Australia Berani Paksa Facebook dan Raksasa Digital Amerika Serikat Bayar Konten, Google Menolak

Australia berani paksa Facebook dan raksasa digital Amerika Serikat bayar konten, Google langsung menolak

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Ilustrasi via The Sun
WASPADALAH! 3 Aplikasi Nakal Android yang Bisa Curi Pesan di Gmail, Facebook, Twitter hingga WeChat 

TRIBUNKALTIM.CO - Australia berani paksa Facebook dan raksasa digital Amerika Serikat bayar konten, Google langsung menolak.

Pemerintah Australia bertindak tegas dengan memaksa dua raksasa digital Amerika Serikat untuk membayar konten yang digunakan kepada media pemiliknya.

Kedua raksasa digital ini adalah Facebook dan Google.

Google pun langsung tegas menolak, sementara Facebook belum memberi komentar lebih.

Australia akhirnya berhasil meminta raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) Facebook Inc dan Alphabet Inch Google untuk membayar media Australia untuk setiap konten berita.

Langkah tersebut dinilai penting sebagai perlindungan konten jurnalisme independen.

Idham Azis Bocorkan Dua Hal yang Dimiliki Djoko Tjandra Jadi Sulit Ditangkap, Kapolri: Harus Sabar

 Bukan Hanya Bela Veronica Tan, Alasan Lansia Ini Hina Ahok Terkuak, Sikap Warganet Bikin Ketagihan

 Mahfud MD Bongkar Sosok Wanita di Kejagung, Paham Siapa Polri dan Jaksa yang Bantu Djoko Tjandra

 Detik-detik Penyembelih Hewan Kurban Meninggal Seketika, Lunglai dan Timpa Kambing yang Mau Dipotong

Australia akan menjadi negara pertama di dunia yang meminta Facebook dan Google membayar konten berita yang disediakan perusahaan media dalam bentuk Royalti.

Beleid itu akan menjadi regulasi pada tahun ini, ujar Bendahara, Josh Frydenberg.

"Ini tentang upaya adil untuk bisnis media berita Australia.

Ini tentang memastikan bahwa kami telah meningkatkan persaingan, meningkatkan perlindungan konsumen, dan lanskap media yang berkelanjutan," kata Frydenberg kepada wartawan di Melbourne seperti dilansir Reuters, Jumat (31/7/2020).

Ia mengatakan, pada masa depan lanskap media Australia dipertaruhkan bila regulasi ini tidak diundangkan.

Keputusan ini disebabkan perusahaan raksasa teknologi berupaya menghindari permintaan negara-negara di dunia untuk berbagi cookies iklan yang lebih besar dengan negara tempat mereka mendapatkan iklan.

Langkah Australia ini terjadi sehari setelah Google dan Facebook mendapat tekanan dugaan penyalahgunaan kekuatan pasar dari anggota parlemen AS dalam sidang di Kongres.

Menyusul pertanyaan tentang keadaan pasar media dan kekuatan platform AS pemerintah Australia akhir tahun lalu mengatakan kepada Facebook dan Google untuk menegosiasikan kesepakatan sukarela dengan perusahaan media untuk menggunakan konten mereka.

 Maria Pauline di Serbia, Djoko Tjandra di Malaysia, KPK Yakin Harun Masiku Di Sini, Tunggu Waktunya

 Juluki Djoko Tjandra Joker, Media Internasional Sorot Pembobol Bank Lain di Indonesia, Masih Buron

Pembicaraan itu tidak berhasil dan Canberra sekarang mengatakan jika sebuah perjanjian tidak dapat dicapai melalui arbitrase dalam waktu 45 hari, pihak Otoritas Media dan Komunikasi Australia akan menetapkan persyaratan yang mengikat secara hukum atas nama pemerintah.

Google mengatakan peraturan itu mengabaikan "miliaran klik" yang dikirimkannya ke penerbit berita Australia setiap tahun.

"Ini mengirimkan pesan mengenai bisnis dan investor bahwa pemerintah Australia akan melakukan intervensi daripada membiarkan pasar bekerja," kata Mel Silva, direktur pelaksana Google Australia dan Selandia Baru, dalam sebuah pernyataan.

"Ini tidak melakukan apa pun untuk memecahkan tantangan mendasar dalam menciptakan model bisnis yang cocok untuk era digital."

Perusahaan media termasuk News Corp Australia, unit Rupert Murdoch's News Corp (NWSA.O), melobi keras pemerintah untuk memaksa perusahaan AS ke meja perundingan di tengah penurunan panjang pendapatan iklan sejumlah media.

Libatkan Ratusan Peternak Lokal, Telkomsel Salurkan 777 Hewan Kurban di Hari Raya Idul Adha

 Sempat Ada Ratusan Terinfeksi Covid-19, Anies Bocorkan Titik Ini Kini Aman dari Virus Corona

 MAKI Beber Kabareskrim Layak Jadi Kapolri Usai Bekuk Djoko Tjandra, Fadli Zon dan Sosok Ini Bereaksi

"Sementara negara-negara lain berbicara tentang perilaku raksasa teknologi yang tidak adil dan merusak, pemerintah Australia ... mengambil tindakan pertama di dunia," kata Ketua Eksekutif News Corp Australia Michael Miller dalam sebuah pernyataan.

Sebuah studi tahun 2019 memperkirakan sekitar 3.000 pekerjaan jurnalisme telah hilang di Australia dalam 10 tahun terakhir, ketika perusahaan media tradisional mencurahkan pendapatan iklan ke Google dan Facebook yang tidak membayar apa pun untuk konten berita.

Untuk setiap A$ 100 yang dihabiskan untuk iklan online di Australia, tidak termasuk iklan baris, hampir sepertiga masuk ke Google dan Facebook, menurut Frydenberg.

Negara-negara lain telah mencoba dan gagal memaksa tangan raksasa teknologi.

Penerbit di Jerman, Prancis dan Spanyol telah mendorong untuk meloloskan undang-undang hak cipta nasional yang memaksa Google membayar biaya lisensi ketika menerbitkan potongan artikel berita mereka.

Rey Mbayang Rilis Lagu Di Sepertiga Malam, Ditulis Sebelum Nikahi Dinda Hauw, Ini MV dan Liriknya

 Bukan Calhanoglu, Pemain Top AC Milan Ini Terlempar Jika Aleksey Miranchuk Gabung, Skillnya Keren

Pada tahun 2019, Google berhenti menampilkan cuplikan berita dari penerbit Eropa tentang hasil pencarian untuk pengguna Prancisnya, sementara penerbit berita terbesar Jerman, Axel Springer, mengizinkan mesin pencari untuk menjalankan cuplikan artikelnya setelah lalu lintas ke situsnya merosot.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunnewsWiki berjudul Pertama Kali di Dunia! Australia Paksa Google dan Facebook Bayar Royalti untuk Setiap Konten Berita https://www.tribunnewswiki.com/2020/07/31/pertama-kali-di-dunia-australia-paksa-google-dan-facebook-bayar-Royalti-untuk-setiap-konten-berita?page=all

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved