Virus Corona

Temuan Ahli: Ada Mutasi Virus Corona Baru di Indonesia, Lebih Ganas, Juga Terdeteksi di Malaysia

Ahli menemukan ada strain mutasi virus Corona baru di Indonesia yang lebih ganas dan lebih menular, ini juga terdeteksi di Malaysia

Editor: Amalia Husnul A
Freepik
Ilustrasi virus Corona. Ahli menemukan ada strain mutasi virus Corona baru di Indonesia yang lebih ganas dan lebih menular, ini juga terdeteksi di Malaysia 

TRIBUNKALTIM.CO - Ahli menemukan ada strain mutasi virus Corona baru di Indonesia yang lebih ganas dan lebih menular, ini juga terdeteksi di Malaysia

Temuan adanya strain mutasi virus Corona baru di Indonesia ini disampaikan oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio.

Adanya strain mutasi virus Corona atau SARS-Cov-2 ini diyakini lebih ganas serta jauh lebih menular

Strain mutasi virus SARS-CoV-2 ini sebelumnya juga telah terdeteksi di sejumlah negara seperti di Malaysia.

"Dapat kami sampaikan saat ini memang sudah diidentifikasi dan sudah dilaporkan," imbuh dia.

Pemakaman Covid-19 dengan Metode Kremasi di Samarinda, Menghasilkan 2 Kg Abu

UPDATE Virus Corona di Balikpapan, Waspada Gejala Baru Covid-19, Diare Hingga Hilang Indra Penciuman

Belum Selesai Diuji, Erick Thohir Ungkap Harga Vaksin Corona dari China, Tak Cukup Sekali Disuntik

Media Asing Sebut Indonesia Gagal Tangani Virus Corona, Pakar: Masih Berjuang, Perlu Peningkatan

Hasil identifikasi strain baru itu akan disampaikan kepada Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dalam waktu dekat.

Pasalnya, hal itu berkaitan dengan upaya pengendalian covid-19 secara keseluruhan di Indonesia.

Amin menambahkan, Indonesia terus melakukan kegiatan whole genom sequencing dari virus SARS-CoV-2 untuk mendapatkan lebih banyak informasi genetik tentang virus tersebut.

Sehingga, bisa memahami karakteristik virus dan mutasi yang terjadi.

Data urutan genom juga akan sangat berguna terutama untuk melacak transmisi atau penyebaran virus, mengidentifikasi target untuk terapi dan vaksin, serta memprediksi ancaman pandemi berikutnya.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bidang Penelitian Fundamental Herawati Supolo Sudoyo mengatakan, perubahan atau mutasi pada virus SARS-CoV-2 menyebabkan virus menjadi lebih menular.

Namun, sebagai catatan, transisi itu berbeda di setiap wilayah di dunia mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania dan Asia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 menjadi tujuh tipe atau clade yakni S, V, L, G, GH, GR dan O (lainnya).

• Trending Topic, Ini Kronologi Gugatan RCTI terhadap UU Penyiaran yang Ancam Kebebasan Live di Medsos

• PROFIL Adly Fairuz, Cucu Maruf Amin, dari Sinetron Cinta Fitri, Diusung PDIP Jadi Cawabup Karawang

 Ini Unggahan TERBARU dari Adhisty Zara, Setelah Viral Video Mirip Dirinya saat Mesra dengan Kekasih

Adapun tipe GH adalah yang paling agresif.

Herawati menuturkan distribusi clade yang ada di Asia sangat beragam termasuk yang ada di Indonesia.

"Ini juga mengundang pertanyaan apa penyebab variasi tersebut apakah ada kemungkinan lingkungan berpengaruh ataupun inang juga berperan?

Betul-betul banyak yang belum diketahui tentang virus ini yang layak untuk diteliti lebih lanjut," ujarnya.

Herawati mengatakan data urutan keseluruhan genom virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 berguna untuk bisa melihat mutasi yang terjadi dan mencari perubahan protein spike dari virus itu.

Untuk itu, kegiatan whole genom sequencing dari virus SARS-CoV-2 masih terus dilaksanakan di Indonesia.

Rekor

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 kembali memperbarui soal provinsi yang melaporkan penambahan jumlah kasus positif cukup banyak.

Hal itu setelah diumumkannya 3.003 kasus tambahan positif Covid-19, sehingga total kasus positif hari ini sebanyak 165.887 kasus.

Dikutip dari situs resmi covid19.go.id, provinsi tertinggi yang melaporkan kasus positif hari ini adalah DKI Jakarta dengan 869 kasus positif Covid-19.

Namun, DKI Jakarta kasus sembuhnya justru melewati kasus positif, yakni sebesar 881 orang.

Lalu kemudian, ada Jawa Barat dengan 526 kasus positif dan 267 laporan pasien terkonfirmasi sembuh.

Kemudian, ada Jawa Timur melaporkan kasus positif baru sebanyak 417 kasus baru dan 238 kasus sembuh.

INI Kode Redeem Free Fire Terbaru, Ada Bundle The Weekend Runner, Tersedia hingga 3 September 2020

• Mobil Wakapolsek dan Patroli Dibakar Massa, Polsek Ciracas Diserang, 2 Anggota Terluka Dibawa ke RS

 KABAR DUKA Bintang Black Panther Meninggal Dunia, Chadwick Boseman 4 Tahun Melawan Kanker Usus Besar

Berikut sebaran 3.003 kasus Covid-19 berdasarkan 34 provinsi pada 28 Juli 2020 :

1. DKI Jakarta: 869 kasus
2. Jawa Barat: 526 kasus
3. Jawa Timur: 417 kasus
4. Jawa Tengah: 242 kasus
5. Kalimantan Timur: 97 kasus
6. Bali: 93 kasus
7. Sumatera Utara: 86 kasus
8. Sulawesi Selatan: 76 kasus
9. Kalimantan Selatan: 68 kasus
10. Riau: 66 kasus
11. Sumatera Selatan: 57 kasus
12. Aceh: 50 kasus

13. Sulawesi Tenggara: 49 kasus
14. Banten: 42 kasus
15. Kepualauan Riau: 36 kasus
16. Sulawesi Utara: 34 kasus
17. Sumatera Barat: 26 kasus
18. Papua: 26 kasus
19. Bengkulu: 24 kasus
20. Nusa Tenggara Barat: 23 kasus
21. DI Yogyakarta: 20 kasus
22. Sulawesi Barat: 16 kasus
23. Maluku Utara: 15 kasus
24. Kalimantan Utara: 12 kasus

25. Gorontalo: 12 kasus
26. Jambi: 6 kasus
27. Papua Barat: 6 kasus
28. Maluku: 4 kasus
29. Lampung: 2 kasus
30. Nusa Tenggara Timur: 2 kasus
31. Sulawesi Tengah: 1 kasus
32. Bangka Belitung: 0 kasus
33. Kalimantan Barat: 0 kasus
34. Kalimantan Tengah: 0 kasus

Terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menyarankan agar semua orang yang terinfeksi virus corona (Covid-19) harus diperiksa bahkan jika mereka tanpa gejala atau sedikit menunjukkan gejala.

Hal ini sebagai tanggapan setelah US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan minggu ini bahwa orang-orang yang terkena Covid-19 tetapi tidak menunjukkan gejala, tidak perlu diuji.

Pimpinan teknis WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan badan PBB merekomendasikan kasus yang dicurigai dan memiliki kontak harus diuji.

Hal ini tak lain untuk mengidentifikasi kasus aktif sehingga mereka bisa diisolasi, dan kontak mereka bisa dilacak.

Namun fokusnya harus pada orang-orang yang menampilkan tanda-tanda infeksi.

"Rekomendasi kami adalah untuk menguji kasus yang dicurigai. Kami memiliki definisi kontak, dan siapa yang memiliki kontak dengan kasus yang terkonfirmasi, harus diuji terlepas dari perkembangan gejala," ujar Van Kerkhove.

Kepala Program Darurat WHO, Mike Ryan mengatakan ada alasan untuk menguji orang tanpa gejala atau sedikit gejala, khususnya di mana kelompok infeksi muncul.

Namun kata dia, pengujian populasi yang luas itu mahal dan tidak realistis.

"Ini menyerap sejumlah besar sumber daya. Jadi kita perlu fokus pada pengujian individu yang tepat, kita perlu fokus pada memaksimalkan pengujian dalam kelompok, dan kita perlu fokus pada kualitas pengujian, dan kecepatannya," jelasnya.

Sejauh ini berdasarkan data Worldometers, Jumat (28/8/2020) pukul 12.48 WIB, total kasus positif mencapai 24.628.901 di dunia.

Sementara kasus kematian akibat Covid-19 berjumlah 835.639 orang dan yang sembuh mencapai 17.094.868 pasien. 

 Ramalan Zodiak Hari Ini Terbaru, Sabtu 29 Agustus 2020, Leo Takdir atau Kebetulan, Scorpio Solutif

 Sudah Dekat ke Man City, Bos Inter Milan Steven Zhang Punya Senjata Rahasia Rekrut Lionel Messi

 Kapan Tahap 2 BLT Karyawan Rp 600 Ribu Cair, Ini Jadwalnya, SEGERA Pastikan Rekening Penuhi Syarat

 Viral, Wagub Kaltim Hadi Mulyadi Jawab Soal Matematika SMA di Kertas Memo, Begini Kisah di Baliknya

(tribun network/den/mal/kps/wly/reuters)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Virus Corona Ganas Ditemukan di Indonesia, Bermutasi dan Lebih Cepat Menular, https://www.tribunnews.com/corona/2020/08/29/virus-corona-ganas-ditemukan-di-indonesia-bermutasi-dan-lebih-cepat-menular?page=all.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved