Virus Corona di Balikpapan
Dilema Bayar Sekolah Saat Pandemi, SLB di Balikpapan Kesulitan Bayar Gaji Guru
Pandemi Covid-19 memang berdampak besar di setiap sektor. Tak hanya kesehatan, sektor ekonomi dan pendidikan bahkan saling berkaitan.
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN- Pandemi Covid-19 memang berdampak besar di setiap sektor. Tak hanya kesehatan, sektor ekonomi dan pendidikan bahkan saling berkaitan.
Ini pun turut berpengaruh pada Sekolah Luar Biasa atau SLB Tunas Bangsa yang notabene berstatus swasta di Kota Balikpapan. Dari penuturan sang kepala sekolah, Susan, banyak tunggakan SPP dari para wali murid.
Menurutnya, dilema membayar SPP di tengah pandemi menjadi kendala saat ini. Sebab, konsep membayar dibenak para orangtua ialah sekolah belajar tatap muka dengan guru.
Sedangkan kehidupan di tengah pandemi Covid-19 memaksa semua kebiasaan itu berubah. Para orangtua terpaksa harus menjadi guru dirumah bagi anak-anaknya.
"Kami paham ini resiko karena dampak covid, ada yang menunggak bahkan sampai 4 bulan sejak covid ada," ujarnya, Kamis (22/7/20).
Baca juga; Bertemu Siswa SLB Tunas Bangsa, Perwakilan Bank Permata Beri Edukasi Tentang Keuangan
Baca juga; Lagi, SLB Tunas Bangsa Balikpapan Menerima Bantuan Kursi Roda dari Jepang
Jelas ini menjadi problematika tersendiri, pasalnya jumlah murid yang tak begitu banyak juga menjadi penumpu kehidupan sekolah.
Kiranya ada 100 murid luar biasa diasuh dilingkungan sekolah yang terletak Balikpapan Selatan itu. Sekolah dengan cat tembok warna hijau, tampak sedang direnovasi untuk memenuhi kebutuhan para muridnya ketika masuk sekolah dikala pandemi usai.
"Ya memang tunggakan itu berdampak pada operasional, dalam menggaji guru utamanya. Apalagi sekarang pembelajaran daring, kuota ini juga perlu dipikirkan, kalau mengandalkan Bosda juga tak seberapa," ungkapnya.
Baca juga; SLB Tunas Bangsa Gelar Pensi, Ini yang Ditampilkan Anak-anak Berkebutuhan Khusus
Sementara itu, di tahun ajaran baru 2020/2021 memang ada beberapa orangtua murid yang merasa keberatan sebagai guru bagi anak-anaknya dirumah.
Alhasil kebanyakan dari mereka banyak yang mengistirahatkan anaknya sementara waktu. Mereka akan kembali lagi di tahun ajaran baru yang akan datang.
Keadaan ini juga tak lepas dari maklum pihak sekolah. Sebab tak mudah mengasuh anak-anak luar biasa, ini karena memang tidak semua orangtua bisa mendapingi anaknya.
Apalagi kebanyakan anak-anak luar biasa ini lebih mendengar gurunya daripada orangtuanya. Sehingga kesabaran ekstra juga diperlukan saat belajar mandiri ditengah Covid-19.
"Kalau statusnya sebagai siswa masih wajib membayar spp, kalau tidak terpaksa saya putuskan. Saya paham dan maklum kita tidak bisa memaksa, karena semua saat ini tengah kesulitan," imbuhnya.