Kisah Keluarga Penjual Kopi di Samarinda, Sejak Pandemi Corona, Tinggal di Warung Tempat yang Sempit

Pandemi virus Corona atau covid-19 di Kota Samarinda sangat berdampak terhadap kehidupan perekonomian hampir di semua kalangan masyarakat.

Penulis: Muhammad Riduan | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDUAN
Sejak pandemi covid-19 menerpa Kota Samarinda, satu keluarga ini tinggal di sebuah warung sempit, Jumat (22/5/2020). Pandemi virus Corona atau covid-19 di Kota Samarinda sangat berdampak terhadap kehidupan perekonomian hampir di semua kalangan masyarakat Kota Samarinda, Kalimantan Timur, terkhusus mayarakat di kelas menengeh ke bawah. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pandemi virus Corona atau covid-19 di Kota Samarinda sangat berdampak terhadap kehidupan perekonomian hampir di semua kalangan masyarakat Kota Samarinda, Kalimantan Timur, terkhusus mayarakat di kelas menengeh ke bawah.

Seperti yang dirasakan Agus Supriatina saat ini. Pria ini adalah seorang penjual kopi di kawasan kampus Universitas Mulawarman ( Unmul ) Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Dirinya terpaksa harus berhenti berjualan sejak awal-awal virus Corona masuk di Kota Samarinda, karena pihak kampus menerapkan lockdown di area kampus tersebut.

Agus sapaannya, sambil duduk di tempat jualannya ia bercerita kepada TribunKaltim.co untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membayar kosan tempatnya tinggal.

Baca Juga: BREAKING NEWS Walikota Balikpapan Rizal Effendi Batalkan Izin Shalat Idul Fitri Berjamaah di Masjid

Baca Juga: Inilah 3 Keputusan APPBI Soal Operasional Pusat Perbelanjaan Selama Lebaran Idul Fitri di Balikpapan

Dia bergantung kepada uang tabungan yang sempat ia kumpulkan sebelum adanya virus Corona ini, karena tidak ada pemasukan lagi.

Seiring berjalannya waktu uang tabungan tersebut mulai menipis, dan lelaki berusia 56 tahun itu pun memikirkan bagaimana uang yang seadanya tersebut bisa terus memenuhi kebutuhannya.

Terpaksa ia harus membuat keputusan untuk tidak lagi tinggal di tempat kosan tersebut.

Lalu memilih untuk tinggal di tempatnya berjualan bersama istri dan anak.

Lokasi ini sebuah tempat yang sempit berukuran sekitar 4 x 4 meter, serta dipenuhi oleh alat rumah tangga dan barang jualannya, sebagai tempatnya berteduh dan beristirahat.

Sebagai seorang kepala keluarga, dari satu Istri bernama Waikah berusia sekitar kurang lebih 40 tahun dan tiga anaknya.

2 orang anak yang masih kecil. Yakni Ahmed berusia 3 tahun, Adelio usia 1 tahun yang ikut tinggal dengannya.

Baca Juga: Orang Tanpa Gejala Bawa Virus, Menteri Agama Fachrul Razi Minta Warga tak Open House Idul Fitri

Baca Juga: Walikota Bontang Tidak Ingin Ada Klaster Idul Fitri, Salat Id di Rumah Saja Tangkal Virus Corona

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved