Virus Corona
Pakar Beber Dampak Serius Istilah New Normal Terhadap Kasus Covid-19, Achmad Yurianto Akui Salah
Pakar beber dampak serius istilah new normal terhadap kasus covid-19, Achmad Yurianto akui salah
TRIBUNKALTIM.CO - Pakar beber dampak serius istilah new normal terhadap kasus covid-19, Achmad Yurianto akui salah.
Baru-baru ini Pemerintah melalui Gugus Tugas covid-19 mengakui istilah new normal salah dan menggantinya dengan kebiasaan baru.
Meski demikian, Pakar Epidemiologi menilai penggunaan istilah new normal yang sempat digaungkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, memiliki dampak.
Diketahui, angka kasus Virus Corona di Indonesia terus naik di kisaran 1.000 kasus lebih per hari.
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menilai, penggunaan diksi yang salah di masa pandemi covid-19 mempengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan.
Masyarakat, menurutnya, tidak mengerti apa yang disampaikan pemerintah.
• Kabar Duka, Legenda Gudeg Jogja Mbah Lindu Meninggal Dunia
• Lagi, Virus Mematikan Muncul di China, 5 Orang Tewas, Menyebar Lewat Gigitan Kutu, Gejala Mirip DBD
• Ramalan Zodiak Cinta Terbaru Hari Ini Senin 13 Juli 2020 Virgo Mengajak Serius, Scorpio Bertengkar
• Penjelasan BMKG soal Gempa di Bantul, Yogyakarta Hari Ini, Catatan Gempa dalam Tiga Pekan Terakhir
Alhasil, penerapan protokol kesehatan tak maksimal yang berakibat pada angka penularan yang tetap tinggi.
"Kalau itu berdampak pada perilaku masyarakat, dia akan mempengaruhi kasus tidak turun-turun," kata Pandu pada Kompas.com, Senin (13/7/2020).
Hal itu ia katakan menanggapi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto yang mengakui istilah era kenormalan baru atau new normal bukan diksi yang tepat.
Menurut dia, banyak dari masyarakat yang justru menilai Indonesia sudah tidak lagi memiliki risiko covid-19.
"Karena mereka (masyarakat) merasa tidak berisiko.
Karena enggak tau kenapa mereka harus menggunakan masker, dia enggak tahu bahwa risiko penularan masih tinggi," ujarnya.
Oleh karena itu, Pandu berharap pemerintah bisa lebih terbuka dan jujur mengenai kondisi pandemi covid-19 di Indonesia.
Sehingga, lanjut dia, masyarakat lebih peduli dan mau mematuhi protokol kesehatan dalam kondisi pandemi saat ini.
"Jangan takut masyarakat panik atau enggak, masyarakat itu enggak panik, masyarakat itu hanya butuh penjelasan yang jernih dan jujur," ucap Pandu.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan, istilah new normal yang sering digunakan selama pandemi ini adalah diksi yang salah.
Achmad Yurianto mengatakan, sebaiknya new normal diganti dengan kebiasaan baru.
"Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah. New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adptasi kebiasaan baru," kata Yurianto, Jumat (10/7/2020).
Achmad Yurianto menjelaskan, istilah new normal yang sering digaungkan pemerintah belum cukup dipahami masyarakat.
Ia menilai, masyarakat hanya fokus pada kata "normal"-nya saja.
"Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah.
New normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adptasi kebiasaan baru," kata Achmad Yurianto dalam acara Peluncuran Buku "Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemi" karya Saleh Daulay secara virtual, Jumat (10/7/2020).
Akui Kesalahan
Istilah new normal yang dicanangkan pemerintah beberapa waktu lalu bakal dihapuskan.
Kebijakan ini diambil setelah melihat realita yang ada di lapangan.
• Bukan Hanya Sekolah Tatap Muka, Jajaran Nadiem Makarim Punya 23 Link Belajar dari Rumah Senin Besok
• Perluasan Ancol dan Dufan Disorot, Anies Baswedan Bongkar Sejumlah Hal Negatif Reklamasi Era Ahok
• Respon Panglima TNI hingga Andika Perkasa Bongkar Penyebab Kasus covid-19 Klaster Baru Secapa AD
• Hasil Liga Italia Juventus Selamat dari Kekalahan Berkat Ronaldo, Atalanta Gagal Kudeta Lazio
Selanjutnya istilah new normal bakal diganti dengan kebiasaan baru untuk menggambarkan kondisi hidup berdampingan dengan virus Corona atau covid-19
Pemerintah mengaku salah menggunakan istilah new normal yang sering digunakan untuk hidup berdampingan di tengah covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh juru bicara pemerintah penanganan covid-19 Achmad Yurianto.
Penggunaan istilah new normal kemudian diganti dengan kebiasaan baru.
"Diksi new normal dari awal diksi itu segera ubah. new normal itu diksi yang salah dan kita ganti dengan adptasi kebiasaan baru," kata Achmad Yurianto, Jumat (10/7/2020), seperti dikutip dari Kompas.com.
Yuri mengatakan istilah new normal ini sulit dipahami oleh masyarakat.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriphastuti.
Menurutnya, istilah new normal ini memang tidak mudah dimengerti masyarakat.
Banyak masyarakat yang tidak paham lantaran istilah new normal menggunakan bahasa asing.
"Pemahaman menggunakan 'new normal' sendiri, karena ada unsur bahasa asingnya, kemudian tidak mudah dipahami," kata Brian, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).
Brian mengatakan new normal seharusnya dimaknai sebagai adaptasi perilaku dalam menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun.
"Jadi yang ditonjolkan bukan situasinya, tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi," kata Brian.
"Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transimisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus ini," ujar dia.
• Benarkah Gaji 13 PNS Segera Cair dan Uang Pensiun Naik Drastis? Ini Kata Sri Mulyani & Tjahjo Kumolo
• Kabar Gembira, Selain Gaji ke-13 Akan Cair, Pemerintah Juga Naikkan Uang Pensiun, Berapa Besarannya
Penggunaan istilah new normal membuat masyarakat hanya berfokusi pada situasi "normal".
Padahal, menurut Brian, saat ini covid-19 masih belum sepenuhnya hilang di lingkungan sekitar.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diksi "New Normal" Salah, Ahli: Berdampak pada Masyarakat, Kasus Tidak Turun-turun", https://nasional.kompas.com/read/2020/07/13/12525191/diksi-new-normal-salah-ahli-berdampak-pada-masyarakat-kasus-tidak-turun?page=2.