Virus Corona

Jusuf Kalla Klaim Tak Bisa Berdamai dengan Virus Corona, Sebut Pernyataan Jokowi Kurang Tepat

Jusuf Kalla beda sikap dengan Jokowi, tak bisa berdamai dengan Virus Corona, sebut pernyataan Presiden kurang tepat

Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Kolase TribunKaltim.co / Tribunnews
Jusuf Kalla Klaim Tak Bisa Berdamai dengan Virus Corona, Sebut Pernyataan Jokowi Kurang Tepat 

TRIBUNKALTIM.CO - Ketua Umum Palang Merah Indonesia ( PMI ) Jusuf Kalla beda sikap dengan Jokowi, tak bisa berdamai dengan Virus Corona, sebut pernyataan Presiden kurang tepat.

Presiden Jokowi telah menegaskan agar masyarakat hidup berdamai dengan Virus Corona lantaran belum ditemukan vaksin maupun obat penangkal covid-19.

Terkait dengan ajakan berdamai itu, Jusuf Kalla punya sikap berbeda dengan Presiden Jokowi.

Bahkan Jusuf Kalla menilai pernyataan Jokowi kurang tepat dalam memilih diksi berdamai.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia ( PMI ), Jusuf Kalla memberikan tanggapannya terkait penanganan Virus Corona di Indonesia.

Seusai Rapat dengan Jokowi Hari Ini, Mahfud MD: Shalat Idul Fitri di Masjid dan Lapangan Dilarang

Termasuk China dan AS, Negara di Dunia Bakal Diterpa Hal Mengerikan Imbas Virus Corona, PBB Mengakui

Kabar Terbaru WHO, Vaksin Tak Hilangkan Pemicu covid-19, Virus Corona Tak akan Hilang dari Muka Bumi

Terutama, Jusuf Kalla menanggapi ajakan Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) agar masyarakat bisa berdamai dengan covid-19.

Dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Jusuf Kalla mengatakan, istilah ' berdamai ' baru bisa dilakukan apabila kedua belah pihak sama-sama menginginkan perbaikan.

"Berdamai itu kalau dua-duanya ingin berdamai, kalau kita hanya ingin damai tapi virusnya enggak bagaimana? kata Yusuf Kalla.

Menurut Jusuf Kalla, ajakan untuk berdamai cukup kontras dengan sifat Virus Corona itu sendiri.

Jika dilihat dari keganasan Virus Corona, lanjut Jusuf Kalla, semestinya tidak bisa untuk diajak damai.

Ditambah lagi, Virus Corona tidak memilih siapa yang akan menjadi korbannya.

Lantaran hal itu, Jusuf Kalla menilai, bahwa istilah berdamai kurang tepat ketika terjadi pandemi covid-19.

"Jadi istilah damai agak kurang pas karena damai itu harus kedua belah pihak," ungkap Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla berasumsi ajakan berdamai tersebut sebagai dorongan agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Seperti menggunakan masker saat keluar rumah hingga rajin untuk mencuci tangan.

"Mungkin kebiasaan kita yang harus pakai masker terus, cuci tangan terus.
Tidak berarti kita berdamai, risikonya mati," paparnya.

Ketua Umum PMI sekaligus Ketua Umum DMI, Jusuf Kalla
Ketua Umum PMI sekaligus Ketua Umum DMI, Jusuf Kalla (Tribunkaltim.co, Amiruddin)

Seusai Rapat dengan Jokowi Hari Ini, Mahfud MD: Shalat Idul Fitri di Masjid dan Lapangan Dilarang

Prabowo Gabung Jokowi, Sandiaga Uno Soroti Fadli Zon Kritik Pemerintah, Beber Beda Sikap Gerindra

Istana Panik Ekonomi Bangkrut, Rocky Gerung Berani Minta Jokowi Lempar Handuk Tangani Covid-19

Alasan Jokowi ajak berdamai dengan Virus Corona

Sebelumnya Presiden Indonesia, Joko Widodo ( Jokowi ) mengimbau segenap masyarakat dapat berkompromi dan hidup berdampingan dengan Virus Corona.

Ia mengajak agar masyarakat bisa tetap produktif di tengah pandemi yang melanda, namun tetap sesuai dengan protokol kesehatan.

Melansir YouTube KompasTV, Minggu (17/5/2020), Jokowi memberikan imbauan agar masyarakat dapat hidup bersama-sama dengan Virus Corona.

"Kita memang harus berkompromi dengan covid-19, bisa hidup berdampingan dengan covid-19," kata Jokowi.

Ia menyinggung kembali yang diucapkannya sebelumnya bahwa masyarakat harus bisa berdamai dengan Virus Corona.

"Kemarin saya bilang kita harus berdamai dengan covid, karena informasi terakhir dari WHO yang saya terima, bahwa meskipun kurvanya agak melandai, atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang," kata Jokowi.

Masyarakat diharapkan tidak terlalu terfokus mengenai kapan pandemi Virus Corona ini berakhir.

Virus Corona ini bisa menjadi virus endemik seperti virus Flu ataupun HIV yang hingga saat ini masih menyebar di masyarakat.

Oleh karenanya, dengan melihat fakta yang ada, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk membiasakan diri dengan virus baru ini.

Bahkan ada sebutan "New Normal" atau standar normal yang baru dalam kehidupan sehari-hari pasca-adanya pandemi Virus Corona ini.

Meski nantinya grafik Virus Corona telah menurun atau tidak banyak orang yang terjangkit, namun virus ini bisa jadi masih berada di sekitar kita.

Sehingga masyarakat akan tetap berkegiatan dengan melaksanakan protokol kesehatan.

Hal ini tentu akan merubah drastis keseharian masyarakat setelah terkena pandemi Virus Corona dibandingkan dengan saat belum terkena pandemi.

Pandemi ini akan mengubah tatanan hidup masyarakat yang akan selalu waspada dan terus menerapkan aturan kesehatan, demi menjami keselamatan sebanyak-banyaknya orang ketika virus tidak bisa benar-benar hilang.

Tanggapan soal herd immunity

Kemudian Jusuf Kalla juga memberikan tanggapannya apabila pemerintah menggunakan opsi herd immunity untuk menghadapi covid-19.

"Herd immunity bisa saja, cuma korbannya banyak," kata Jusuf Kalla, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.

Jusuf Kalla lantas mencontohkan penerapan herd immunity yang sudah diterapkan di negara Swedia.

Menurut dia, angka kematian di Swedia justru lima kali lipat lebih tinggi dibanding negara di sekitarnya.

Hal itu terjadi karena Swedia menerapkan herd immunity tanpa dibarengi dengan dilakukannya lockdown.

"Tingkat kematian di Swedia lima kali lipat dibanding negara di sekitarnya akibat ingin mencoba herd immunity," terangnya.

Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah bisa saja menggunakan opsi herd immunity, namun dengan risiko korban akan semakin banyak.

Menurut dia, tak masalah apabila dampak kebijakan tersebut hanya menyasar pada korban materi.

Namun, ia mempertanyakan langkah pemerintah apabila yang terjadi adalah korban jiwa melayang.

"Jadi jangan coba-coba yang kayak gini, korbannya banyak pasti."

"Apakah kita akan memilih itu, jangan. Negara apa yang ingin seperti itu dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga manapun," ungkap dia.

Sebagai informasi, herd immunity adalah upaya menghentikan laju penyebaran virus dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh.

Sehingga, daya tahan atau imunitas diharapkan akan muncul dan virus akan reda dengan sendirinya.

Pandemi Covid-19, Kemenag Berau Sebut Banyak Pasangan Harus Menunda Pernikahan

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Sally A

"Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk antibodi, siapa yang akan membentuk antibodi?'

"Yaitu orang-orang yang imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun," kata Sally, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.

Namun, tidak semua orang usia produktif memiliki imunitas yang baik.

Kelompok ini juga tidak terlepas dari risiko kemungkinan perburukan, yaitu Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Pada kenyataannya, covid-19 yang disebabkan oleh Virus Corona jenis SARS-CoV-2 bisa berakibat fatal terhadap usia tersebut.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri) (Kompas.com/Achmad Nasrudin Yahya/Sri Anindiati Nursastri)

(*)

Ikuti >>> Update Virus Corona
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tanggapan Jusuf Kalla Soal Ajakan Jokowi Berdamai dengan covid-19 hingga Opsi Herd Immunity, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/05/19/tanggapan-jusuf-kalla-soal-ajakan-jokowi-berdamai-dengan-covid-19-hingga-opsi-herd-immunity?page=all.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved