Virus Corona
Daerah di Jawa Ini akan Buka Sekolah Tatap Muka, Begini Cara Agar Siswa Tak Terinfeksi Virus Corona
Daerah di Jawa ini akan buka skolah tatap muka, begini cara agar siswa tak terinfeksi Virus Corona
TRIBUNKALTIM.CO - Daerah di Jawa ini akan buka skolah tatap muka, begini cara agar siswa tak terinfeksi Virus Corona.
Wacana dimulainya kembali sekolah tatap muka masih menjadi polemik di tengah pandemi Virus Corona atau covid-19.
Meski demikian, ada beberapa daerah yang sudah bersiap memulai sekolah tatap muka di masa new normal.
Sebelumnya, Kemendikbud memberikan izin sekolah tatap muka untuk daerah di status zona hijau.
Pemerintah Kabupaten Wonogiri akan menerapkan kegiatan belajar mengajar ( KBM) dengan sistem siswa masuk bergiliran di tatanan kehidupan baru.
Penerapan itu dilakukan untuk memenuhi physical distancing saat penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar.
• PSBB Surabaya Berakhir, Risma Ajak Warganya Jaga Kepercayaan Khofifah, Kerjakan Imbauan Utama Jokowi
• Blak-blakan, Istri yang Ternyata Lelaki Buat Pengakuan, Bisa Dijerat Polisi 2 Pasal, Hukuman Berat
• Anies Baswedan Pilih Opsi PSBB Transisi, Wagub DKI Anggap Masa Sangat Berbahaya, Bukan Masa Bebas
"Nanti pendidikan dapat diselenggarakan dengan pembagian waktu pagi dan siang.
Dengan demikian sekali masuk hanya 30 persen siswa yang masuk saat pagi hari," kata Bupati Wonogiri, Joko Sutopo kepada Kompas.com, Senin (8/6/2020).
Menurut Jekek, sapaan akrab Joko Sutopo, sistem diterapkan untuk memberikan jarak yang efektif antarsiswa di dalam satu rombongan belajar.
Pasalnya bila siswa dimasukkan seperti pembelajaran biasanya maka phisycal distancing tidak terpenuhi.
Sementara, terkait transportasi anak ke sekolah diharapkan ada dukungan dari orang tua dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Sedangkan untuk anak-anak bermain saat istirahat tidak diperbolehkan untuk menghindari kerumunan dan menjaga physical distancing.
Ia yakin tingkat kedisiplinan anak-anak sekolah lebih tinggi untuk mentaati protokol kesehatan.
Hanya saja untuk menerapkan sistem itu Pemkab Wonogiri masih menunggu petunjuk dari pemerintah propinsi atau pemerintah pusat.
Pasalnya, pemerintah daerah tidak memiliki otorisasi untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan menyambut tatanan kehidupan baru.
"Pemerintah daerah tidak diberikan otorisasi mutlak untuk berimprovisasi terhadap potret riil kondisi pendidikan di Wonogiri.
Kami tinggal menunggu kebijakan dari pemerintah pusat untuk kapan kegiatan belajar dan mengajar bisa diaktifkan kembali," kata Jekek.
Sampai saat ini daerah belum mendapatkan gambaran apapun dari pemerintah pusat tentang penyelenggaraan pendidikan di era new normal.
Untuk itu, pemda tidak bisa menginisiasi dan berinovasi bila belum ada keputusan dari pemerintah pusat.
Pemkab Wonogiri tidak mau dipersalahkan bila memutuskan kegiatan belajar mengajar anak-anak sekolah dengan tatap muka.
Apalagi, penyelenggaraan kegiatan belajar dengan model tatap muka di tengah pandemi akan berdampak pada anggaran.
Namun, semestinya kegiatan pembelajaran dengan tatap muka bisa dilakukan dengan pemenuhan protokol kesehatan.
• Peringkat Terbaru Elektabilitas Partai Politik, Partai Megawati Terjun Bebas, Partai Berkarya Naik
"Dunia pendidikan anak mau dibawa kemana.
Anak-anak sudah jenuh setelah tiga bulan off belajar di sekolah," ujar Jekek.
Sebenarnya orang tua tidak perlu ditakuti selama sesuai protokol kesehatan.
Protokol dibuat dan dikaji para ahli.
"Kalau protokol sudah direkomendasikan kok masih diperdebatkan," jelas Jekek.
Bagi Jekek, bila protokol kesehatan terpenuhi maka pemutusan mata rantai penularan dapat terpenuhi juga.
Sikap Kemendikbud
Memasuki masa new normal, muncul kekhawatiran yang dirasakan para orangtua terkait kegiatan sekolah.
Yakni, bagaimana keamanan terkait kesehatan anak-anak mereka nantinya.
Terkait hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan, hanya sekolah di Zona Hijau yang dapat kembali membuka pengajaran secara tatap muka di tengah pandemi Virus Corona ( covid-19).
• Masa PSBB Transisi, Anies Baswedan Kembali Terbitkan Ancaman ke Mall dan Usaha yang Tak Terapkan Ini
• Inilah 100 Universitas Terbaik di Indonesia Tahun 2020, Dimanakah Peringkat Kampus Unmul Samarinda
• Blak-blakan ke Refly Harun, Achmad Yurianto Beber WhatsApp, YouTube, Twitter Hebohkan Virus Corona
Artinya sekolah tersebut dapat kembali buka untuk menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar.
Meski begitu, waktu dimulainya tahun ajaran baru belum diputuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
"Hanya sekolah di Zona Hijau yang dapat membuka sekolah dengan tatap muka.
Tanggal pastinya menunggu pengumuman Mendikbud," ujar Plt Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Hamid Muhammad saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (4/6/2020).
Sebelumnya Kegiatan Belajar Mengajar memang dilakukan di rumah selama pandemi covid-19.
Namun, menjelang normal baru di sejumlah wilayah, opsi membuka kembali sekolah menjadi perhatian.
Hamid menegaskan kembalinya siswa ke sekolah dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Hal itu untuk mencegah penyebaran covid-19 di lingkungan sekolah.
"Jaga jarak, pakai masker, jaga kebersihan, maksimal 15 hingga 18 siswa per kelas," terang Hamid.
Sementara untuk daerah yang masih berada pada zona kuning, orange, dan merah tetap akan melakukan kegiatan belajar dari rumah.
Kemendikbud bersama Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menyusun materi pengayaan pendukung kegiatan belajar dari rumah.
Data SPAB per 27 Mei 2020 menunjukkan sebanyak 646.000 satuan pendidikan terdampak covid-19.
Sedangkan jumlah siswa terdampak mencapai 68.801.708 siswa.
Siswa tersebut melaksanakan kegiatan belajar dari rumah. Dari hasil survei singkat Seknas SPAB pada bulan April 2020, sebanyak 30,8% responden mengalami kendala belajar dari rumah dikarenakan koneksi jaringan internet.
Kemendikbud telah menerbitkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Belajar dari Rumah Selama Darurat Bencana covid-19 di Indonesia.
Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbud Ainun Na'im mengungkapkan bahwa kegiatan belajar dari rumah (BDR) dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tunturan menuntaskan kurikulum.
Ainun menambahkan, belajar dari rumah tidak harus selalu dijalankan secara online.
Bisa pula menggunakan kehiatan offline seperti televisi dengan menonton siaran Belajar dari Rumah di TVRI, radio, serta buku ataupun modul belajar mandiri dan lembar kerja.
• Erick Thohir Tunjuk Jenderal TNI Gantikan Fadjroel Rachman di PT Adhi Karya, Ini Rekam Jejaknya
Ragam aktivitas dan penugasan selama belajar dari rumah sangat bervariasi. Hal itu disesuaikan dengan daerah, satuan pendidikan, dan juga peserta didik.
"Disesuaikan dengan minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas," jelas Ainun.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KBM "New Normal" di Wonogiri, Siswa Masuk Bergiliran", https://regional.kompas.com/read/2020/06/09/08163701/kbm-new-normal-di-wonogiri-siswa-masuk-bergiliran?page=all.