Breaking News

Virus Corona

Keanehan Banjir Besar Wuhan Terkuak, Terjadi Saat Tim WHO Investigasi, Upaya Hilangkan Bukti Corona?

Banjir di Wuhan bertepatan dengan kedatangan tim pakar WHO ke Wuhan untuk menyelidiki asal usul virus Corona yang kini menjadi pandemi.

Editor: Doan Pardede
Facebook
Petugas kota Wuhan memasang tali sebagai batas aman dilalui saat banjir menggenangi Wuhan 6 Juli 2020 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah ahli kembali mengungkap sejumlah hal baru seputar penyebaran virus Corona atau covid-19 di dunia.

Kali ini, pengamat Intelijen open source asal India membuka fakta mengejutkan di balik banjir bandang di China bagian selatan dan China timur setelah pintu air di dam raksasa Three Gorges Dam (Bendungan Tiga Ngarai) dibuka.

Kota-kota di bawah dam raksasa Three Gorges Dam, seperti Wuhan mengalami banjir bandang terbesar yang belum pernah terjadi.

Banjir di Wuhan bertepatan dengan kedatangan tim pakar WHO ke Wuhan untuk menyelidiki asal usul virus Corona yang kini menjadi pandemi.

 Mirip Surabaya, Kampung Halaman Jokowi Kini Zona Hitam Virus Corona, FX Hadi Rudyatmo Beber Alasan

 Bukan Soal Gaji ke-13 Belum Cair, Ini Penyebab Utama Pendapatan PNS Turun Saat Pandemi Virus Corona

 Saat Jokowi Tolak Laporan Menterinya Soal Hasil Penanganan Corona, Minta Menteri Lakukan Hal Lain

 Tak Cuma Secapa, Ini Update Virus Corona di Wilayah Institusi Andika Perkasa TNI AD, Disorot Jokowi

Pemerintah China sendiri hingga Senin (13/7/2020) menyatakan sebanyak 433 sungai di seluruh China meluap hingga menyebabkan banjir sejak Juni, di mana 141 orang tewas atau hilang akibat banjir parah di tengah dan hilir Sungai Yangtze.

Melansir global times, Kementerian Sumber Daya Air China merilis ketinggian air 109 sungai telah melampaui batas aman dan ketinggian air 33 sungai mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah.

Namun pensiunan kolonel Angkatan Darat India, Kolonel (Purn) Vinayak Bhat mengungkap fakta tersembunyi soal waktu pembukaan pintu air Three Gorges Dam.

Vinayak seperti dilansir India Today dan kemudian dikutip taiwannews.com.tw, mengungkap pembukaan pintu air Three Gorges Dam lebih cepat dari yang diumumkan pemerintah China dan volume air yang dilepaskan juga lebih banyak dari yang diakui pemerintah China.

Administrasi Meteorologi Tiongkok (CMA) telah mengeluarkan peringatan hujan lebat di seluruh China sepanjang Juni, baru pada tanggal 29 Juni pemerintah China mengakui telah membuka dua pintu air Three Gorges Dam.

Foto satelit Dam Tiga Ngarai 7 Juli 2020. Semua pintu air dibuka.
Foto satelit Dam Tiga Ngarai 7 Juli 2020. Semua pintu air dibuka. (screngrab)

Tapi berdasarkan gambar satelit, ada indikasi pintu air dibuka dari setidaknya lima pintu besar dan lima pintu kecil pada tanggal 24 Juni, lima hari sebelum diumumkan pemerintah China.

 Fakta Baru Pembunuhan Editor Metro TV, Pemilik Warung Sempat Lihat 2 Pemuda Nongkrong

 Bukan Soal Gaji ke-13 Belum Cair, Ini Penyebab Utama Pendapatan PNS Turun Saat Pandemi Virus Corona

Stasiun Pemantauan Hidrologi Kota Chongqing pada 22 Juni mengeluarkan peringatan banjir merah pertama dalam 80 tahun untuk Sungai Qijiang yang berada di bawah Three Gorges Dam.

Namun, menurut Vinayak, ketinggian air di Three Gorges Dam pada 24 Juni, dua hari setelah banjir besar di hulu, sebenarnya lebih rendah 15 meter dibandingkan dengan foto dari 27 Oktober 2017, ketika pintu air semua ditutup.

Berdasarkan ketinggian air Pulau Zhongbao (ada di Three Gorges Dam), Vinayak, yang merupakan konsultan intelijen open source (OSINT) menegaskan bahwa mengingat ketinggian air 15 meter lebih rendah dari 2017, tidak perlu membuka pintu air seperti yang dilakukan 24 Juni.

Pada tanggal 27 dan 28 Juni, beberapa video yang diposting di media sosial menunjukkan kota Yichang, yang terletak tepat di bawah Bendungan Tiga Ngarai, mengalami banjir besar.

Penduduk dikutip di media sosial sebagai curiga bahwa banjir adalah akibat pemukaan pintu air Three Gorges Dam untuk menghilangkan tekanan pada bangunannya, sementara warga biasa di bawah menjadi korban.

Ketinggian air Dam Tiga Ngarai 2017 yang 15 meter lebih tinggi dari 2020. Tapi tidak ada pintu air yang dibuka.
Ketinggian air Dam Tiga Ngarai 2017 yang 15 meter lebih tinggi dari 2020. Tapi tidak ada pintu air yang dibuka. (screngrab)

Selain itu, citra satelit terbaru, bendungan tampaknya melepaskan lebih banyak air daripada yang secara resmi dinyatakan oleh pemerintah China. Pada 29 Juni, Beijing mengakui telah membuka dua pintu air di bendungan.

 Kabar SKB CPNS Terbaru, Peserta Bisa Gugur Karena Aturan Suhu Tubuh, Simak Ketentuan Penting Lainnya

 Lebih Parah dari Jakarta dan Jatim? Kota Jokowi Jadi Zona Hitam Covid-19, Ini yang Terjadi di Solo

Media pemerintah China CGTN pada 3 Juli mengklaim bahwa Bendungan Tiga Ngarai membuka "tiga outlet pembuangan banjir" pada 2 Juli.

CGTN kemudian mengklaim bahwa laju aliran banjir mencapai 50.000 meter kubik per detik, sementara aliran keluar telah "dikendalikan" pada tingkat harian rata-rata 35.000 meter kubik per detik, diduga mengurangi 30 persen dari debit puncak Sungai Yangtze, yang "secara efektif mengurangi tekanan pengendalian banjir di bagian tengah dan hilir sungai."

Namun, gambar satelit dari 9 Juli tampaknya menunjukkan semua gerbang banjir di bendungan telah dibuka.

Pintu air Three Gorges Dam terdiri dari 23 outlet bawah dan 22 pintu air permukaan.

Vinayak mengatakan kepada Taiwan News bahwa berdasarkan perkiraannya, semua pintu air setidaknya sebagian terbuka dengan setidaknya lima gerbang besar terbuka penuh.

Dia mengatakan bahwa mengingat bahwa bendungan memiliki integritas struktural untuk menahan tingkat air yang jauh lebih tinggi di masa lalu, tidak perlu membuka pintu air secepat 24 Juni.

Vinayak menduga membuka pintu air begitu cepat adalah "agar semua bukti terhapus sebelum perwakilan WHO mengunjungi rumah sakit dan laboratorium Wuhan."

WHO Bungkam

Tim pendahulu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berada di ibu kota China Beijing akhir pekan lalu untuk meletakkan dasar penyelidikan asal-usul pandemi virus corona.

WHO mengatakan pekan lalu bahwa dua ahli - seorang spesialis kesehatan hewan dan seorang ahli epidemiologi - mulai bekerja Sabtu (11/7/2020) tetapi pada hari Minggu malam masih belum ada informasi mengenai nama spesialis yang diterjunkan, jadwal perjalanan, dan agenda mereka.

Pihak berwenang China juga tidak membuat pernyataan tentang kedatangan tim WHO tersebut.

Bahkan media China tidak memberitakan kedatangan pakar WHO ini.

Dan tidak ada lembaga China, termasuk Chinese Centre for Disease Control and Prevention, yang mengkonfirmasi bahwa mereka akan bertemu atau berunding dengan para ahli WHO.

Sebelumnya Associated Press melaporkan bahwa kedua pakar itu berada di Beijing pada hari Sabtu dan Minggu.

Misi mereka adalah bekerja dengan pejabat kesehatan dan ilmuwan China untuk mempersiapkan satuan tugas internasional yang dipimpin oleh WHO pada tanggal yang tidak disebutkan.

Kedatangan tim WHO tersebut secara luas dipandang sebagai cara untuk membawa lebih banyak transparansi dan kerja sama dalam pencarian asal-usul hewan dari virus, pertama kali diidentifikasi di Wuhan di China tengah akhir tahun lalu.

Beberapa anggota senior pemerintah AS menyalahkan China atas pandemi ini, termasuk membuat klaim virus tersebut dapat muncul di laboratorium Wuhan.

WHO juga mendapat kecaman, dengan Amerika Serikat - penyandang dana terbesar badan tersebut - pada hari Senin (6/7/2020) resmi mundur dari badan kesehatan PBB.

David Fidler, seorang sarjana hukum dan pakar kesehatan global, yang telah memberi nasihat kepada WHO, mengatakan keputusan AS mundur dari WHO, membuat WHO lebih sulit untuk menegosiasikan ketentuan-ketentuan misi internasional di China.

“Tanpa Amerika Serikat di WHO, WHO tidak memiliki pengaruh di sini. Ini dalam situasi yang sulit tentang seberapa banyak ia menari mengikuti irama yang diinginkan oleh pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis, ” kata Fidler, yang merupakan asisten senior di Council on Foreign Relations, New York.

Namun, Wang Yiwei, direktur Institute of International Affairs and Centre for European Studies di Universitas Renmin, mengatakan penarikan Washington mungkin mendorong kerja sama China.

"Lebih banyak yang diharapkan dari China setelah AS menarik diri - tentang penyelidikan sumber, inovasi vaksin, dan kolaborasi untuk menangani dan memerangi ... virus," kata Wang.

Investigasi asal usul virus Corona, merupakan resolusi dengan suara bulat di Majelis Kesehatan Dunia, badan pembuat keputusan WHO, yang juga didukung China.

Yanzhong Huang, peneliti senior dalam tata kelola kesehatan global, juga di Council on Foreign Relations, mengatakan penyelidikan transparan oleh WHO dapat menjadi kesempatan bagi organisasi untuk "membangun kembali reputasinya dan menunjukkan WHO adalah badan netral yang berwenang dalam tata kelola kesehatan global. ”

Tetapi "komposisi delegasi [internasional masa depan], di mana mereka akan mengunjungi, apa rencana penyelidikan, ini semua harus dinegosiasikan," katanya, menambahkan bahwa bahkan komentar WHO pekan lalu bahwa Wuhan akan menjadi titik awal untuk penyelidikan "dapat dinegosiasikan atau harus diputuskan oleh pihak China".

Media pemerintah China baru memberitakan kedatangan tim WHO ke Beijing Senin (13/7/2020).

Melansir global times, Hua Chunying, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, pada briefing Senin mengatakan kedua pakar WHO tiba di China dengan izin pemerintah Tiongkok dan mengadakan diskusi dengan para ahli China tentang pekerjaan penelusuran virus.

Hua berkata, "Kami telah mencapai konsensus dengan WHO bahwa pelacakan virus adalah masalah sains, sehingga diperlukan para ilmuwan di seluruh dunia untuk bekerja sama dan melakukan penelitian di seluruh dunia."

Dia mengatakan WHO juga percaya bahwa pelacakan virus dapat melibatkan banyak negara dan wilayah, dan WHO akan melakukan penyelidikan serupa di bagian lain dunia.

Sebanyak 433 sungai di seluruh China telah dibanjiri sejak Juni, dengan 141 orang tewas atau hilang ketika hujan lebat menyebabkan banjir parah di tengah dan hilir Sungai Yangtze. (india today/global times/taiwan news/scmp)

IKUTI >>> Update virus Corona

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Pakar WHO di China saat Wuhan Banjir Besar, Sengaja Dibikin Banjir untuk Hilangkan Bukti covid-19?

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved