Bupati Berau Tolak Rapid Test Massal, Hasilnya tak Bisa Jadi Pegangan 100% Orang Positif atau Tidak
Rapid test dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui lebih cepat seseorang diketahui terpapar Virus Corona ( covid-19) atau tidak. Namun langkah berik
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB- Rapid test dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui lebih cepat seseorang diketahui terpapar Virus Corona ( covid-19) atau tidak.
Namun langkah berikutnya untuk memperkuat hasil tes, seseorang harus menjalani tes swab hingga dua kali.
Kendati demikian, Bupati Berau Muharram menolak digelar rapid test massal. Ia lebih memilih rapid test diperuntukkan buat warga keluar dan masuk wilayah Berau sebagai filter untuk menangkal penyebaran covid-19.
Bupati Berau yang juga Ketua Tim Gugus Tugas Percepatan covid-19, H Muharram tidak mau melakukan rapid test massal yang berakibat munculnya kegaduhan di masyarakat, Selasa (9/6/2020).
Pasalnya ia menilai hasil pemeriksaan RDT serba tanda tanya, kerena bisa reaktif berdasarkan RDT namun ketika dilakukan tes swab hasilnya negatif.
"Kita tidak mau melakukan rapid test massal yang berakibat munculnya kegaduhan baru sementara hasil dari rapid test sendiri serba tanda tanya," kata Muharram ke TribunKaltim.co.
"Ketika positif, itu positif yang palsu ketika negatif juga negatif yang palsu sehingga menurut saya ini sangat tidak obyektif jika seseorang diberi status positif meski itu rapid test karena itu membuat waswas yang bersangkutan. Secara psikologi tidak nyaman juga untuk lingkungan dan keluarganya," ujarnya.
Baca juga: Songsong New Normal, Taman Samarendah Jadi Spot Olahraga Favorit Warga Kota Tepian
Baca juga: Belasan Warga Palu Tertahan 5 Hari di Pelabuhan Kariangau Balikpapan, Tak Ada Uang untuk Rapid Test
Muharram mengatakan, daripada menciptakan kegaduhan baru yang pada akhirnya tidak terjadi karena bisa saja yang positif jadi negatif dan yang negatif jadi positif maka alat RDT diprioritaskan.
"Saya memprioritaskan pemanfaatan rapid test khusus warga Berau yang ingin keluar maupun masuk wilayah Berau. Yang masuk di daerah kita ini juga penting kita rapid test, misal mereka baru pulang dari Jakarta negatif saat naik pesawat.
Dan sepanjang perjalanan pasti berinteraksi dengan orang boleh jadi dia bisa tertular sehingga ketika ada gejala yang bersangkutan langsung kita rapid test. Setelah rapid test positif baru kita tindaklanjuti dengan tes swab ini yang saya maksud," katanya.
Baca juga: Khofifah Turuti Permintaan Risma Akhiri PSBB Walau Kasus Corona di Surabaya Masih Tinggi
Baca juga: Polisi Anak Buah Idham Azis Ancam Pidanakan Masyarakat yang Ambil Paksa Jenazah PDP Virus Corona
Baca juga: 7 Warga Luar Kaltim Terpapar Virus Corona, Semua Pekerja Tambang yang Mau Kembali Bekerja
Orang nomor satu di Berau itu menegaskan hasil dari rapid test tak dapat menjadi pegangan 100 persen untuk memvonis seseorang positif atau tidak, terlebih alat RDT yang dimiliki Berau tidak mungkin untuk melakukan RDT massal.
"Jadi saya sarankan tim fokus memanfaatkan rapid test itu sebagai filter untuk masyarakat yang keluar maupun masuk di wilayah Berau," ucapnya. (*)