Ambo Beber Rahasia Buaya Riska Bontang, Dari Cara Ngobrol, Saudara Kembar, Hingga Hamil Tanpa Telur
Buaya Riska kerap muncul sungai di kawasan Pelabuhan Guntung, Bontang, Kalimantan Timur.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Samir Paturusi
Berkomunikasi dengan melihat gerak-gerik. Kalau komunikasi lebih intim dia masuk lewat mimpi istri.
Aku ngerti, kalau ngobrol sama dia. Ini jawabannya. Ada yang kutandai. Dari matanya, tubuhnya, pasti disitu ada jawaban, kalau lagi ngobrol.
Paling penting masalah kita-kita di sini. Seperti anak kecil. Jangan sampai dia mengganggu orang. Kuajarkan itu. Kalau kamu gigit orang, ikut-ikutan aku dihantam orang. Adanya kamu di sini ikut aku. Jadinya nanti gara-gara Ambo melihara buaya. Tapi, alhamdulillah kalau ada anak-anak mandi dia diam saja.
Aku bukan pawang. Aku ndak pernah tahu ilmu buaya. Keberanian saja aku. Kebetulan ketemu Riska. Mungkin dia kepingin punya orang tua yang pelihara dia.
Pernah tak bertemu lama dengan Riska?
Pernah. Malah aku yang tinggalkan ke Samarinda. Sekira 3 bulan. Tinggal di sini dia. Keluargaku gak berhenti nelpon, suruh pulang ke sini. Kasihan lihat Riska. Mondar-mandir terus seperti ada yang di cari. Akhinya pulang ke Bontang.
Kala itu dia datang malam-malam. Sampai siang itu gak pulang. Ku kasih makan dia. Ajak ngobrol. Akhirnya setia lagi.
Selama ini makanan Riska, apa?
Riska 4 meter panjangnya sekarang. Gak kurang gak lebih. Gak terasa sudah belasan tahun. Dari 1 meter jadi 4 meter. Makan tiap hari, 2 macam aja makanannya; ikan dan ayam.
Kalau dia gak datang, gak kasih makan. Kalau dia datang aja kita kasih. Kalai Riska datang, terus gak ada makanannya. Ngerti dia. Gak ngambek. Yang penting jangan dijanji.
Paling turun nyiram air ke kepalanya. "Gak ada ikan kita, sabar ya. Kamu naik ke atas sana (arah laut) cari, moga ada aja rejekimu," begitu kubilang.
Kalau dia lewat rumah warga lain, pasti dikasih. Oh ada riska, ambil ikan di kulkas. Kayak tamu saja dia, semua orang kenal. Sebantaran sungai ini sampai ke atas sana. Bahkan orang di laut itu kenal sama Riska.
Tapi dia tahu, kalau aku ada makanan. Nunggu terus dia. Feelingnya kuat. Tahu saja riska ini ada makanan di rumah. Ada hubungan batin yang sulit dijelaskan.
Bagaimana bisa Riska akrab dengan warga, bahkan dilabeli penjaga Sungai Guntung?
Orang sini malah nyari, kalau gak ada Riska datang, pasti tanya saya, om Ambo kenapa Riska gak naik? Tunggu saja kubilang. Nah, kalau datang dari jauh mereka bersorai, oh, itu dia Patroli (Julukan Riska) datang. Digelari patroli. Semacam penjaga kampung ini. Itu sudah tangkapan orang-orang.
Paling itu saja binatang peliharaan hilang. Keliatan yang ngambil, buaya memang. Ayam dan kambing. Di bawah kolong rumah, hilang. Ditarik sama tali-talinya.
Dulu waktu dia belum ada, kambing ayam sering dimangsa buaya lain. Alhamdulillah, selama ada Riska aman di sini. Makanya warga sebut dia Patroli. Kalau orang ambil air sungai, dia lewat. Biasa aja. Dianggap keluarga juga oleh warga di sini.
Dianggap orang begitu. Penjaga lingkungan Guntung. Gak ada yang menolak keberadaan dia, lantaran gak mengganggu.
Apa benar Riska Hamil Pak Ambo?
Kayaknya Riska hamil lagi. Perutnya besar betul. Riska itu kalau makin banyak makan, makin cepat perkembangannya.
Kalau buaya lain, kan, melahirkan telur. Kalau dia melahirkan kayak manusia. Satu satu. Jantan di sini banyak. Tapi gak tahu.
Gerakan Riska belakangan gak lincah. Perutnya besar. Kalau melahrikan itu lama, dia baru datang. Ada anaknya lagi yang diurus biasanya. Dia disitu. Kalau anaknya sudah kuat cari makan sendiri, baru bebas. Baru ditinggalnya.
Jadi Riska ini punya anak, Pak Ambo?
Ada anaknya. Namanya Rara dan Istanan. Aku yang kasih nama. Main bertiga dia kadang. Sama mamaknya. Malam.
Masih sepapan Rara, kayak mamaknya dulu. Kalau Istana masih kecil. Ada dua anaknya Riska. Tadi malam yang datang Rara. Istana jarang, karena dia masih kecil. (Tribunkaltim.co/Fachri)