Ledakan di Lebanon, Ini Fakta dan Sejarah Negara yang Ibukotanya Dijuluki Paris di Timur Tengah

Ledakan di Lebanon, berikut sejarah dan fakta Lebanon, yang ibukotanya, Beirut dijuluki Paris di Timur Tengah

Penulis: Aro | Editor: Doan Pardede
AFP/Arabnews
Pemandangan dari sebuah jembatan di pinggiran timur Beirut, ibukota Lebanon. Ledakan di Lebanon, berikut sejarah dan fakta Lebanon, yang ibukotanya, Beirut dijuluki Paris di Timur Tengah 

Era Pemerintahan Islam

Islam masuk ke Suriah dan Lebanon pada tahun 632 Masehi. Di bawah kekuasaan dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Lebanon menunjukkan geliatnya sebagai masyarakat moderen. Pada era ini, Bahasa Arab menjadi bahasa resmi Lebanon dan kehidupannya menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang.

Hal ini berlangsung hingga 1099 ketika para penganut Kristen dari Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan negara-negara sekitar di kawasan tersebut.

Selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga berusaha membendung proses Arabisasi dan Islamisasi yang mengalir secara damai dalam masa pemerintahan Islam.

Sehingga para Crusader dari Eropa tersebut berusaha sekuat mungkin menancapkan pengaruh Kristen dengan cara menghidupkan budaya Barat di tengah-tengah kehidupan Islam.

Tetapi pada 1187 Kesultanan Mamluk berhasil menggulingkan dinasti Crusader serta menguasai Lebanon dan Suriah hingga tahun 1500.

Pemerintah Ottoman

Pada 1516, Imperium Ottoman mengambil alih penguasaan Lebanon dari Mamluk dan memerintah Lebanon melalui keluarga Maan (1516-1697) dan Shihab (1697-1842) keduanya dari golongan Druze.

Saat itu persaingan antara kelompok Kristen Maronit dan muslim Druze memanas yang berakhir dengan perang saudara pada tahun 1841, 1845, dan 1860.

Pada masa itu juga masa berakhirnya pemerintahan ala dinasti para Emir (Pangeran) dan munculnya Pemerintahan Mutasyarrifiyah (Gubernur) Pemerintahan Ottoman di bawah pengawasan (mandat) lima negara.

Era mandat Perancis   

Konferensi  San Remo di Italia tahun 1920 memutuskan memberi mandat kepada Perancis untuk memegang pemerintahan di Lebanon dan Suriah.

Selama memerintah di Lebanon, Perancis mempunyai niat baik terhadap negara ini dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat sehingga mayoritas rakyat Lebanon menerima Lebanon sebagai mandataris Perancis. 

Bahkan mereka menuntut agar Lebanon dipisahkan dari Suriah sehingga dapat berdiri sendiri.

Kendati demikian, kebebasan penuh baru dapat dinikmati rakyat Lebanon setelah pasukan Perancis yang paling terakhir meninggalkan negeri ini pada tahun 1946 (walaupun secara resmi Lebanon merdeka tanggal 22 Nopember 1943).

Perang Saudara  (1975-1990)

Insiden ini terjadi ketika seorang warga Lebanon dan kelompok orang Palestina di Ain ar-Rummanah, Beirut pada bulan April 1975 adalah titik awal yang kemudian menjadi pemicu perang saudara ke seluruh wilayah Lebanon.

Perang  tersebut  melibatkan  kelompok-kelompok yang bersaingan, dan didukung oleh sejumlah negara tetangga.

Orang-orang Kristen Maronit, yang dipimpin oleh partai Phalangis dan milisi, mula-mula  bersekutu dengan Suriah, dan kemudian dengan Israel, yang mendukung mereka dengan senjata dan latihan untuk memerangi fraksi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).

Sementara itu fraksi-fraksi lainnya bersekutu  dengan Suriah, Iran dan negara-negara lain di wilayah itu. Sejak 1978 Israel telah melatih, mempersenjatai, memasok dan menyediakan seragam bagi tentara Kristen Lebanon Selatan, yang dipimpin oleh Saad Haddad.

Pertempuran dan pembantaian antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan korban hingga ribuan orang. 

Beberapa pembantaian yang terjadi selama periode ini termasuk pembunuhan di Karantina Januari 1976 oleh pihak Palangis terhadap para pengungsi Palestinia, pembantaian Damour pada Januari 1976 oleh PLO terhadap orang-orang Maronit dan pembantaian oleh Tel el-Zaatar  Agustus 1976  oleh Palangis terhadap orang-orang pengungsi-pengungsi Palestina.

Dua penyerbuan besar atas Lebanon oleh Israel  (1978 dan 1982) mengakibatkan tewasnya 20.000 orang,  kebanyakan kaum sipil Lebanon dan Palestina. 

Jumlah korban keseluruhan selama masa perang saudara ini di perkirakan sampai 150.000 orang. Perang itu juga menambah jumlah imigran Lebanon yang eksodus ke luar negeri dimana hingga saat ini diperkirakan mencapai 14 juta jiwa.

Pada 1989 semua wakil kekuatan politik, partai dan sekte keagamaan sepakat mengadakan rekonsiliasi nasiaonal yang di kenal dengan “Taif Agreement” di bawah sponsor Saudi Arabia dan Suriah.

Dengan Taif Agreement perang saudara berakhir. 

Kehidupan berpolitik dan bernegara diatur dengan formulasi baru berdasarkan konstitusi yang mengalami perubahan yang disepakati dalam rekonsiliasi nasional.

Guncangan Lebanon Terasa hingga Siprus, Eks Intelijen Inggris Beber Analisa Penyebab Ledakan Beirut

 Gempa 5,2 SR Guncang Pesisir Sumatera Barat, Warga Berhamburan, Potensi Tsunami? Ini Penjelasan BMKG

 Pernyataan Presiden AS Donald Trump soal Ledakan di Beirut Justru Bikin Pejabat di Lebanon Khawatir

Serunya ILC Tadi Malam, Sosok Ini Berani Tolak Tema dari Karni Ilyas Soal Pelarian Djoko Tjandra

(*)

Berita ini tayang di Kontan dengan judul: 6 Fakta tentang Lebanon, yang ibukotanya dijuluki Paris di Timur Tengah

dan 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ledakan Lebanon Mendunia, Berikut 6 Fakta dari Negeri yang Ibu Kotanya Dijuluki Paris Timur Tengah, https://www.tribunnews.com/internasional/2020/08/05/ledakan-lebanon-mendunia-berikut-6-fakta-dari-negeri-yang-ibu-kotanya-dijuluki-paris-timur-tengah?page=all.

Editor: Malvyandie Haryadi

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved