Virus Corona

Pakar Beber Dampak Serius Istilah New Normal Terhadap Kasus Covid-19, Achmad Yurianto Akui Salah

Pakar beber dampak serius istilah new normal terhadap kasus covid-19, Achmad Yurianto akui salah

Editor: Rafan Arif Dwinanto
YouTube Kompas TV
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono dalam kanal YouTube Kompas TV, Kamis (28/5/2020). Pandu Riono menyinggung soal peluang gelombang wabah virus Corona jika new normal tak dilakukan secara baik. Wacana New Normal, Pakar Epidemiologi Singgung Gelombang Kedua Virus Corona dan Jurang Abnormal 

TRIBUNKALTIM.CO - Pakar beber dampak serius istilah new normal terhadap kasus covid-19, Achmad Yurianto akui salah.

Baru-baru ini Pemerintah melalui Gugus Tugas covid-19 mengakui istilah new normal salah dan menggantinya dengan kebiasaan baru.

Meski demikian, Pakar Epidemiologi menilai penggunaan istilah new normal yang sempat digaungkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, memiliki dampak.

Diketahui, angka kasus Virus Corona di Indonesia terus naik di kisaran 1.000 kasus lebih per hari.

Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai, penggunaan diksi yang salah di masa pandemi covid-19 mempengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan.

Masyarakat, menurutnya, tidak mengerti apa yang disampaikan pemerintah.

 Kabar Duka, Legenda Gudeg Jogja Mbah Lindu Meninggal Dunia

 Lagi, Virus Mematikan Muncul di China, 5 Orang Tewas, Menyebar Lewat Gigitan Kutu, Gejala Mirip DBD

• Ramalan Zodiak Cinta Terbaru Hari Ini Senin 13 Juli 2020 Virgo Mengajak Serius, Scorpio Bertengkar

 Penjelasan BMKG soal Gempa di Bantul, Yogyakarta Hari Ini, Catatan Gempa dalam Tiga Pekan Terakhir

Alhasil, penerapan protokol kesehatan tak maksimal yang berakibat pada angka penularan yang tetap tinggi.

"Kalau itu berdampak pada perilaku masyarakat, dia akan mempengaruhi kasus tidak turun-turun," kata Pandu pada Kompas.com, Senin (13/7/2020).

Hal itu ia katakan menanggapi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto yang mengakui istilah era kenormalan baru atau new normal bukan diksi yang tepat.

Menurut dia, banyak dari masyarakat yang justru menilai Indonesia sudah tidak lagi memiliki risiko covid-19.
"Karena mereka (masyarakat) merasa tidak berisiko.

Karena enggak tau kenapa mereka harus menggunakan masker, dia enggak tahu bahwa risiko penularan masih tinggi," ujarnya.

Oleh karena itu, Pandu berharap pemerintah bisa lebih terbuka dan jujur mengenai kondisi pandemi covid-19 di Indonesia.

Sehingga, lanjut dia, masyarakat lebih peduli dan mau mematuhi protokol kesehatan dalam kondisi pandemi saat ini.

"Jangan takut masyarakat panik atau enggak, masyarakat itu enggak panik, masyarakat itu hanya butuh penjelasan yang jernih dan jujur," ucap Pandu.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan, istilah new normal yang sering digunakan selama pandemi ini adalah diksi yang salah.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved