Kisah Warga Desa Makarti Kukar, Melihat Gulungan Air Banjir Hantam Rumah Bak Tsunami
bu beranak 2 ini dengan wajah yang mengkerut tampak sibuk membersihkan rumahnya. Namanya Rohani (40) warga Desa Makarti, Marangkayu, Kukar
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Ibu beranak 2 ini dengan kening wajah yang mengkerut tampak sibuk membersihkan rumahnya. Namanya Rohani (40) warga Desa Makarti, Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara ( Kukar ), Kalimantan Timur.
Ia salah satu korban banjir besar yang menerjang rumahnya beberapa waktu lalu. Rumahnya jadi satu di antara 6 rumah warga yang rusak parah akibat musibah banjir di kawasan tersebut.
Cor-coran di depan rumahnya terbongkar. Tak ada pintu depan di rumah yang sudah 10 tahun ia tinggali. Pintu tersebut hancur dan hanyut dibawa terjangan air yang menghempas rumahnya.
Hampir seluruh bagian rumahnya yang terbuat dari kayu hancur berantakan. Mulai dari bagian depan sampai ke belakang rumah.
Baca Juga: Inilah Besaran Biaya Untuk Merawat Satu Pasien Covid-19, Walikota Tarakan dr Khairul Membeberkan
Baca Juga: Inilah Tempat-tempat Wisata di Kota Balikpapan yang Ditutup Selama Libur Lebaran Idul Fitri
Baca Juga: Inilah Identitas 2 Pasien Positif Covid-19 di Kota Tarakan, Masih Keluarga dan tak Memiliki Gejala
Sebagian dinding rumahnya pun jebol tak kuasa menahan arus air yang deras.
"Mau keluarkan barang itu sudah saya, keluar eh kayak tsunami, mas. Makin tinggi dan deras hantam rumah ini. Pokoknya sekitar jam 9 ke atas, sampai sudah itu jam 3 sore. Hantam ke rumah," katanya kepada Tribunkaltim.co
Rohani hanya bisa menyelematkan uang dan atm yang ditaruhnya di kamar. Sisanya. Barang berharga miliknya harus ikhlas direlakan orang tua tunggal ini dibawa banjir.
"Lemari pakaian ini yang masih nyangkut. Kemarin, saya cuma ambil uang dan ATM," tuturnyam
Ditanya asal muasal air, Rohani menyebut beberapa ratus meter di desa tempat tinggalnya terdapat aktifitas tambang batu bara. Lanjutnya, baru kali ini ia merasakan banjir sekacau beberapa waktu lalu.

"Air dari dalam sana. Di sana ada tambang. Airnya ngalir gak ketahan lagi. Ditambah hujan deras lama. Dulu pernah banjir 5 tahun lalu, tapi gak kayak begini. Gak sampai kita ngungsi di luar. Saya sudah 10 tahun tinggal di sini," ungkapnya.
Untuk diketahui, pemberitaan sebelumnya, banjir terjadi di Desa Makarti, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Sekitar 1,603 warga terdampak musibah tersebut. Bahkan banjir menyebabkan akses jalan Samarinda-Bontang sempat terputus, Jumat (22/5/2020).
Hal itu diungkapkan Kapolsek Marangkayu, Iptu Sugiarto saat dikonfirmasi Tribunkaltim.co melalui sambungan telepon.
Ada sekira 7 RT yang terdampak, di antaranya RT3 dan RT4 dengan 90 kepala keluarga (KK) dengan penduduk sekira 360 jiwa. RT5 sebanyak 55 KK dengan total warga terdampak 220 jiwa.

Sementara RT7 dan RT8 sebnyak 145 KK dengan penduduk sekira 580 jiwa. Lalu RT9 dan RT10 sebanyak 97 KK dengan penduduk sekira 388 jiwa.
Hujan mengguyur sejak dini hari hingga siang hari menyebabkan banjir di kawasan tempat tinggal mereka.
"Banjir tersebut juga merusak parah 6 rumah warga di RT 03," tuturnya.
"Malam ini kami dari Polsek Marangkayu kirim bantuan buat korban banjir maupun yang terdampak berupa 28 dos mie dan 25 piring telor ayam," tambahnya.
Baca Juga: Pandemi Corona, Warga Pesona Bukit Batuah Balikpapan Pilih Gelar Shalat Idul Fitri Berjamaah
Baca Juga: Penjelasan Psikolog, Kenapa Ada Kerumunan Massa di Mall atau Pasar Saat Masih Pandemi Corona
Tak hanya merugikan warga yang tinggal di kawasan tersebut. Air yang merembes menutupi jalan tersebut sempat membuat akses jalan penghubung 2 kota di Kalimantan Timur tersebut putus. Tak ada kendaraan yang mampu melewati air yang mengucur deras.
"Bapak Kapolres (Bontang) memberi bantuan beras sebanyak 200 kg. Diberikan kepada perwakilan dari posko bencana yang langsung dimanfaatkan oleh dapur umum penanggulangan bencana," ungkapnya.
Persisnya banjir menutupi Jalan poros Samarinda - Bontang Kilometer 74, sementara arah Bontang - Samarinda Kilometer 44. Akibatnya kendaraan sempat menumpuk dari arah Samarinda maupun Bontang. Mereka menunggu volume air turun, baru bisa melintas.
"Air naik mulai pagi. Nah, siang menjelang sore air turun. Kendaraan sudah bisa melintas lagi," kata Kapolsek.
( Tribunkaltim.co/Fachri )