Kisah Buaya Riska Sang Penjaga Bantaran Sungai Guntung Bontang, 14 Tahun Hidup dengan Manusia
Namanya Riska, Sang Penjaga Bantaran Sungai Guntung. Dia seekor buaya betina.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
Dari malam ia biasa nongkrong sampai pagi. Kadang selepas Ambo melaut, pulangnya Riska berada di sisi kiri perahu. Ikut pulang.
"Pas di dermaga. Sebenarnya dimana-mana kami obrol intim layak manusia. Kadang malam sama aku, mau mancing dia nemenin. Udah layaknya manusia. Aku yakin dia paham apa yang kuomongkan," ucapnya.
Hasil tangkapan ikan yang didapat Ambo, sebagian diberikan kepada buaya Riska.
Sebagian disimpan untuk kebutuhan dapur rumah. Ambo menyuapi ikan ke rahang Riska yang penuh taring dengan senyuman. Sedikit usapan di kepala, disusul lemparan kecil. Tak butuh waktu lama Riska melahapnya. Hanya hitungan detik.
Kalau rejeki berlebih atau menerima pemberian warga, Ambo kadang memberi Riska daging ayam potong. Pria yang merantau ke Kaltim sejak 1991 itu yakin senangnya Riska 2 kali lipat.
"Habis makan pulang. Gak tiap hari. Kalau air pasang besar dia kemari. Kadang bermalam di situ. Ndak nentu Riska datang. Kadang datang malam, siang, pagi dan sore," katanya sambil menunjuk dermaga kecil, tempat ia menambatkan perahunya yang diberi nama Riskah.
Untuk diketahui, sepekan terakhir nama Riska jadi populer di jagat media sosial. Buaya yang tinggal di muara Sungai Guntung Bontang ini sukses merebut perhatian warganet. Riska mendadak viral. Penontonnya di Youtube hingga jutaan orang.
"Doa saya, banyak orang bantu. Kasihan dia. Kalau aku cuma bisa mancing. Kalau ada (dapat ikan) dikasih, kalau gak ada diam. Aku melaut, bukan kayak orang pakai kapal, aku pakai perahu kecil. Kalau dapat lebih jual di pasar, kalau pas-pasan buat makan kami dan Riska," harapnya. (*)