Jadi Trending Topic Tagar #savePalestine, Benarkah Palestina Dihapus dari Google Maps, Ini Ulasannya

Jadi trending topic tagar #savePalestine, benarkah Palestina dihapus dari Google Maps, ini ulasannya

Editor: Amalia Husnul A
Tangkapan layar dari Google Maps
Jadi trending topic tagar #savePalestine, benarkah Palestina dihapus dari Google Maps, ini ulasannya 

TRIBUNKALTIM.CO - Jadi trending topic tagar #savePalestine, benarkah Palestina dihapus dari Google Maps, ini ulasannya

Di Twitter hari ini, Minggu 19 Juli 2020 tagar #savePalestine jadi trending topic, warganet mempertanyakan mengapa Palestina tak ada di Google Maps.

Benarkan Palestina dihapus dari Google Maps, ini ulasannya.

Tagar #savePalestine jadi trending topic
Tagar #savePalestine jadi trending topic (Twitter)

Unggahan dari seorang warganet di media sosil Twitter menjadi sorotan saat ia menuduh Google menghapus peta wilayah Palestina.

Unggahan tersebut pun menjadi viral dan banyak warganet yang mempertanyakan menghapusan nama Palestina dalam peta digital Google.

Seorang warganet di twitter pun melayangkan protesnya terhadap Google karena telah menghilangkan nama Palestina dalam Google Maps.

Benarkah Palestina Dihapus dari Google Maps dan yang Muncul Israel? Lihat Penampakan & Penjelasannya

Hebohnya Warganet Arab, Palestina Tak Ada di Google Maps, Hanya Israel, Pernah Ada Penjelasan Google

Isu Peta Palestina Dihapus dari Google Maps dan Apple Kembali Buat Heboh, Begini Fakta Sebenarnya

Sikap Pemerintah Jokowi, Israel Mau Rebut Tepi Barat Palestina, Retno Marsudi Beber Upaya Indonesia

"Google tidak tahu malu! Beraninya mendukung Israel dan menghapus Palestina dari Google Maps," tulis pengguna Twitter @hassan_sheikh4.

Apakah benar Palestina sudah dihapus dari Google Maps?

Topik kenapa negara Palestina hilang di Google Maps sedang ramai dibicarakan masyarakat dunia.

Apakah benar Palestina dihapus dari Google Maps?

Ya, benar.

Nama Palestina tidak ada di Google Maps alias tidak tercantum di wilayah yang seharusnya merupakan negara Palestina dalam Google Maps.

Dalam aplikasi Google Maps, bila diketik nama Palestina, memang benar tidak akan muncul nama Palestina melainkan Israel.

Siapapun yang mencari Palestina di Google Maps sekarang akan diarahkan ke wilayah geografis yang bernama Israel.

Wilayah Israel ditandai di peta, berpotongan dengan garis-garis yang menggambarkan wilayah Palestina.   

Tidak adanya nama Palestina di peta tersebut menimbulkan pertanyaan di masyarakat dunia.

Padahal Persatuan Bangsa-Bangsa ( PBB ) dan negara-negara di dunia mengakui negara Palestina.

 Kode Terbaru Redeem Free Fire 19 Juli 2020, Bisa Dapat Hadiah Bundle BUDI01 Gaming

 Bantuan Uang Tunai 3 Bulan Sekaligus Total Rp 1,8 Juta untuk Warga Miskin, Cek Syarat dan Caranya

Mengutip History, lebih dari 135 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara nerdeka.

Artinya, sekitar 82 persen populasi dunia secara resmi mengakui Palestina sebagai negara.

Mengapa Palestina dihapus dari maps?

Tidak ada kepastian apakah benar Google sengaja menghapus Palestina dari Google Maps atau apa alasan Palestina dihapus dari Google Maps.

Melansir Independent, Google tidak segera memberikan komentar terhadap tuduhan tersebut.

Tetapi bagian dari situs webnya didedikasikan untuk menyatakan batas-batas yang disengketakan, dengan ketentuan:

Batas yang disengketakan ditampilkan sebagai garis abu-abu putus-putus.

Tempat-tempat yang terlibat tidak menyetujui batas.

Wilayah negara Palestina yang dianggap batas-batas yang disengketakan ditandai dengan garis abu-abu putus-putus.
Wilayah negara Palestina yang dianggap batas-batas yang disengketakan ditandai dengan garis abu-abu putus-putus. (Tangkapan layar dari Google Maps)

Dengan demikian, bisa disimpulkan alasan kenapa Palestina tidak ada di Google Maps karena Google menganggap Palestina sebagai wilayah yang masih terlibat sengketa.

Hal serupa pernah terjadi pada beberapa tahun lalu.

Masyarakat dunia terutama pendukung Palestina juga mempertanyakan kepada Google mengapa Palestina dihapus dari maps.

Mengutip pemberitaan The New York Times pada 11 Agustus 2016, seorang juru bicara mengatakan tidak pernah ada label Palestina di Google Maps.

Pada saat itu pihaknya mengemukakan, ditemukan bug yang menghapus nama Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Dan mengatakan segera mengatasinya.

Di mana letak Palestina?

Palestina terletak di bagian barat benua Asia.

Ini Kimbab Family yang Trending Topic, Mama Gina dari Bandung, Appa Jay Asli Korea, Ketemu di China

 Lihat Hubungan Aurel dan Atta Halilintar Makin Serius, Ashanty Merasa Takut, Anang Hermansyah Heran

Mengutip History, Palestina adalah wilayah daratan kecil sekitar 2.400 mil persegi.

Hingga 1948, Palestina mencakup wilayah geografis yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Jordan.

Secara teoritis, Palestina mencakup Tepi Barat atau West Bank (wilayah yang membagi Israel dan Yordania modern) dan Jalur Gaza (tanah yang berbatasan dengan Israel dan Mesir modern).

Sejarah singkat Palestina

Mengutip History, Palestina adalah wilayah daratan kecil sekitar 2.400 mil persegi. 

Palestina berperan penting dalam sejarah kuno dan modern Timur Tengah.  

Hingga 1948, Palestina mencakup wilayah geografis yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Jordan.

Secara teoritis, Palestina mencakup Tepi Barat (wilayah yang membagi Israel dan Yordania Modern) dan Jalur Gaza (tanah yang berbatasan dengan Israel dan Mesir modern).

Tetapi ada yang menganggap daratan ini sebagai Israel masa kini.

Palestina menjadi tempat terjadinya konflik politik terus menerus karena banyak upaya keras dari beberapa pihak untuk menguasai tanah Palestina karena dianggap sakral atau tanah suci.

Orang-orang Arab yang menyebut tanah ini sebagai tanah air disebut bangsa Palestina

Para ahli meyakini, nama Palestina berasal dari kata Philistia, merujuk pada orang Filistin yang menduduki wilayah itu di abad 12 SM.

Sepanjang sejarah, Palestina dikuasai banyak kelompok, yaitu Assyria, Babylonia, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki Seljuk, Tentara Salib, Mesir, Mameluk dan Islamis.

Selama 1517-1917, Kekaisaran Ottoman memerintah sebagain besar wilayah itu.

Ketika Perang Dunia I berakhir pada 1918, Inggris mengambil kendali atas Palestina.

Liga Bangsa-bangsa mengeluarkan mandat, berupa dokumen yang memberi Inggris tanggung jawab membangun tanah air bangsa Yahudi di Palestina yang mulai berlaku pada 1923.

Pada 1947, PBB mengajukan rencana membagi dua Palestina, yaitu wilayah independen Yahudi dan wilayah independen Arab dengan Yerusalem sebagai wilayah internasional.

Yahudi menerima rencana itu tetapi kebanyakan orang Palestina dan Arab menolak.

Mereka mulai membentuk pasukan sukarela di seluruh Palestina.

Pada Mei 1948, kurang dari setahun setelah Partition of Palestine (Pemisahan Palestina) dikemukakan, Inggris menarik diri dari Palestina dan Israel menjadi negara merdeka.

Sekitar 700.000-900.000 warga Palestina melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah. Pecah perang antara orang-orang Yahudi dan Arab di wilayah itu.

Perang Arab-Israel 1948 melibatkan Israel dan lima negara Arab, yaitu Yordania, Irak, Suriah, Mesir dan Lebanon. Konflik ini menandai dimulainya tahun-tahun penuh kekerasan antara Arab dan Israel.

Pada 1964, Palestine Liberation Organization atau PLO (Organisasi Pembebasan Palestina atau PLO) dibentuk untuk mendukung rencana membangun negara Palestina di Israel.

Munculnya PLO sebagai respons terhadap Zionisme, sebuah gerakan terorganisir untuk membangun kembali tanah air Yahudi di Israel.

Pada 1969, pemimpin Palestina Yasser Arafat menjadi Ketua PLO dan memegang gelar itu hingga meninggal pada 2004.

Pada 5-10 Juni 1967 terjadi The Six-Day War, penyerangan Israel terhadap Mesir, Yordania dan Suriah.

Israel mengambil alih beberapa wilayah seperti Jalur Gaza, Tepi Barat (West Bank), Semenanjung Sinai dan dataran tinggi Golan. Peperangan berlanjut bertahun-tahun kemudian.

Pada 1987, konflik Intifada Pertama pecah dipicu oleh pendudukan Israel atas Gaza dan Tepi Barat.

Proses perdamaian diupayakan yang dikenal dengan Kesepakatan Damai Oslo (Oslo Peace Accords) untuk mengakhiri kekerasan.

Oslo I itu ditandatangani pada 1993, disaksikan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat.

Terbentuklah pemerintahan Palestina yang baru.

Pada 1995, Oslo II diadakan untuk meminta Israel menarik mundur pasukannya dari Tepi Barat dan area lainnya.

Sekaligus menjadwalkan Pemilihan Dewan Legislatif Palestina.

Konlik Intifada Kedua pecah pada September 2000 dipicu kunjungan Ariel Sharon (yang nantinya menjadi Perdana Menteri Israel) di Masjid Al-Aqsa Yerusalem.

Pada 2005, pasukan Israel mundur dari Gaza. Pada 2006, kelompok militan Islam Sunni, Hamas, memenangkan pemilihan legislatif di Palestina.

Di tahun ini, terjadi perseteruan antara Hamas dan Fatah, kelompok politik yang mengendalikan PLO.

Pada 2007, Hamas mengalahkan Fatah pada pertempuran Gaza.

Hamas dan Israel terlibat perang, yaitu Operation Cast Lead (Desember 2008), Operation Pillar of Defense (November 2012), dan Operation Protective Edge (Juli 2014).

Pada April 2014, Hamas dan kelompok Fatah bersepakat membentuk pemerintah Palestina yang bersatu.

Pada Mei 2017, para pemimpin Hamas (pemegang kekuasaan Palestina) mengusulkan pembentukan negara Palestina menggunakan perbatasan sesuai ketentuan 1967, dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Tetapi menolak mengakui Israel sebagai negara.

Pemerintah Israel langsung menolak rencana tersebut.

Hingga saat ini para pemimpin dunia terus bekerja mencari resolusi terbaik yang menghasilkan perdamaian di wilayah itu.

Bangsa Palestina masih memperjuangkan negara Palestina yang berdaulat dan diakui secara resmi semua negara di dunia.

Karena meski orang-orang Palestina menduduki wilayah utama tetapi populasi besar orang Israel terus menetap di sana.

Status Palestina di PBB

Mengutip United Nations, sesuai paragraf 2 resolusi 67/19, status Palestina di PBB adalah sebagai Non-member Observer State (negara pengamat non-anggota) oleh Sekretariat PBB.

Menurut Misi Permanen untuk PBB (Buku Biru), status Palestina di bawah kategori II sebagai: negara bukan anggota yang telah menerima undangan tetap untuk berpartisipasi sebagai pengamat dalam sesi dan pekerjaan Majelis Umum dan mempertahankan misi pengamat permanen di Markas Besar PBB.

Pada 12 Desember 2012, Palestina meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk menggunakan istilah Negara Palestina di semua dokumen dan papan nama pada semua pertemuan PBB.

Menurut publikasi PBB bertanggal 8 Maret 2013 tersebut, sebagai Kepala Negara Palestina adalah Mahmoud Abbas, Presiden Negara Palestina.

Pada 8 Januari 2013, Palestina memberi tahu Sekretaris Jenderal bahwa Kepala Pemerintahan Palestina adalah Salam Fayyad, Perdana Menteri Negara Palestina.

Menteri Luar Negeri Negara Palestina adalah Riad Malki.

Sesuai permintaan tersebut, sekarang penyebutan Negara Palestina digunakan di semua dokumen PBB dan pada papan nama yang digunakan dalam pertemuan PBB.

 Daftar Negara-negara yang Telah Buka Pariwisata di Bulan Juli 2020, Salah Satunya Ada Dubai

 Tahukah Anda, Inilah Cara Mudah Refund Tiket Pesawat via Traveloka, Pegipegi, dan Tiket.com

 Malam Ini Live Streaming MotoGP Spanyol 2020, Fabio Quartararo: FP1 Terberat untuk Pole Position

 Digadang-gadang Maju Pilkada, Gus Ipul Miliki Peluang Menang di Malang dan Pasuruan

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Palestina Tidak Diakui Sebagai Negara?dan 
"Apakah Benar Palestina Sudah Dihapus dari Google Maps?" dan Tribunnewswiki.com dengan judul Warganet Tuding Google Sengaja Hilangkan Peta Wilayah Palestina, Mengapa?

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved