Virus Corona

Ali Ngabalin Blak-blakan Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan New Normal, Tak Mau Rakyat Kelaparan

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Ngabalin menyebut Jokowi memutuskan untuk segera menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal

Capture YouTube Kompas TV
Ali Ngabalin Blak-blakan Ungkap Alasan Jokowi Segera Terapkan New Normal, Tak Mau Rakyat Kelaparan 

Ngabalin menegaskan Pemerintah Pusat juga mengambil keputusan itu dengan pertimbangan Pemerintah Daerah (Pemda).

"Pemerintah tidak akan mungkin mengambil satu keputusan sendiri sepihak tanpa melakukan dialog dan bicara dengan Pemda itu satu," ungkap dia.

Saat ditanya bagaimana dengan daerah yang penyebaran Virus Coronanya masih tinggi, Ngabalin justru menegaskan bahwa new normal itu bukan berarti tak ada protokol kesehatan.

Dalam new normal masyarakat tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

"Yang kedua new normal itu diberlakukan pun tidak berarti kita bebas daripada protokol kesehatan, tetap kita harus memegang teguh protokol."

"Jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lain-lain sebagainya, karena kenapa begitu, karena virus itu masih ada di sekitar kita, hari-hari bersama dengan kita," ungkapnya.

 Resmi Kemendikbud Umumkan Tahun Ajaran Baru 13 Juni, Jelaskan Perbedaan dengan Sekolah Tatap Muka

 Bukan Demam, Gejala Ini yang Paling Sering Dirasa Pasien Virus Corona di Indonesia

Ekonom Nilai new normal Justru Buat Ekonomi Memburuk

Tatanan hidup baru atau new normal disebut-sebut sebagai usaha untuk menyelamatkan ekonomi di tengah pandemi covid-19.

Namun, di sisi lain, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara tidak berpikiran demikian.

Di acara Indonesia Business Forum tvOne pada Rabu (27/5/2020), Bhima Yudhistira menilai bahwa kinerja yang dikira akan berdampak positif pada ekonomi itu bersifat semu.

"Di sisi yang lain kita tidak bisa berbangga dengan adanya kinerja yang sebenarnya positif tapi semu," ujar Bhima.

Bhima mengatakan new normal justru berdampak buruk pada segi ekspor.

Bhima menduga akan terjadi penurunan pada segi ekspor.

"Karena dari sisi ekspor, ekspor pakaian jadi, ekspor kemudian bahan-bahan olahan, ekspor motor itu sebagian besar mengalami penurunan."

"Nah sehingga kalau ini terus berlanjut maka kualitas dari neraca perdagangan secara statistik dianggap bagus padahal ini merupakan tanda-tanda yang kurang bagus," ungkap Bhima.

Sumber: TribunWow.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved