Susah Sinyal, Anak-anak Desa Ini harus Jalan Kaki 2 Km dan Panjat Pohon supaya Bisa Belajar Online
Diapit dua gunung, desa ini susah sinyal, anak-anak harus bejalan kaki 2 km dan panjat pohon demi bisa belajar online.
Namun...covid 19 menempa mereka menjadi lebih giat dan tangguh...MEREKA TIDAK MENYERAH.. Mereka tidak mengeluh...
Mereka tidak menyalahkan Gugus covid 19 Kabupaten Simalungun. Mereka tidak menyalahkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mengajar Daring dan telkonference.
Mereka tau covid 19 adalah bencana..ujian dari Yang Maha Kuasa...
Lalu apakah mereka pasrah saat SIGNAL tak ada di desa mereka ??? Tidak...
Mereka berjuang.
Mereka memanjat pohon denga antrian.
Mereka menulis di rerumputan.
Mereka melawan dingin dan cuaca yang kadang kurang bersahabat dengan situasi yang mereka hadapi.
Ada rasa syukur ketika yang punya lahan dengan senang hati membiarkan mereka 'bertengger' di pohon duriannya untuk dapat berkomunikasi di dunia Daring.
Dengan Manderes dan bertani, orangtua mereka mampu membeli Android dan Kuota...
Andaikan SIGNAL dapat di beli.... mereka pun pasti beli.
Kami ARBAB (Anak Rantau Bahpasunsang) Tidak dapat berbuat banyak...
Pesan kami...
Tetap lah berjuang...
Dan berdoa agar Corona segera berlalu...
Horas Horas Horas..

Sejumlah siswa di salah satu Desa/Nagori di Kabupaten Simalungun, terpaksa memanjat pohon agar bisa mengikuti proses belajar daring (Facebook.com/Reni Rosari Sinaga)
Respon Anggota DPRD Simalungun
Anggota Komisi IV DPRD Simalungun, Bernhard Damanik berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama pandemi Covid-19.