Virus Corona
Di Awal Wabah, China Akui Hancurkan Sampel Virus Corona, tapi Alasannya Tak Seperti Tudingan Amerika
Di awal terjadinya wabah, China akui hancurkan sampel virus Corona, tapi alasan China tak seperti tudingan Amerika, begini penjelasan China
Penulis: Aro | Editor: Rita Noor Shobah
WHO memuji upaya penanganan virus Corona China saat itu, seperti yang sempat dilakukan Donald Trump juga.
Tetapi ketika virus Corona menyebar ke seluruh dunia, situasi ini langsung menjadi arena konflik baru antara Washington dengan Beijing.
Negeri "Uncle Sam" menjadi negara dengan dampak covid-19 terparah saat ini.
Donald Trump dan pemerintahannya lalu melimpahkan kesalahan ke China yang dituding gagal membendung penyebaran virus di awal wabah.
Apa yang Dikerjakan di Institut Virologi Wuhan
Institut Virologi Wuhan terus disebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebagai asal mula covid-19.
Lantas, sebenarnya apa yang dikerjakan lab itu?
Trump dan Pompeo sama-sama mengklaim ada bukti besar virus Corona jenis baru ini berasal dari sana.

Akan tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Washington tidak memiliki bukti sahih untuk mendukung klaim "spekulatif" ini.
Sementara itu para ilmuwan meyakini bahwa virus Corona SARS-CoV-2 menular dari hewan ke manusia, yang kemungkin berawal di pasar Wuhan yang menjual daging hewan eksotis.
Ahli epidemiologi terkemuka AS Anthony Fauci mengamini pernyataan WHO, dengan menyebut semua bukti sejauh ini "sangat menunjukkan" virus itu berasal dari alam.
Lalu Kementerian Luar Negeri China pada Rabu (6/5/2020) mengecam Pompeo tidak memiliki bukti atas tuduhannya, dan pertanyaan tentang asal mula virus seharusnya diserahkan ke para ilmuwan, "bukan politisi yang berbohong untuk tujuan politik domestik mereka sendiri."
Apa yang dilakukan peneliti di Institut Virologi Wuhan?
Dilansir dari AFP Kamis (7/5/2020), pekerjaan para ilmuwan lab membantu menjelaskan kronologi patogen covid-19 di awal wabah melanda Wuhan.
Pada Februari, mereka menerbitkan karya yang menyimpulkan virus itu berbagi identitas urutan 79,6 persen dengan virus Corona SARS, dan 96 persen identik dengan tingkat genom keseluruhan dengan virus Corona yang ditemukan di kelelawar.