akan terjadi," ujarnya.
Dia juga menerangkan bahwa selama wabah influenza pada 2009 (H1N1 Flu Babi), virus itu merebak dengan sangat cepat.
Setiap benua terdampak akan virus flu babi selama 9 pekan.
Hal itu meyakinkan Briand bahwa di kehidupan modern kini, penularan akan semakin cepat.
"Yang lebih mengejutkan bagi kami adalah persiapan beberapa Negara yang sangat tidak siap untuk mengatasi pandemi.
Itu yang kami temukan beberapa waktu terakhir ini," ungkap Briand.
Briand juga menjelaskan bagaimana kekurangan persiapan beberapa Negara bisa terjadi.
Sebelum 2009, menurut Briand masih banyak beberapa Negara yang mempersiapkan diri akibat wabah flu burung pada 2003-2005.
Jadi, ketika wabah flu babi mencuat pada 2009, rencananya sudah tepat: banyak Negara punya stok masker dan dunia sudah siap.
• Dibongkar FBI Soal Hacker Vaksin Covid-19, China Tak Tinggal Diam, Serang Balik Amerika Serikat
"Setelah pandemi 2009, orang mendapati bahwa pada akhirnya, itu tidak terlalu buruk, ada istilah yang kami sebut sebagai kelelahan pandemi, dan Negara tidak memperbarui rencana kesiapsiagaan mereka."
Menurut Briand, ketika bahaya berlalu, mereka mengira rencana siap siaga bukan sesuatu yang layak ditekankan.
"Jadi saya pikir banyak Negara mendapati diri mereka benar-benar tidak siap dalam menghadapi pandemi Virus Corona.
Saya pikir pandemi 2009 ternyata tidak terlalu buruk karena kami sudah siap.
Meskipun kami telah kehilangan banyak nyawa, sekitar 250.000 dan 400.000 kematian, jika kami tidak begitu siap, itu bisa saja jauh lebih buruk."
Briand kemudian memaparkan hikmah apa yang bisa dipetik dari fenomena yang sudah dia bahas.
Dia membandingkan, misalnya ketika wabah terjadi di Eropa, Asia dan Amerika Serikat, menurutnya, orang-orang dari Negara-Negara di Asia akan lebih siap karena mereka telah mengalami SARS pada 2003 dan meninggalkan 'bekas luka' yang cukup signifikan.
"Krisis ekonomi tajam terjadi akibat wabah, mereka punya kenangan buruk terkait SARS dan merencanakan beberapa tindakan yang sesuai."
Dia juga menerangkan bahwa di Korea Selatan pada 2015 terdapat wabah MERS yang meski bukan wabah besar namun punya dampak besar bagi perekonomian mereka.
Jadi, mereka belajar dari pengalaman itu dan kini telah siap.
"Saya pikir itu akan memiliki efek yang sama pada Negara-Negara yang sekarang mengalami krisis Virus Corona ini, setelah masuk ke dalamnya dan ternyata tidak siap.
Orang akan jauh lebih siap sekarang jika ada gelombang kedua ( Virus Corona ) yang saya harap tidak akan terjadi." Pungkas Briand.
• Intelijen Amerika Serikat Bongkar Aksi Diam-diam Presiden China dan Bos WHO Soal Kasus Virus Corona
Ingatkan waspada gelombang kedua covid-19
Sebelumnya WHO juga telah memperingatkan Negara di dunia untuk mewaspadai lnjakan kasus baru Virus Corona.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak semua Negara untuk lebih berhati-hati karena saat ini banyak Negara sedang berencana untuk melonggarkan lockdown dan memulihkan perekonomian mereka dengan cepat.
Melansir CNBC, Senin (11/5/2020), Tedros meminta setiap Negara untuk mempersiapkan sistem pengujian, pelacakan, perawatan, dan isolasi yang mumpuni sebelum memutuskan melonggarkan lockdown atau social distancing.
• Kabar Gembira, WHO Rilis 8 Calon Vaksin Unggulan Virus Corona, Pengembangannya Dipercepat
"Di Korea Selatan, bar dan klub kembali ditutup karena kasus yang terkonfirmasi terlacak bermula dari sebuah klub.
Di Wuhan, China, muncul klaster pertama setelah lockdown dibuka.
Jerman juga telah melaporkan peningkatan kasus sejak pelonggaran pembatasan," kata Tedros.
Dia menambahkan bahwa Korea Selatan, China, dan Jerman semuanya telah mempersiapkan infrastruktur pengawasan seperti pengujian dan pelacakan untuk memperingatkan pihak berwenang jika infeksi virus muncul kembali.
Di sisi lain, WHO memahami biaya ekonomi dari tindakan lockdown dan mendorong setiap Negara untuk mengambil pendekatan yang hati-hati ketika memutuskan untuk melonggarkannya.
(*)
IKUTI >> Update Virus Corona